Jakarta (MI) : Asmujiono, anggota Kopassus pertama yang mencapai
Puncak Gunung Everest, Nepal, resmi mendapat penghargaan rekor dari
Museum Rekor Indonesia (MURI). Namun, dirinya mengakui bahwa
pencapaiannya 17 tahun lalu itu tidaklah mudah.
Pria kelahiran Malang, 1 September 1971 itu bahkan harus merelakan matanya usai berhasil menduduki puncak tertinggi itu.
"Orang harus mengerti tak ada perjuangan tanpa pengorbanan. Saya terima (kondisi saya), kalau sampai sesuatu itu harus berkorban. Walaupun sekecil apapun," kata Asmujiono saat acara 'Peringatan 17 Tahun Berkibarnya Merah Putih di Puncak Mount Everest' yang diadakan oleh Fadli Zon Libray di Hotel Kartika Chandra, Jakarta, Sabtu (26/4).
Kerusakan pada bagian mata sebelah kanannya itu lantaran Asmujiono nekat membuka masker untuk membuktikan bahwa dia merupakan orang Indonesia ketika difoto. Sebab, diakuinya bahwa wajah orang Indonesia itu sama seperti orang Nepal.
"Saya buka masker, terus terang saya tahunya es cuma di kulkas.
Saya ingin menunjukan seluruh dunia, bahwa dalam pendakian gunung orang indonesia tak main-main."
Selain itu, Asmujiono mengakui bahwa banyak orang Indonesia yang pernah menaiki gunung tertinggi itu. Namun, belum ada yang mencapai puncaknya.
"Banyak orang tak punya kemampuan buat naik gunung es. Dari tim-tim kita juga ada yang pernah kesana, seperti rekan kita, juga pernah ke sana," ujarnya.
Selain itu, dia mengakui bahwa dirinya sudah keluar dari Kopassus dan TNI. Dia pun menjelaskan alasan kenapa keluar dari dunia itu. Sempat ada pengalaman tidak enak.
"Saya pas di Aceh disuruh memblok musuh. Saya diperintah tidak kemana-mana oleh pimpinan saya waktu itu. Ternyata saya ditinggal. Pas pulang, sampai bandara saya dijemput Provoost. Maka itu saya keluar dari Kopassus," ungkapnya.
Sayangnya, Asmujiono tidak menceritakan secara detail soal kondisi lainnya.
Walau demikian, dirinya mengaku usai keluar dari kesatuan Kopassus mempunyai kegiatan yang positif lainnya. "Mengabdinya dari mana saja.
Saya keluar dari tentara tidak diam-diam. Saya bergabung dengan komandan Paspampres Mayjen Doni Munardo. Saya sama-sama dia mungkin sudah menyuarakan global warming duluan. Kayak pohon di bandara Soekarno-Hatta itu saya yang tanam," ujarnya.
Meski sudah tidak dunia militer, sebagai anggota kopassus yang pernah mencapai puncak tertinggi dirinya masih nafsu bila ada yang mengajaknya naik gunung.
"Saya masih suka naik gunung, kalau anda mengajak, saya mau," pungkasnya.
Pria kelahiran Malang, 1 September 1971 itu bahkan harus merelakan matanya usai berhasil menduduki puncak tertinggi itu.
"Orang harus mengerti tak ada perjuangan tanpa pengorbanan. Saya terima (kondisi saya), kalau sampai sesuatu itu harus berkorban. Walaupun sekecil apapun," kata Asmujiono saat acara 'Peringatan 17 Tahun Berkibarnya Merah Putih di Puncak Mount Everest' yang diadakan oleh Fadli Zon Libray di Hotel Kartika Chandra, Jakarta, Sabtu (26/4).
Kerusakan pada bagian mata sebelah kanannya itu lantaran Asmujiono nekat membuka masker untuk membuktikan bahwa dia merupakan orang Indonesia ketika difoto. Sebab, diakuinya bahwa wajah orang Indonesia itu sama seperti orang Nepal.
"Saya buka masker, terus terang saya tahunya es cuma di kulkas.
Saya ingin menunjukan seluruh dunia, bahwa dalam pendakian gunung orang indonesia tak main-main."
Selain itu, Asmujiono mengakui bahwa banyak orang Indonesia yang pernah menaiki gunung tertinggi itu. Namun, belum ada yang mencapai puncaknya.
"Banyak orang tak punya kemampuan buat naik gunung es. Dari tim-tim kita juga ada yang pernah kesana, seperti rekan kita, juga pernah ke sana," ujarnya.
Selain itu, dia mengakui bahwa dirinya sudah keluar dari Kopassus dan TNI. Dia pun menjelaskan alasan kenapa keluar dari dunia itu. Sempat ada pengalaman tidak enak.
"Saya pas di Aceh disuruh memblok musuh. Saya diperintah tidak kemana-mana oleh pimpinan saya waktu itu. Ternyata saya ditinggal. Pas pulang, sampai bandara saya dijemput Provoost. Maka itu saya keluar dari Kopassus," ungkapnya.
Sayangnya, Asmujiono tidak menceritakan secara detail soal kondisi lainnya.
Walau demikian, dirinya mengaku usai keluar dari kesatuan Kopassus mempunyai kegiatan yang positif lainnya. "Mengabdinya dari mana saja.
Saya keluar dari tentara tidak diam-diam. Saya bergabung dengan komandan Paspampres Mayjen Doni Munardo. Saya sama-sama dia mungkin sudah menyuarakan global warming duluan. Kayak pohon di bandara Soekarno-Hatta itu saya yang tanam," ujarnya.
Meski sudah tidak dunia militer, sebagai anggota kopassus yang pernah mencapai puncak tertinggi dirinya masih nafsu bila ada yang mengajaknya naik gunung.
"Saya masih suka naik gunung, kalau anda mengajak, saya mau," pungkasnya.
Sumber : Merdeka
No comments:
Post a Comment