Singapura (MI) : Memanasnya hubungan bilateral antara Pemerintah Singapura dengan
Pemerintah Indonesia akibat kapal perang Angkatan Laut yang bernama
Usman-Harun begitu menyita perhatian publik Tanah Air. Namun kondisi
sebaliknya di Singapura, yang warganya yang tidak tahu menahu tentang
hal tersebut.
Seperti yang diungkapkan Tan Tee Yunus, 58 tahun, ia menyatakan tidak
pernah mendengar kabar terkait kapal Usman-Harun itu. Bahkan dia pun
hampir lupa bahwa pernah terjadi ledakan bom di gedung MacDonalds House
di Orchard Road, Singapura. "Memang dulu ada, tetapi saya baru ingat
lagi setelah mendengar hal itu dari anda," kata pria tersebut saat
ditemui di Bugis Street, Singapura, Jumat malam, 14 Februari 20114.
Sertu Usman dan Kopko Harun adalah anggota Korps Komando Angkatan
Laut yang dijatuhi hukuman mati karena aksi pengeboman yang dilakukan
keduanya di MacDonald House Orchard Road pada Maret 1965. Dalam
pengeboman di kompleks perkantoran di pusat kota itu, tiga orang menjadi
korban.
Kisah mereka kembali mencuat setelah Pemerintah Singapura melayangkan
surat ke Indonesia karena penamaan kapal perang Usman Harun. Mereka
meminta agar nama tersebut tidak disematkan ke kapal perang Indonesia
lantaran melukai publik di Singpara.
Menurut Yunus, warga Singapura cepat melupakan sejarah karena semua
tempat yang dulu menyimpan banyak cerita masa lalu cepat terganti dengan
bangunan baru. Menurutnya, tidak ada alasan bagi masyarakat Singapura
membenci maupun terlukai akibat penamaan kapal perang Indonesia
tersebut. "Orang Singapura itu baik-baik, tidak ada yang suka masalah,"
ucap pria setengah baya tersebut.
Hal senada yang diungkapkan Looh Kin Seak, warga Singapura lainnya.
Pria 68 tahun itu mengaku sempat menyaksikan sisa-sisa peristiwa
tersebut. "Waktu itu saya mendengar kabar bom dan langsung datang
melihatnya," ujar dia, tampak ogah mengisahkan bagaimana suasana setelah
pegeboman yang mencekam tersebut.
Ia hanya menyatakan kondisi gedung MacDonalds saat itu belum dikepung
bangunan seperti sekarang. Ia juga mengingat kejadian itu di zaman
pemerintahan Soekarno-Hatta, tetapi lupa siapa pelaku pengeboman. Begitu
juga dengan memanasnya hubungan negaranya dengan Indonesia akibat nama
pelaku pengeboman tersebut. "Yang saya tahu Soekarno pernah datang ke
sini dengan pidato yang keras, tetapi saya melihat dia senang dengan
orang Cina," ujarnya tersenyum.
No comments:
Post a Comment