Jakarta (MI) : PT Dirgantara Indonesia (Persero) menargetkan
pesawat buatan anak bangsa yaitu N219 akan terbang perdana di tahun
2016. Tentunya di tahun tersebut pesawat telah mendapatkan sertifikasi
layak terbang dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub).
Saat ini, N-219 telah selesai tahap preliminary design dan akan memasukan retail design kemudian akan memasukan pembuatan komponen. Rencananya, integrasi pesawat akan dilaksanakan pada tahun 2015 ditandai dengan roll out pesawat pertama.
"Tahun 2015 pesawat N219 sudah lolos roll out dan tahun 2016 sudah mendapatkan sertifikasi dan terbang perdana," ujar Dirut PT DI Budi Santoso saat melakukan kerjasama dengan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) di Gedung LAPAN Rawamangun Jakarta Timur, Selasa (25/02/2014).
Hari ini, LAPAN dan PT DI menandatangani kontrak kerjasama pembiayaan pengembangan pesawat N219. N219 merupakan pesawat baru yang sepenuhnya dirancang oleh putera-puteri Indonesia yang akan diproduksi oleh PT DI.
"Masalah keuangan dapat terpecahkan melalui bantuan pemerintah melalui LAPAN. Kami akan berupaya menyelesaikan peembuatan sesuai target," imbuhnya.
Keunggulan pesawat N-219 ini dapat mengangkut 19 penumpang dan mampu mendarat di landasan pendek sepanjang 600 meter dengan menggunakan sepasang mesin PT6A-422 yang masing-masing berkekuatan 850 daya kuda (shp). Dengan spesifikasi ini, maka N-219 sekelas pesawat Twin Otter buatan Kanada.
"Melalui kerjasama ini, kemampuan dan pengalaman melalui program N-219 tidak saja syarat teknologi tetapi peluang pasar yang menjanjikan yang dibuat oleh karya anak bangsa. Dirancang khusus sesuai alam kita yang bersaing dengan Twin Otter," jelasnya.
Saat ini, N-219 telah selesai tahap preliminary design dan akan memasukan retail design kemudian akan memasukan pembuatan komponen. Rencananya, integrasi pesawat akan dilaksanakan pada tahun 2015 ditandai dengan roll out pesawat pertama.
"Tahun 2015 pesawat N219 sudah lolos roll out dan tahun 2016 sudah mendapatkan sertifikasi dan terbang perdana," ujar Dirut PT DI Budi Santoso saat melakukan kerjasama dengan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) di Gedung LAPAN Rawamangun Jakarta Timur, Selasa (25/02/2014).
Hari ini, LAPAN dan PT DI menandatangani kontrak kerjasama pembiayaan pengembangan pesawat N219. N219 merupakan pesawat baru yang sepenuhnya dirancang oleh putera-puteri Indonesia yang akan diproduksi oleh PT DI.
"Masalah keuangan dapat terpecahkan melalui bantuan pemerintah melalui LAPAN. Kami akan berupaya menyelesaikan peembuatan sesuai target," imbuhnya.
Keunggulan pesawat N-219 ini dapat mengangkut 19 penumpang dan mampu mendarat di landasan pendek sepanjang 600 meter dengan menggunakan sepasang mesin PT6A-422 yang masing-masing berkekuatan 850 daya kuda (shp). Dengan spesifikasi ini, maka N-219 sekelas pesawat Twin Otter buatan Kanada.
"Melalui kerjasama ini, kemampuan dan pengalaman melalui program N-219 tidak saja syarat teknologi tetapi peluang pasar yang menjanjikan yang dibuat oleh karya anak bangsa. Dirancang khusus sesuai alam kita yang bersaing dengan Twin Otter," jelasnya.
Kandungan Lokal Pesawat N219 Capai 60%
Sebagian besar struktur pesawat N219 merupakan buatan dalam negeri
hingga 60%. Sisanya atau 40% masih harus diimpor antaralain mesin yang
harus didatangkan dari Kanada.
"Mesin masih menggunakan Pratt & Whitney buatan Kanada," ungkap Direktur Teknologi dan Pengembangan PT Dirgantara Indonesia (PTDI) Andi Alisjahbana saat ditemui di Kantor LAPAN Rawamangun Jakarta, Selasa (25/02/2014).
Menurut Andi, sampai saat ini Indonesia belum mampu membuat mesin pesawat terbang namun hanya merancang bangun pesawat saja. Untuk struktur pesawat N219 yang merupakan karya asli rancang bangun putra putri Indonesia ini sudah banyak yang dibuat di dalam negeri.
"Target kita menggunakan kandungan lokal untuk pesawat N-219 menuju 60%. Mesin kita memang masih impor, struktur badan pesawat kita buat sendiri," katanya.
Sedangkan menurut Kepala Program N-219 dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Agus Aribowo struktur pesawat yang dibuat di dalam negeri antaralain ban, shock, dan desain interior pesawat seperti bangku, kaca dan meja.
"Roda itu kita kerjasama dengan Achilles bikin ban dan perlu sertifikasi. Landing gear itu juga buatan lokal, shock karet lokal, kaca jendela industri lokal Tangerang. Kursi sudah di setup dan interior juga. Kami melakukan koordinasi terus dengan Kementerian Perindustrian utamanya tentang masalah sertifikasi," jelasnya.
