Jakarta (MI) : Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Marsetio mengirim kapal perang KRI Frans Kaisiepo 368 ke Libanon, Jumat, 28 Februari 2014,
di Komando Lintas Laut Militer, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Kapal
perang tersebut dikirim untuk misi perdamaian dari Persatuan
Bangsa-Bangsa di wilayah yang masih diwarnai konflik.
KRI Frans Kaisiepo punya tugas khusus dari PBB. "Menjaga dan patroli di laut perbatasan Libanon-Israel," kata Marsetio.
Menurut dia, untuk menjaga laut Libanon, PBB membutuhkan setidaknya enam atau delapan unit kapal perang. Walau hanya mengirim satu unit kapal perang, Marsetio sudah bangga TNI bisa berkontribusi menjaga perdamaian internasional. "Sisanya ada kapal perang dari negara-negara Eropa dan lainnya."
Dengan pengiriman KRI Frans Kaisiepo, kata dia, berarti Indonesia sudah enam kali mengirim kapal perangnya dalam misi PBB. Sebelumnya, KRI Diponegoro-365 sudah bertugas di Libanon tahun 2009, KRI Sultan Iskandar Muda-367 pada 2011, dan KRI Sultan Hasanuddin-366 tahun 2012. KRI Frans Kaisiepo sebelumnya juga pernah mengemban misi perdamaian di Libanon pada 2010.
Marsetio yakin seratus prajurit yang ikut berlayar bersama KRI Frans Kaisiepo dapat bertugas secara maksimal di Libanon. Sebab, mereka sudah menjalani serangkaian latihan dan seleksi yang ketat. Perwakilan PBB dari New York pun bertandang ke Indonesia untuk mengecek kesiapan personel dan peralatan tempur TNI AL. "Bukan cuma personel, tapi meriam, peluru kendali, dan helikopter di kapal juga dicek," katanya.
Karena itu, Marsetio yakin anak buahnya bakal sukses bertugas di Libanon. "Selama ini pasukan TNI yang bertugas (di luar negeri) selalu pulang dengan pujian dari PBB."
KRI Frans Kaisiepo membawa seratus personel TNI yang terdiri atas 88 anak buah kapal perang, tujuh pilot helikopter penerbang Angkatan Laut, serta masing-masing satu perwira kesehatan, satuan Komando Pasukan Katak, penyelam, perwira intelijen, dan perwira penerangan. Kapal korvet kelas SIGMA (Ship Integrated Geometrical Modulary Approach) dikomandani Letnan Kolonel Laut Ade Nanno Suwardi.
KRI Frans Kaisiepo akan bertugas selama sepuluh bulan: delapan bulan untuk bertugas di Libanon dan dua bulan dipakai untuk pergi-pulang Indonesia-Lebanon.
KRI Frans Kaisiepo punya tugas khusus dari PBB. "Menjaga dan patroli di laut perbatasan Libanon-Israel," kata Marsetio.
Menurut dia, untuk menjaga laut Libanon, PBB membutuhkan setidaknya enam atau delapan unit kapal perang. Walau hanya mengirim satu unit kapal perang, Marsetio sudah bangga TNI bisa berkontribusi menjaga perdamaian internasional. "Sisanya ada kapal perang dari negara-negara Eropa dan lainnya."
Dengan pengiriman KRI Frans Kaisiepo, kata dia, berarti Indonesia sudah enam kali mengirim kapal perangnya dalam misi PBB. Sebelumnya, KRI Diponegoro-365 sudah bertugas di Libanon tahun 2009, KRI Sultan Iskandar Muda-367 pada 2011, dan KRI Sultan Hasanuddin-366 tahun 2012. KRI Frans Kaisiepo sebelumnya juga pernah mengemban misi perdamaian di Libanon pada 2010.
Marsetio yakin seratus prajurit yang ikut berlayar bersama KRI Frans Kaisiepo dapat bertugas secara maksimal di Libanon. Sebab, mereka sudah menjalani serangkaian latihan dan seleksi yang ketat. Perwakilan PBB dari New York pun bertandang ke Indonesia untuk mengecek kesiapan personel dan peralatan tempur TNI AL. "Bukan cuma personel, tapi meriam, peluru kendali, dan helikopter di kapal juga dicek," katanya.
Karena itu, Marsetio yakin anak buahnya bakal sukses bertugas di Libanon. "Selama ini pasukan TNI yang bertugas (di luar negeri) selalu pulang dengan pujian dari PBB."
KRI Frans Kaisiepo membawa seratus personel TNI yang terdiri atas 88 anak buah kapal perang, tujuh pilot helikopter penerbang Angkatan Laut, serta masing-masing satu perwira kesehatan, satuan Komando Pasukan Katak, penyelam, perwira intelijen, dan perwira penerangan. Kapal korvet kelas SIGMA (Ship Integrated Geometrical Modulary Approach) dikomandani Letnan Kolonel Laut Ade Nanno Suwardi.
KRI Frans Kaisiepo akan bertugas selama sepuluh bulan: delapan bulan untuk bertugas di Libanon dan dua bulan dipakai untuk pergi-pulang Indonesia-Lebanon.
Sumber : TEMPO
No comments:
Post a Comment