Monday, May 26, 2014

Produksi pesawat perintis, LAPAN gelontorkan Rp 400 miliar

Produksi pesawat perintis, LAPAN gelontorkan Rp 400 miliar

Jakarta (MI) : Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) bersama PT Dirgantara Indonesia (PT DI) menyatakan ambisinya memproduksi pesawat perintis N219. Pesawat jenis ini merupakan cikal bakal transportasi udara di daerah terpencil Indonesia.

Untuk merealisasikannya, LAPAN rela menggelontorkan anggaran Rp 400 miliar. "Tahun ini Rp 310 miliar, tahun depan Rp 90 miliar. PTDI investasi ke alat untuk perakitan," jelas Kepala Program Pesawat Terbang LAPAN, Agus Aribowo saat diskusi Ikatan Alumni Program Habibie (IABIE) di Gedung Joang 45, Menteng, Jakarta Pusat, kemarin.
Agus mengklaim, diproduksinya pesawat N219 sebagai sejarah baru kebangkitan industri kedirgantaraan nasional.

"Kami (LAPAN dan PT DI) ingin mengembangkan purwarupa atau prototype hingga sertifikasi pesawat penumpang baling-baling dan bermesin ganda berkapasitas 19 orang," jelasnya.
Agus menceritakan pesawat pendahulunya yakni N250 tidak sempat memasuki tahap sertifikasi lantaran terimbas dampak krisis ekonomi 1998.

"Waktu itu program diminta dihentikan oleh IMF (International Monetary Fund)," paparnya.
Penghentian program pesawat N250 sekitar 16 tahun lalu sangat disayangkan LAPAN. Sebab, saat itu N250 mampu menyedot perhatian dunia setelah purwarupanya sukses terbang perdana pada Agustus 1995. Kini N250 hanya menjadi besi tua di apron atau parkir pesawat milik PTDI.
Di tempat yang sama, Program Manager N219 PT. DI Budi Sampurno membeberkan keunggulan pesawat N219.

"Dari segi harga, N219 termasuk murah tanpa mengesampingkan kualitasnya," ucap Budi.
"N219 juga didesain senyaman mungkin dengan tinggi kabin 170 cm. Untuk bagasinya mampu mengangkut 2.313 kilo," tambahnya.
Selain itu, sistem pengoperasian N219 juga dirancang lebih mudah dengan single pilot. "Lebih mudah dioperasikan dan aman," ujarnya.

Pesawat jenis ini juga mampu memprediksi ketebalan awan. Dengan begitu bisa menjadi antisipasi kecelakaan dalam penerbangan yang disebabkan kondisi buruknya cuaca.
"Weather radar saat pesawat akan menembus awan, dia sudah bisa memperhitungkan ketebalan awan berapa. Selain itu, untuk menghindari accident, N219 juga dilengkapi suatu radar yang bisa memberikan inputan data kalau ada gunung dari jarak jauh. Jadi bisa kasih warning," tandasnya.








Sumber : Merdeka

No comments:

Post a Comment