BATAM (MI) : Perseteruan Indonesia dan Singapura
gara-gara penamanan Usman Harun untuk kapal perang baru TNI AL tampaknya
masih terus menghangat. Sejauh ini Singapura tampak emosional dalam
menanggapi isu ini. Sementara Indonesia terlihat lebih santai dalam
menanggapinya. Setelah Menteri Pertahanan Singapura Ng Eng Hen melarang
KRI Usman Harun memasuki perairan Singapura dan melarang angkatan laut
negaranya berlatih dengan kapal perang tersebut pun, tanggapan pejabat
Indonesia tetap santai. Sebut saja tanggapan Kepala Pusat Komunikasi
Publik Kementerian Pertahanan RI Brigjen TNI Sisriadi Iskandar."Untuk
apa KRI Usman-Harun melintasi perairan Singapura? Kapal-kapal perang RI
tidak akan ke negara lain apabila tidak ada permintaan dari negara yang
bersangkutan.
Satu aksi baru dari Singapura datang lagi. Angkatan Laut Singapura secara sepihak membatalkan keikutsertaannya dalam Operasi Patroli Terkoordinasi (Patkor) Indonesia-Singapura (Indosin) ke-87 di Selat Malaka. Sesuai rencana, sebenarnya kegiatan direncanakan akan dimulai pada 17 Februari 2014.
Namun lagi-lagi Indonesia tetap tidak menunjukkan reaksi berlebihan. Gugus Keamanan Laut Armada RI Kawasan Barat (Guskamla Armabar) TNI AL tetap menggelar operasi itu sesuai jadwal mulai 17 Februari 2014 lalu tanpa melibatkan unsur angkatan laut Singapura. Sebenarnya ini adalah operasi rutin bersama yang digelar setahun 2 kali dan bertujuan menekan kejahatan di Selat Malaka, Selat Phillps dan Selat Singapura. Apakah pembatalan keikutsertaan Singapura gara-gara masalah KRI Usman Harun?
Komandan Guskamla Armabar, Laksma Harjo Susmoro, tidak sependapat dengan hal tersebut. Minimal apa yang disampaikan pihak Singapura tidak menyebutkan masalah KRI Usman Harun. "Terkait Usman Harun sangat kecil kaitannya. Tapi ya, hanya Tuhan yang tahu" ujar Laksma Harjo seperti dikutip dari Tribun Batam, Kamis 20 Februari 2014.
Komandan Guskamla Armabar menambahkan, Singapura memberi alasan tidak bisa mengikuti operasi ini karena banyaknya kegiatan angkatan laut Singapura. Mereka minta operasi diundur ke Maret 2014. Namun pihak Laksma Harjo mengatakan bahwa TNI AL tidak menyanggupi permintaan pengunduran waktu tersebut karena memiliki agenda lain di bulan Maret yakni Multilateral Naval Exercise Komodo (MNEK) 2014 yang akan berlangsung di Laut Natuna dan Anambas.."Jadi bukan batal, tapi Singapura minta mundur dan kita tidak bisa. Artinya ada tidaknya Singapura kita tetap jalan. Namanya operasi rutin. Dan tidak ada pengaruh sama sekali”. Lagi pula operasi ini bisa digelar sepanjang waktu karena waktu selama 360 hari," tambah laksamana berbintang satu ini. Laksma Harjo menceritakan, ketidakikutsertaan Singapura itu disampaikan Commander Maritime Security Task Force (MSTF) Republic of Singapore Navy kepadanya melalui aplikasi instant messaging WhatsApp .Harjo membacakan isi pesan itu, bahwa Singapura meminta mundur jadwal Patkot Indosin dari 17 Februari ke tanggal 28 Maret 2014 karena banyak kegiatan.
Indonesia tidak rugi dengan tidak ikutnya Singapura. "Yang rugi itu Singapura. Keamanan perairan Selat Malaka itu lebih besar dampaknya kepada Singapura,". Kendati demikian, Indonesia, menurut Harjo, juga memiliki kepentingan manakala dalam menindak pelaku kejahatan di laut yang kabur ke wilayah perairan Singapura.
Tampaknya ketegangan antara kedua negara masih belum usai.
Satu aksi baru dari Singapura datang lagi. Angkatan Laut Singapura secara sepihak membatalkan keikutsertaannya dalam Operasi Patroli Terkoordinasi (Patkor) Indonesia-Singapura (Indosin) ke-87 di Selat Malaka. Sesuai rencana, sebenarnya kegiatan direncanakan akan dimulai pada 17 Februari 2014.
Namun lagi-lagi Indonesia tetap tidak menunjukkan reaksi berlebihan. Gugus Keamanan Laut Armada RI Kawasan Barat (Guskamla Armabar) TNI AL tetap menggelar operasi itu sesuai jadwal mulai 17 Februari 2014 lalu tanpa melibatkan unsur angkatan laut Singapura. Sebenarnya ini adalah operasi rutin bersama yang digelar setahun 2 kali dan bertujuan menekan kejahatan di Selat Malaka, Selat Phillps dan Selat Singapura. Apakah pembatalan keikutsertaan Singapura gara-gara masalah KRI Usman Harun?
Komandan Guskamla Armabar, Laksma Harjo Susmoro, tidak sependapat dengan hal tersebut. Minimal apa yang disampaikan pihak Singapura tidak menyebutkan masalah KRI Usman Harun. "Terkait Usman Harun sangat kecil kaitannya. Tapi ya, hanya Tuhan yang tahu" ujar Laksma Harjo seperti dikutip dari Tribun Batam, Kamis 20 Februari 2014.
Komandan Guskamla Armabar menambahkan, Singapura memberi alasan tidak bisa mengikuti operasi ini karena banyaknya kegiatan angkatan laut Singapura. Mereka minta operasi diundur ke Maret 2014. Namun pihak Laksma Harjo mengatakan bahwa TNI AL tidak menyanggupi permintaan pengunduran waktu tersebut karena memiliki agenda lain di bulan Maret yakni Multilateral Naval Exercise Komodo (MNEK) 2014 yang akan berlangsung di Laut Natuna dan Anambas.."Jadi bukan batal, tapi Singapura minta mundur dan kita tidak bisa. Artinya ada tidaknya Singapura kita tetap jalan. Namanya operasi rutin. Dan tidak ada pengaruh sama sekali”. Lagi pula operasi ini bisa digelar sepanjang waktu karena waktu selama 360 hari," tambah laksamana berbintang satu ini. Laksma Harjo menceritakan, ketidakikutsertaan Singapura itu disampaikan Commander Maritime Security Task Force (MSTF) Republic of Singapore Navy kepadanya melalui aplikasi instant messaging WhatsApp .Harjo membacakan isi pesan itu, bahwa Singapura meminta mundur jadwal Patkot Indosin dari 17 Februari ke tanggal 28 Maret 2014 karena banyak kegiatan.
Indonesia tidak rugi dengan tidak ikutnya Singapura. "Yang rugi itu Singapura. Keamanan perairan Selat Malaka itu lebih besar dampaknya kepada Singapura,". Kendati demikian, Indonesia, menurut Harjo, juga memiliki kepentingan manakala dalam menindak pelaku kejahatan di laut yang kabur ke wilayah perairan Singapura.
Tampaknya ketegangan antara kedua negara masih belum usai.
Sumber : SATUHARAPAN
No comments:
Post a Comment