JKGR (MI) : Impian kapal induk TNI (baca: kemampuan projeksi jauh di luar wilayah
sendiri) tidaklah terlalu jauh. Keinginan Indonesia kembali menjadi
kekuatan regional berbanding perkembangan kekuatan di negara sekitar,
membuat TNI sudah waktunya melirik rudal anti-kapal jarak jauh (lebih
dari 300-400 km) land based atau platform kapal permukaan dan kapal
selam. Agar sekedar bisa seimbang dalam kemampuan projeksi negara lain
di kawasan, Indonesia butuh alutsista semacam strategic bomber, Kapal
selam nuklir, Destroyer dan untuk kekuatan udara adalah kapal induk.
Atau kekuatan regional cuma jargon semu.
Kapal Induk
Kepemilikan kapal induk merupakan keanggotaan klub elit negara yang mampu memproyeksikan kekuatan mereka ke seluruh dunia. Perwujudan supersized dari “gunboat diplomacy” dan sebanding dengan harganya yang saat ini sekitar 20 kapal induk aktif di seluruh dunia. US mengoperasikan 11 diantaranya. Dan tidak berhenti di sana. Akhir tahun lalu, US meluncurkan update terbaru contoh monster raksasa bertenaga nuklir dengan berat 100.000 ton, USS Gerald R Ford.
China : PLA mengerahkan kekuatan baru kapal induk
akhir tahun lalu dengan mengerahkan kapal induk eks Ukraina-Liaoning
dalam sengketa Laut Cina Selatan. Tapi ambisinya tidak berakhir di sana.
China telah mulai produksi pertama untuk rencana empat kapal induk
produk dalam negeri.
India : Secara terbuka membanggakan akuisisi terbaru
yang memasuki perairan nasional untuk pertama kalinya, INS Vikramaditya
memberikan India kekuatan udara angkatan laut terkuat di wilayah
setelah Amerika Serikat. Vikramaditya bergabung dengan kapal induk tua
eks UK INS Viraat. Dan tidak berakhir di sana. India sedang membangun
dengan desain sendiri –dua kapal induk seberat 40.000 ton bernama Vishal
dan Vikrant. Yang pertama dijadwalkan akan selesai dalam waktu empat
tahun.
Jepang : konstitusi pasca-Perang Dunia II negara
kepulauan ini dibatasi memiliki senjata ofensif. Akibatnya, sering
menggunakan permainan kata-kata. The IJNS Izumo adalah contohnya.
Daripada disebut kapal induk, kapal seberat 20.000 ton itu diperkenalkan
sebagai “helicopter destroyer” – meskipun kapal itu dapat membawa
jump-jets tempur. Izumo beroperasi tahun lalu. Kapal sejenis kedua
diperkirakan akan segera dibuat. Kapal-kapal tersebut akan bergabung
dengan dua serupa “helicopter destroyer” lainnya yang sudah operaional,
kapal seberat 14.000 ton Hyuga dan Ise.
Rusia : Jangan lupa negara bekas Uni Soviet ini.
Meskipun telah menjual seluruh kapal induk tua, tapi baru-baru ini
membeli empat kapal induk helikopter dari Perancis. Dua diantaranya akan
berbasis di Pasifik.
Korea Selatan : “The goodie” di semenanjung Korea
ini setahun yang lalu sudah mempunyai flat-top yang bernama Dokdo, dan
satu lagi sedang dibuat.
Thailand : Meskipun tidak “baru”, dan hampir tidak
lagi operasional, Chakri Naruebet tetap merupakan kemampuan untuk
memproyeksikan kekuatan udara. Kapal induk ini telah dimiliki Thailand
sejak tahun 1997, tetapi negara itu tidak lagi memiliki Harrier
jump-jets.
Australia : Untuk pertama kalinya sejak 1982 ,
Australia akan segera memiliki kemampuan untuk mengoperasikan pesawat
fixed-wing di laut. Penekanannya ada pada kata “kemampuan”. Dua LHD baru
HMAS Adelaide dan HMAS Canberra dijadwalkan akan masuk layanan dalam
beberapa tahun ke depan. Keduanya dilengkapi dengan deck penerbangan dan
bahkan ski-ramp . Tapi Australia belum punya pesawat tempur jet untuk
mengisinya. Untuk sementara ini mereka akan membawa helikopter, termasuk
helikopter serang.
Dimana posisi Indonesia ?
Indonesia : Meskipun Indonesia tidak memiliki kapal
yang didekasikan khusus sebagai pembawa pesawat atau helikopter, namun
sudah menjajaki konsep melalui beberapa desain rancangan dalam negeri.
Sampai saat ini belum ada keputusan yang dibuat untuk merealisasikan
program tersebut.
Sumber : JKGR
No comments:
Post a Comment