BOGOR (MI) : Indonesia meneguhkan komitmennya untuk turut serta
mewujudkan dunia dengan rampungnya Indonesia Peace and Security Center
(IPSC) dan siap segera digunakan. Di kawasan ini Indonesia mempersiapkan
pasukannya untuk misi perdamaian dunia. Indonesia berambisi masuk dalam
10 besar negara pengirim pasukan perdamaian PBB.
IPSC atau Kawasan Pusat Perdamaian dan Keamanan Indonesia ini
dibangun di area seluas 261 hektar di Bukit Merah Putih, Sentul,
Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Di kawasan tersebut dibangun tujuh
fasilitas, yaitu Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian TNI, Pusat Pasukan
Siaga TNI, Pusat Pelatihan Penanggulangan Terorisme dan Deradikalisasi,
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Penanggulangan Bencana, Pusat
Pengembangan Diplomasi Kebahasaan, Universitas Pertahanan, dan Pusat
Olahraga Militer.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, pembangunan kawasan ini
berlandaskan pada UUD 1945 yang mengamanahkan Indonesia untuk ikut
menjaga ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian, dan
keadilan sosial. Dengan demikian Indonesia dituntut untuk meningkatkan
kontribusinya dalam menjaga keamanan dunia. Perkembangan dan realitas
dunia saat ini pun menunjukkan adanya ancaman keamanan internasional.
"Kita memahami tantangan, misi dan pengalaman yang kita miliki
sendiri, dalam menyelenggarakan military selain perang. Atas dasar
itulah kita punya ketetapan hati untuk menghadirkan institusi ini. Kita
punya pengalaman panjang, berharga dan penglihatan ke depan, bagaimana
bangsa ini dapat memberi kontribusinya yang makin efektif, nyata dalam
perdamian dunia," kata Yudhoyono saat meresmikan IPSC di Sentul, Senin
(7/4/2014).
Yudhoyono mengatakan, saat ini Indonesia berada di urutan 17 negara
yang mengirimkan pasukan perdamaian dunia. Dalam waktu satu atau dua
tahun, Indonesia harus bisa menembus urutan 10 besar. Saat ini pasukan
perdamaian Indonesia berjumlah 2.000 orang. Jika bisa menambah 2.000
pasukan lagi maka ambisi masuk ke 10 besar bisa tercapai.
Yudhoyono menjelaskan, kawasan ini memang sengaja dibangun terpadu
tujuh fasilitas tersebut. Sehingga Indonesia bisa mempersiapkan
kapasitas pasukannya dengan lebih menyeluruh. Pusat pengembangan bahasa
misalnya, dibangun di kawasan itu untuk meningkatkan kemampuan bahasa
asing TNI. "Banyak perwira Indonesia baik TNI atau Polri, jumlahnya
puluhan, harus kembali ke Indonesia karena tidak lulus Bahasa Inggris
dan kemudi. Mereka harus kembali ke tanah air. Itulah mengapa kita
dirikan pusat bahasa karena dengan siapapun kita ditugaskan negara bisa
lulus ujian," katanya.
Penguasaan bahasa, kata Yudhoyono, akan memperkuat upaya diplomasi.
Tidak hanya penguasaan Bahasa Inggris, tetapi juga bahasa asing lainnya.
Kawasan ini akan menjau pusat pelatihan tentara yang akan dikirim ke
berbagai misi internasional. Hal ini menjadi jawaban atas berbagai
kesulitan Indonesia saat mengirim pasukan ke luar negeri. Sehingga
Indonesia tidak lagi kewalahan mempersiapkan pasukannya yang akan
dikirim ke luar negeri.
Kawasan ini juga menjadi pusat pelatihan bagi TNI dan Polri dalam
menanggulangi bencana dan terorisme di bawah naungan BNPB dan BNPT.
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menjelaskan, kawasan ini
dibangun dengan konsep 7 in 1 sejak 2010. Pada mulanya hanya 2 in 1 yang
berupa PMPP dan Pusat Olahraga Militer dengan anggaran Rp 883,28
miliar. Pada 2011 rencana itu bertambah menjadi 4 in 1 dengan
menambahkan Pusat Pelatihan Penanggulangan Terorisme senilai Rp 160,8
miliar dan Pusat Pelatihan Penanggulangan Bencana senilai Rp 126,28
miliar.
Tahun 2012 bertambah tiga fasilitas lagi, yaitu Pusat Pasukan Siaga
TNI senilai Rp 141,66 miliar, kampus Universitas Pertahanan senilai Rp
243,07 miliar, dan Pusat Pengembangan Bahasa senilai Rp 88,37 miliar.
Sebagai penunjang, dibangun pula fasilitas jalan utama dan jembatan
senilai Rp 75 miliar.
Purnomo mengatakan, kawasan ini telah mengantongi semua izin yang
diperlukan. Antara lain rekomendasi penggunaan lahan untuk kawasan
strategis nasional dari Menteri PU selaku Ketua Pelaksana Badan
Koordinasi Penataan Ruang Nasional pada 26 Juli 2012, pengesahan master
plan oleh Bupati Bogor pada 8 Juli 2013, dokumen Amdal oleh Bupati Bogor
pada 26 September 2013, dan IMB dari Bupati Bogor pada 30 Januari 2014.
"Pembangunan IPSC ini mengikuti rekomendasi pakar struktur tanah
dengan zero accident selama pembangunan 2012-2014," tutur Purnomo.
Sumber : Pikiran-rakyat
Semakin banyak TNI bertugas didalam pasukan perdamaian di bawah PBB, pengalaman dr luar akan memberikan kasanah kemiliteran dan kalau bisa digenjot lagi TNI hrs menjadi 5 besar. Bravo TNI......................
ReplyDelete