Jakarta (MI) : Pemerintah Rusia mengkritisi pernyataan
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry pada konferensi pers di
Jakarta beberapa waktu lalu. Kerry dianggap tidak memahami posisi dan
upaya Rusia dalam konflik di Suriah.
Hal ini pertama kali disampaikan oleh Duta Besar Rusia untuk Indonesia Mikhail Y.Galuzin dalam akun Twitter @RusEmbJakarta, Rabu 19 Februari 2014. "Interpretasi yang salah soal upaya Rusia di Suriah oleh J. Kerry pada konferensi pers di Jakarta membuat kami tidak habis pikir," tulis Galuzin.
Dalam konferensi pers bersama Menlu RI Marty Natalegawa, Kerry mengatakan pemerintah Bashar al-Assad yang didukung Rusia tidak menunjukkan keseriusan berdialog untuk mengakhiri konflik. Rezim Assad dalam perundingan Jenewa I dan Jenewa II menolak membicarakan transisi pemerintah.
Assad, kata Kerry, hanya ingin memenangkan pertempuran dengan mengorbankan nyawa wanita dan anak-anak yang tidak berdosa. "Dengan sangat menyesal saya katakan bahwa hal ini mereka lakukan dengan meningkatnya dukungan dari Iran, Hizbullah dan Rusia," kata Kerry.
"Rusia harus menjadi bagian dari solusi dan bukannya menyalurkan lebih banyak lagi senjata dan bantuan yang justru, faktanya, menambah kekuatan Assad, yang menciptakan lebih banyak lagi masalah," lanjut Kerry.
Twitter Kedubes Rusia di AS lantas mengutip link pernyataan Menlu Rusia Sergey Lavrov di Facebok terkait komentar Kerry ini. Lavrov mengatakan bahwa komentar senada sering dilontarkan terhadap Rusia terkait isu Suriah.
Lavrov beralasan, Rusia dan Assad beranggapan bahwa perundingan damai Jenewa tidak akan mencapai solusi karena pihak oposisi hanya diwakili satu kelompok saja. Sementara pemberontak di Suriah saat ini terpecah menjadi beberapa kubu, sehingga mereka yang hadir di perundingan sama sekali tidak mewakili suara oposisi.
"Hal ini membuat kami prihatin karena Komunike Jenewa menuntut negosiasi harus melibatkan seluruh spektrum masyarakat Suriah, dan ini termaktub dalam Resolusi Dewan Keamanan PBB 2118. Amerika mengambil tugas memastikan terwakilinya oposisi ini," kata Lavrov.
"Mereka memastikan akan melakukan segalanya untuk mendapatkan delegasi yang benar-benar mewakili oposisi. Tapi, sejauh ini mereka gagal," lanjutnya lagi.
Hal ini pertama kali disampaikan oleh Duta Besar Rusia untuk Indonesia Mikhail Y.Galuzin dalam akun Twitter @RusEmbJakarta, Rabu 19 Februari 2014. "Interpretasi yang salah soal upaya Rusia di Suriah oleh J. Kerry pada konferensi pers di Jakarta membuat kami tidak habis pikir," tulis Galuzin.
Dalam konferensi pers bersama Menlu RI Marty Natalegawa, Kerry mengatakan pemerintah Bashar al-Assad yang didukung Rusia tidak menunjukkan keseriusan berdialog untuk mengakhiri konflik. Rezim Assad dalam perundingan Jenewa I dan Jenewa II menolak membicarakan transisi pemerintah.
Assad, kata Kerry, hanya ingin memenangkan pertempuran dengan mengorbankan nyawa wanita dan anak-anak yang tidak berdosa. "Dengan sangat menyesal saya katakan bahwa hal ini mereka lakukan dengan meningkatnya dukungan dari Iran, Hizbullah dan Rusia," kata Kerry.
"Rusia harus menjadi bagian dari solusi dan bukannya menyalurkan lebih banyak lagi senjata dan bantuan yang justru, faktanya, menambah kekuatan Assad, yang menciptakan lebih banyak lagi masalah," lanjut Kerry.
Twitter Kedubes Rusia di AS lantas mengutip link pernyataan Menlu Rusia Sergey Lavrov di Facebok terkait komentar Kerry ini. Lavrov mengatakan bahwa komentar senada sering dilontarkan terhadap Rusia terkait isu Suriah.
Lavrov beralasan, Rusia dan Assad beranggapan bahwa perundingan damai Jenewa tidak akan mencapai solusi karena pihak oposisi hanya diwakili satu kelompok saja. Sementara pemberontak di Suriah saat ini terpecah menjadi beberapa kubu, sehingga mereka yang hadir di perundingan sama sekali tidak mewakili suara oposisi.
"Hal ini membuat kami prihatin karena Komunike Jenewa menuntut negosiasi harus melibatkan seluruh spektrum masyarakat Suriah, dan ini termaktub dalam Resolusi Dewan Keamanan PBB 2118. Amerika mengambil tugas memastikan terwakilinya oposisi ini," kata Lavrov.
"Mereka memastikan akan melakukan segalanya untuk mendapatkan delegasi yang benar-benar mewakili oposisi. Tapi, sejauh ini mereka gagal," lanjutnya lagi.
Sumber : VIVAnews
KEBUSUKAN AMERIKA TIDAK AKAN BISA DI TUTUPI DENGAN APAPUN, DI MANA ADA AMERIKA DI SITU PASTI ADA KONFLIK
ReplyDeleteNegara idiot, negara bobrok, negara tidak bermoral, imperialis, tukang adu domba, jagal manusia, pelanggar berat HAm itulah Amerika Serikat, Israel dan NATO
ReplyDelete