Saturday, April 12, 2014

Angkasa Harus Steril 30 Menit Sebelum RI1 Terbang

Angkasa Harus Steril 30 Menit Sebelum RI1 Terbang

JAKARTA (MI) : TNI AU telah berpengalaman mengamankan penerbangan Presiden RI atau RI 1. Karena itu, standar operasi pengamanan penerbangan Pesawat Kepresidenan BBJ2 yang baru datang, tidak berbeda dari yang sudah dilakukan selama ini. Di antaranya adalah sterilisasi lalu lintas udara sebelum pesawat kepresidenan terbang (take off) dan mendarat (landing).

"Kami sudah rutin mengamankan pesawat kepresidenan. Jadi, sudah ada protapnya, maka 30 menit sebelum pesawat RI 1 ataupun RI 2 take off, dan 15 menit setelah pesawat landing, lalu lintas udara harus steril," ungkap Kepala Dinas Penerangan TNI AU, Marsekal Pertama Hadi Tjahyanto, di Jakarta, Jumat (11/4/2014) di Jakarta.

Pada situasi tertentu, TNI AU juga mengerahkan pesawat tempur untuk mengawal Pesawat Kepresidenan dalam penerbangan di dalam negeri.

"Seringkali, pesawat yang ditumpangi RI 1 kami kawal sampai tujuan. Kalau pesawat kepresidenan terbang ke jalur internasional, kami melakukan pengawalan sampai di perbatasan negara. Selanjutnya kami berkoordinasi ke negara-negara yang dilintasi. Tapi, kami juga memantau menggunakan alat yang ada untuk mendeteksi pergerakan pesawat tersebut," paparnya.

Pesawat Tempur TNI AU Kawal Penerbangan Pesawat RI 1


TNI Angkatan Udara sebagai operasional pesawat kepresidenan RI, Boeing Business-Jet 2 seri 737-800NG, menerapkan beberapa SOP pengamanan khusus bila presiden atau wakil presiden menggunakan pesawat tersebut.

SOP pengamanan tersebut di antaranya, sterilisasi lalulintas udara sebelum pesawat yang ditumpangi RI atau RI 2 tersebut terbang (take off) hingga mendarat (landing). Selain itu, dalam situasi tertentu, pesawat tempur TNI AU juga akan melakukan pengawalan saat pesawat kepresidenan tersebut digunakan oleh RI 1 atau RI 2.

"Kami kadang-kadang sering lakukan itu, sering pesawat yang ditumpangi RI 1 kami kawal sampai tujuan," ungkap Kepala Dinas Penerangan TNI AU, Marsekal Pertama Hadi Tjahyanto kepada Tribun.
Menurut Hadi, jika pesawat kepresidenan terbang ke internasional, tidak akan dilakukan pengawalan dengan pesawat tempur TNI AU.

"Kami lepas di perbatasan negara. Kami anggap sudah aman dan kami hanya lakukan koordinasi dengan pihak terkait di masing-masing negara. Jadi, kami pantau dari Indonesia dengan alat yang ada untuk mendeteksi pergerakan pesawat tersebut," paparnya.

Tidak Ada Peralatan Tempur di Pesawat Kepresidenan

Pesawat kepresidenan Boeing Business Jet 2 hanya memiliki sistem keamanan 'counter sabotage system' atau sistem penangkal sabotase, seperti penangkal serangan peluru kendali atau anti-rudal dan pemancar panas untuk pertahanan.

Pesawat tersebut tidak dipersiapkan untuk melakukan perlawanan saat mendapat serangan dari luar. "Tidak ada yang lain, hanya sistem keamanan itu saja," ujar Kepala Dinas Penerangan TNI AU, Marsekal Pertama Hadi Tjahyanto kepada Tribun.

Menurut Hadi, keempat pilot utama dari TNI AU sudah mendapatkan pelatihan dari pihak Boeing tentang operasional sistem keamanan pertahanan pada pesawat seharga Rp 842 miliar tersebut.
"Mereka sudah dilatih di Amerika Serikat tentang alat tersebut. Tapi, alat itulah yang akan menghindari atau mencegah jika ada peluru kendali," ungkap Hadi.

Sistem keamanan tersebut sangat berbeda jauh dengan sistem pesawat kepresiden Amerika Serikat, Air Force One. Pesawat Boeing seri 747-200B untuk presiden Amerika Serikat dilengkapi persenjataan canggih seperti Joint direct attack Munition (JDAM), Small Diameter Bomb (SDB), meriam otomatis M61A2 Vulcan 20 mm, hingga anti-rudal.




Sumber :  TRIBUNNEWS

No comments:

Post a Comment