"Mesin masih menggunakan Pratt & Whitney buatan Kanada," ungkap Direktur Teknologi dan Pengembangan PT Dirgantara Indonesia (PTDI) Andi Alisjahbana saat ditemui di Kantor LAPAN Rawamangun Jakarta, Selasa (25/02/2014).
Menurut Andi, sampai saat ini Indonesia belum mampu membuat mesin pesawat terbang namun hanya merancang bangun pesawat saja. Untuk struktur pesawat N219 yang merupakan karya asli rancang bangun putra putri Indonesia ini sudah banyak yang dibuat di dalam negeri.
"Target kita menggunakan kandungan lokal untuk pesawat N-219 menuju 60%. Mesin kita memang masih impor, struktur badan pesawat kita buat sendiri," katanya.
Sedangkan menurut Kepala Program N-219 dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Agus Aribowo struktur pesawat yang dibuat di dalam negeri antaralain ban, shock, dan desain interior pesawat seperti bangku, kaca dan meja.
"Roda itu kita kerjasama dengan Achilles bikin ban dan perlu sertifikasi. Landing gear itu juga buatan lokal, shock karet lokal, kaca jendela industri lokal Tangerang. Kursi sudah di setup dan interior juga. Kami melakukan koordinasi terus dengan Kementerian Perindustrian utamanya tentang masalah sertifikasi," jelasnya.
Dibanderol Hingga Rp 45 Miliar
Pembuatan pesawat N219 buatan PT Dirgantara Indonesia (PT DI) di Bandung ditargetkan selesai dan mengudara di 2016.
Pesawat asli rancang bangun putra putri Indonesia ini dijual dengan harga antara US$ 3,8 juta hingga US$ 4,5 juta atau sekitar Rp 38 miliar hingga Rp 45 miliar.
"Harganya nanti sekitar US$ 3,8 juta," ungkap Kepala Program N-219 dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Agus Aribowo saat ditemui di Kantor LAPAN Rawamangun, Jakarta, Selasa (25/02/2014).
Menurut Agus, dari segi harga, pesawat N219 akan bersaing dengan pesawat Twin Otter seri 400 buatan Kanada. Spesifikasi pesawat N-219 ini dapat mengangkut 19 penumpang dan mampu mendarat di landasan pendek sepanjang 600 meter.
Pesawat ini menggunakan sepasang mesin PT6A-422 yang masing-masing berkekuatan 850 daya kuda (hp). Dengan spesifikasi ini, maka N-219 sekelas pesawat Twin Otter buatan Kanada.
"Tetapi harga N219 jauh lebih murah dari Twin Otter series 400 yang harganya sekitar US$ 6 juta (Rp 60 miliar). Sama kok spesifikasinya," imbuhnya.
Sementara itu, Direktur Teknologi dan Pengembangan PT Dirgantara Indonesia (persero) Andi Alisjahbana mengungkapkan harga pesawat N-219 bisa jauh lebih tinggi dari US$ 3,8 juta.
Harga satu unit pesawat N219 bisa mencapai US$ 4,5 juta. Ia juga mengakui bila spesifikasi N219 dengan Twin Otter series 400 hampir sama.
"Twin Otter itu diproduksi satu perasaan kecil dan desain tidak berubah tahun 60-an. N219 ini desain tahun 2000-an dan muatannya 500 kg jauh lebih besar dibandingkan Twin Otter. Sama penggunaan bahan bakarnya. Target pricenya untuk N219 bisa mencapai US$ 4,5 juta," jelasnya.
Pesawat asli rancang bangun putra putri Indonesia ini dijual dengan harga antara US$ 3,8 juta hingga US$ 4,5 juta atau sekitar Rp 38 miliar hingga Rp 45 miliar.
"Harganya nanti sekitar US$ 3,8 juta," ungkap Kepala Program N-219 dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Agus Aribowo saat ditemui di Kantor LAPAN Rawamangun, Jakarta, Selasa (25/02/2014).
Menurut Agus, dari segi harga, pesawat N219 akan bersaing dengan pesawat Twin Otter seri 400 buatan Kanada. Spesifikasi pesawat N-219 ini dapat mengangkut 19 penumpang dan mampu mendarat di landasan pendek sepanjang 600 meter.
Pesawat ini menggunakan sepasang mesin PT6A-422 yang masing-masing berkekuatan 850 daya kuda (hp). Dengan spesifikasi ini, maka N-219 sekelas pesawat Twin Otter buatan Kanada.
"Tetapi harga N219 jauh lebih murah dari Twin Otter series 400 yang harganya sekitar US$ 6 juta (Rp 60 miliar). Sama kok spesifikasinya," imbuhnya.
Sementara itu, Direktur Teknologi dan Pengembangan PT Dirgantara Indonesia (persero) Andi Alisjahbana mengungkapkan harga pesawat N-219 bisa jauh lebih tinggi dari US$ 3,8 juta.
Harga satu unit pesawat N219 bisa mencapai US$ 4,5 juta. Ia juga mengakui bila spesifikasi N219 dengan Twin Otter series 400 hampir sama.
"Twin Otter itu diproduksi satu perasaan kecil dan desain tidak berubah tahun 60-an. N219 ini desain tahun 2000-an dan muatannya 500 kg jauh lebih besar dibandingkan Twin Otter. Sama penggunaan bahan bakarnya. Target pricenya untuk N219 bisa mencapai US$ 4,5 juta," jelasnya.
Sumber : Detik
No comments:
Post a Comment