BOYOLALI (MI) : Sejak beberapa pekan terakhir Pangkalan TNI AU (Lanud) Adi Soemarmo Boyolali mendapat kehormatan sebagai home base sementara sejumlah pesawat tempur dari Lanud Iswahjudi seperti F-5F Tiger II dari Skadron 14 dan T50i Golden Eagle Skadron 15. Kali ini Adi Soemarmo pun kembali mendapat kehormatan menjadi lokasi tercatatnya sejarah baru dalam TNI AU, yaitu lulusnya dua penerbang Skadron 15 melakukan terbang solo atau terbang mandiri tanpa instruktur di atas pesawat T50i Golden Eagle.
Hari Jumat (11/4/2014) menjadi hari istimewa bagi Kapten (Pnb.) Dwi Cahyadi dan Kapten (Pnb.) Yudhistira. Kedua penerbang ini sukses melaksanakan solo flight atau terbang sendiri tanpa didampingi instruktur di atas pesawat latih tempur terbaru TNI AU, T50i Golden Eagle. Sejarah pun sekaligus mereka cetak, sebab merekalah pilot pertama yang lulus terbang solo menggunakan T50i di Indonesia dan sebagai hasil gemblengan instruktur asal TNI AU sendiri.
Keberhasilan keduanya diresmikan dalam sebuah upacara kecil di apron utara Lanud Adi Soemarmo. Dwi Cahyadi yang memiliki nama sandi “Ostrich” dan Yudhistira yang bernama sandi “Orca” menerima pengalungan syal merah dan plakat penghargaan yang diberikan Komandan Lanud Iswahjudi, Marsekal Pertama TNI Yuyu Sutisna. “Dengan ini maka semakin bertambah jumlah pilot tempur TNI AU yang sekaligus menambah kekuatan untuk mengawal dirgantara Indonesia,” ujar Yuyu dalam sambutannya.
Dwi Cahyadi, penerbang kelahiran Sleman 6 Juli 1984 yang lulus pendidikan AAU tahun 2005 mengaku bangga dan bahagia dengan pencapaiannya. Menurut pilot yang total sudah mengumpulkan 900 jam terbang ditambah 46 jam terbang di atas T50i, pesawat buatan Korea Selatan itu menjadi simbol loncatan teknologi yang dikuasai TNI AU.
Sementara Yudhistira, putra Magetan kelahiran 11 Juni 1985 yang lulus AAU 2006, menyatakan solo flight di atas T50i Golden Eagle adalah ajang pembuktian seorang penerbang tempur. Pilot yang membukukan 45 jam terbang dengan Golden Eagle dan 700 jam dengan pesawat latih tempur Hawk Mk. 53 ini menyebut, solo flight adalah bukti kepercayaan dari instruktur atas kemampuan dan kompetensi seorang pilot.
Komandan Skadron 15, Letkol (Pnb.) Wastum “Conda” salah satu penerbang pertama T50i Golden Eagle yang dididik di Korea Selatan kepada Espos menyebut, pelatihan pilot di dalam negeri lebih menguntungkan. “Korea Selatan itu negara yang statusnya masih berperang [dengan Korea Utara] dan wilayahnya juga sempit sehingga area latihan terbatas. Di sini wilayah latihan luas sementara komunikasi dengan siswa penerbang juga lebih enak karena tak ada kendala bahasa dan budaya,” ujarnya.
Sumber : Solopos
No comments:
Post a Comment