Analisis (MI) : Hari ini, perayaan usiamu dihelat di berbagai sudut republik. Di
ibukota sebagai pusat pertunjukan kegagahan dilakukan gelar alutsista
berbagai jenis. Tapi bukan sekedar itu, di berbagai sudut tanah air pun
tugas realnya digelar dengan menghadirkan sejumlah batalyon untuk
borderland apakah itu di bumi Kalimantan, Timor NTT atau Papua. Ada
lagi yang menggelar diri di pulau terpencil, satuan Marinir untuk
menegaskan kepemilikan NKRI. Banyak juga yang tak tahu ada gelaran
sejumlah KRI di sisi selatan negeri ini sebagai jawaban atas gelaran
kapal perang tetangga selatan yang tak sudi menerima imigran pelarian.
Banyak tugas yang sedang dijalankan di luar batas negeri. Ada ribuan prajurit menjalankan tugas peace keeping PBB, di Libanon dan tempat lain. Ada KRI Diponegoro mengawasi perairan laut Tengah. Ada 3 Heli Mi17 yang siap diberangkatkan ke Sudan bersama 100an prajurit Penerbad. Pengamanan APEC di Bali dengan menggelar pasukan bersama sejumlah alutsista. Meski Presiden Obama tak jadi datang namun kualitas pengamanan tetaplah bagian dari keharusan menjaga kewibawaan shohibul bait sembari tetap menebar senyum pada sejumlah tamu.
Jadi meski ada perayaan Ultah, tetaplah nomor satu kewajiban mutlak menjaga negeri dan menerima tugas perdamaian dunia. Tentara negeri ini adalah bangunan energi yang punya kemampuan dan ketangguhan personal. Kualitas personal itu berdampingan dengan kedatangan berbagai jenis alutsista yang mampu menebarkan semangat berjuang dan bertarung. Maka jadilah dia "senyawa kimia" yang mampu memberikan aura gagah dan getar sehingga mampu mewibawakan harkat dan martabat teritorial bangsa ini.
Seikat kembang sangat pantas untuk Pengawal Republik yang mampu menampilkan keistiqomahannya dalam menjaga NKRI. Sementara di dalam rumah tangga negeri ini penuh carut marut kehebohan korupsi dari penjaga nilai konstitusi karena Ketua MKnya sendiri tertangkap tangan menjadi "pemain bayaran". Belum lagi lagak dan langgam anggota Parlemen yang merasa dia telah menjadi "Tuhannya Setan" sehingga bisa melakukan apa saja yang menurutnya pantas, pantas memaki, pantas menuduh, pantas mengambil, pantas menyunat. Dan lain-lain dan lain-lain karena terlalu banyak sampai mau muntah jika menyebutnya.
Tanpa bermaksud membandingkan, bukankah satu-satunya kewibawaan negeri ini hanya ada pada sosok Pengawal Republik. Tampilan sederhananya lihat saja di Monas atau tempat lain yang saat ini sedang memamerkan sejumlah alutsista. Ada kegagahan disitu, ada nilai harga diri bernegara dan berbangsa. Ada kepantasan negeri ini bernama Republik Indonesia. Masih ada kepantasan kita mematut-matut diri di depan cermin karena masih ada sebuah kebanggaan ber NKRI dengan kemampuan Pengawal Republik menjaga nilai keistiqomahannya sesuai konstitusi. Sementara nilai-nilai yang lain terutama yang terakhir ini di Mahkamah Konstitusi sangat menghentak nilai negeri yang berkonstitusi.
Selamat ulang tahun tentaraku
Meski negeri ini penuh hiruk pikuk kegaduhan
Tetap jalankan spirit menegakkan kewibawaan teritori
Seikat kembang kami sandangkan didadamu
Karena engkau adalah cermin kewibawaan nilai itu
Banyak tugas yang sedang dijalankan di luar batas negeri. Ada ribuan prajurit menjalankan tugas peace keeping PBB, di Libanon dan tempat lain. Ada KRI Diponegoro mengawasi perairan laut Tengah. Ada 3 Heli Mi17 yang siap diberangkatkan ke Sudan bersama 100an prajurit Penerbad. Pengamanan APEC di Bali dengan menggelar pasukan bersama sejumlah alutsista. Meski Presiden Obama tak jadi datang namun kualitas pengamanan tetaplah bagian dari keharusan menjaga kewibawaan shohibul bait sembari tetap menebar senyum pada sejumlah tamu.
Jadi meski ada perayaan Ultah, tetaplah nomor satu kewajiban mutlak menjaga negeri dan menerima tugas perdamaian dunia. Tentara negeri ini adalah bangunan energi yang punya kemampuan dan ketangguhan personal. Kualitas personal itu berdampingan dengan kedatangan berbagai jenis alutsista yang mampu menebarkan semangat berjuang dan bertarung. Maka jadilah dia "senyawa kimia" yang mampu memberikan aura gagah dan getar sehingga mampu mewibawakan harkat dan martabat teritorial bangsa ini.
Seikat kembang sangat pantas untuk Pengawal Republik yang mampu menampilkan keistiqomahannya dalam menjaga NKRI. Sementara di dalam rumah tangga negeri ini penuh carut marut kehebohan korupsi dari penjaga nilai konstitusi karena Ketua MKnya sendiri tertangkap tangan menjadi "pemain bayaran". Belum lagi lagak dan langgam anggota Parlemen yang merasa dia telah menjadi "Tuhannya Setan" sehingga bisa melakukan apa saja yang menurutnya pantas, pantas memaki, pantas menuduh, pantas mengambil, pantas menyunat. Dan lain-lain dan lain-lain karena terlalu banyak sampai mau muntah jika menyebutnya.
Tanpa bermaksud membandingkan, bukankah satu-satunya kewibawaan negeri ini hanya ada pada sosok Pengawal Republik. Tampilan sederhananya lihat saja di Monas atau tempat lain yang saat ini sedang memamerkan sejumlah alutsista. Ada kegagahan disitu, ada nilai harga diri bernegara dan berbangsa. Ada kepantasan negeri ini bernama Republik Indonesia. Masih ada kepantasan kita mematut-matut diri di depan cermin karena masih ada sebuah kebanggaan ber NKRI dengan kemampuan Pengawal Republik menjaga nilai keistiqomahannya sesuai konstitusi. Sementara nilai-nilai yang lain terutama yang terakhir ini di Mahkamah Konstitusi sangat menghentak nilai negeri yang berkonstitusi.
Selamat ulang tahun tentaraku
Meski negeri ini penuh hiruk pikuk kegaduhan
Tetap jalankan spirit menegakkan kewibawaan teritori
Seikat kembang kami sandangkan didadamu
Karena engkau adalah cermin kewibawaan nilai itu
Sumber : Analisis
Dirgahayu Pengawal Republik,,
ReplyDelete