Jakarta (MI) : Staf Khusus Presiden Bidang Hubungan
Internasional, Teuku Faizasyah, mengatakan sudah menjadi tanggung jawab
Pemerintah Amerika Serikat dan Australia untuk memperbaiki hubungan
dengan RI usai terkuaknya dokumen penyadapan milik Edward J. Snowden.
Dalam dokumen yang kemudian dipublikasikan oleh harian New York Times, Minggu 16 Februari 2014, badan intelijen Negeri Kanguru, ASD, telah menyadap negosiasi sengketa dagang antara RI dengan AS.
Dilansir dari harian The Guardian hari ini, Faiz,
mengatakan Presiden SBY sudah diinformasikan soal terkuaknya kembali
informasi terbaru soal penyadapan ini. Informasi tersebut disampaikan
langsung oleh Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa.
Namun, Faiz merasa bingung dengan aksi penyadapan yang dilakukan
oleh agen intelijen Australia. "Jelas ini pengungkapan yang justru
membingungkan. Karena mereka menyadap kepentingan nasional Indonesia,"
ungkap Faiz melalui pesan singkat.
Dia lantas merasa penasaran, ada berapa banyak lagi dokumen rahasia
yang hingga kini masih dipegang oleh Snowden, namun belum diungkap ke
publik. Tetapi, Faiz menggarisbawahi, terkait isu penyadapan ini, sudah
jelas menjadi tanggung jawab Pemerintah AS dan Australia untuk
menyelesaikan semua konflik tersebut.
"Mereka yang terlibat di dalam aksi penyadapan ini, harus
menuntaskan terlebih dahulu masalah di kalangan internalnya sendiri,
agar bisa menyelamatkan hubungan bilateralnya dengan Indonesia," imbuh
Faiz.
Sementara Menlu Marty Natalegawa pada November 2013 pernah
mengatakan bahwa Kemenlu tengah memikirkan secara aktif langkah
antisipasi terhadap bocoran dokumen Snowden di masa yang akan datang.
"Saat ini kami di Kemlu terus memikirkan langkah tersebut. Kami
berpendapat ya saling buka-bukaan saja apa yang akan dihadapi dalam
waktu ke depan. Supaya ketika nanti masalah itu terjadi, kami telah
memiliki peredamnya. Sehingga tidak ada lagi kejutan," ujar Marty saat
itu.
Sementara di saat terpisah Perdana Menteri Australia, Tony Abbott
kembali bungkam saat ditanya media soal terkuaknya isu penyadapan ini.
Namun, dia menegaskan agen intelijen ASD tidak pernah memata-matai untuk
kepentingan komersial.
"Saya juga ingin menegaskan bahwa kami tidak menggunakan informasi
apa pun yang tengah kami kumpulkan, sebagai bagian dari operasi
intelijen dan keamanan kami, untuk merugikan negara lain," ujarnya.
Dalam kesempatan itu, dia menekankan, informasi tersebut digunakan
hanya untuk kepentingan negara sahabat dan menerapkan nilai-nilai yang
ada di negara kami.
"Kami menggunakan informasi itu untuk melindungi warga kami dan
warga negara lain. Sudah pasti, kami tidak menggunakannya untuk
kepentingan komersial," ujarnya.
Isu ini kemungkinan akan turut dibahas Menlu Marty saat bertemu
dengan Menlu John Kerry yang bertandang ke Gedung Kementerian Luar
Negeri pada Senin, 17 Februari 2014.
Sumber : VIVAnews
No comments:
Post a Comment