JKGR (MI) : Helikopter serang Apache AH-64E Guardian, MI-35, MBT Leopard-2 serta
Pesawat Tempur Anti Gerilya Super Tucano, merupakan kombinasi maut untuk
sebuah peperangan di wilayah Indonesia yang berbukit dan berhutan.
Helikopter Apache AH-64 E Guardian mampu mendeteksi panas tubuh manusia
yang berada di balik pepohonan dan mampu melakukan penghancuran dari
jarak jauh baik untuk lapis baja maupun infanteri. Apache AH 64E
termasuk kategori heli serang berat yang memiliki transmisi lebih baik
dibanding seri D. Apache E juga menggunakan baling-baling dari bahan
komposit, yang membuatnya bisa terbang lebih cepat dibanding Apache D
Block II.
Apache AH-64E Guardian juga dilengkapi pengendalian pesawat nirawak
(drone) dari dalam kokpit sehingga meningkatkan kemampuan baik dalam
pengawasan maupun tempur. AH-64 E Guardian mampu terbang tinggi dan
menembak dari jarak jauh, sehingga sulit untuk ditembak oleh rudal jarak
pendek (SAM) yang dibawa infanteri atau kendaraan lapis baja lawan.
AH-64E mampu mengidentifikasi 130 target dalam waktu kurang satu menit.
AH-64E mampu mengidentifikasi 130 target dalam waktu kurang satu menit.
Senjata utama Apache AH-64 adalah rudal AGM-114 HELLFIRE
fire-and-forget yang dijuluki tank-killer yang terbukti di berbagai
medan perang. Apache membawa 16 rudal HELLFIRE dibagi ke dalam 4 stub
wing hardpoint dengan jangkauan tembak hingga 12 km.
Senjata lapis kedua dari Apache adalah rocket pod, Roket “Hydra 70mm”
series Folding-Fin Aerial Rocket (FFAR) dengan 19 roket dalam satu pod.
Untuk pertahanan udara, helikopter ini dilengkapi rudal AIM-9
Sidewinder dan AIM-92 Stinger. Kedepannya rudal strastreak akan dipasang
di Apache. Heli ini juga bisa mengangkut rudal anti radiasi AGM-122
untuk menghancurkan instalasi radar musuh yang secara efektif akan
membutakan kekuatan lawan.
Satu helikopter bisa membawa 4 rudal anti-radiasi AGM-122, untuk
membuka jalan bagi helikopter Apache lainya untuk serangan yang lain
dalam sebuah serangan kombinasi. Taktik ini sukses dilakukan AS dalam
perang di Irak. Apache yang membungkam radar-radar Irak, sebelum Apache
lainnya menggasak tank Irak dan pesawat F-16 / F-15 AS membombardir
sasaran darat.
Senjata lainnya adalah: 4 rudal penghancur presisi (Advanced
Precision Kill Weapon System – APKWS), Roket berpandu laser CRV7 70mm,
serta Kanon otomatis 30 mm dengan kecepatan menembak 625 peluru dalam
satu menit.
Helikopter AH-64 dilengkapi Radar Longbow yang bekerja baik walau
dalam kondisi visibility yang buruk. Ada lagi Pilot Night Vision Sensor
(PVNS) dan Target Acquition Designation Sight (TADS) yang dapat
menyajikan image dari target dalam bentuk direct-view-optic, hasil
system Forward Looking Infra Red (FLIR) untuk mencari, mendeteksi dan
mengenali sasaran.
Image tersebut kemudian ditampilkan dalam system Integrated Helmet
and Display Sighting System (IHADSS), sehingga dapat dilihat oleh Pilot,
Co Pilot dan Gunner pada alat yang terpasang di helm masing-masing.
Selain itu, integrasi sensor, jaringan-komunikasi digital, management
tempur real time, dapat men-transmisikan image dan target lokasi ke
komandan operasi lapangan.
Untuk Apache AH-64 E telah dikembangkan system baru targeting and
night-vision dari pengembangan sensor long wave infra merah yang
menghasilkan perbaikan pada jarak dan resolusi gambar yang dihasilkan.
Perbaikan ini memberikan visual yang lebih baik dalam bentuk tiga
dimensi, dua-dimensi, tampilan TV camera resolusi tinggi, electronic
zoom, target tracker dan auto boresight. Radarnya menggunakan: Radar
warning receiver, Radar Frequency Interferometer Electronic Support
Acquisition System, Infrared countermeasures, laser warning receiver dan
radar jammed.
Intinya daya endus dan visual dari Apache sangat kuat. Kru AH-64E
Apache Guardian bisa membedakan, apakah mahluk hidup yang mengendap di
hutan, manusia atau binatang.
Semua militer di dunia ini bisa jadi menginginkan helikopter AH-64E
Apache, apalagi versi terbaru yakni AH-64E Guardian. Bisa jadi pada
tahun 2014, pengguna AH-64E Guardian baru Amerika Serikat, Indonesia,
Korea Selatan dan Taiwan. AH-64 E baru digunakan pasukan AS pada tahun
2013 dalam jumlah kecil dan sedang diproduksi.
Apache AH 64 E akan membuka jalan bagi bagi pasukan infanteri dan MBT
Leopard dalam melakukan serangan. Belum lagi armada helikopter serang
Mi-35 dikombinasikan dengan helikopter serbu Mi-17. Helikopter angkut
Mi-17 V5 dapat mengangkut 36 personel pasukan para-komando atau pasukan
khusus yang dikawal oleh Mi-35 untuk mendrop pasukan ke posisi-posisi
penting. TNI AD telah menjajal Mi-17 dengan cara mengirimnya ke Darfur,
Sudan bersama 120 personel.
Mi-35 memiliki fungsi yang lebih luas dari Apache. Helikopter mampu
mengangkut 8 pasukan atau 4 pasien dengan satu dokter. Namun Mi-35 juga
berfungsi menyiapkan bantuan udara bagi pasukan yang bergerak di darat,
menghadapi pasukan kavaleri (dalam jumlah kecil) serta infanteri, dan
bantuan udara jarak dekat terhadap operasi pasukan para atau pasukan
khusus.
Helikopter ini bisa beroperasi dalam segala cuaca baik siang maupun malam dan mengusung senjata dengan varian:
8 rudal anti-tank Ataka/Shturm ATGMs, 128 roket S-5 dalam 32 pods, 80 roket S-8 dalam 20 pods, atau 4 roket S-24, peluncur geranat, senjata mesin, bombs 50-500 kg, cargo container dan sebagainya. Senjata mesinnya one four-barrel YakB-12.7 atau satu NPU-30 gun mount with the twin-barrel 30mm GSh-30 cannon.
8 rudal anti-tank Ataka/Shturm ATGMs, 128 roket S-5 dalam 32 pods, 80 roket S-8 dalam 20 pods, atau 4 roket S-24, peluncur geranat, senjata mesin, bombs 50-500 kg, cargo container dan sebagainya. Senjata mesinnya one four-barrel YakB-12.7 atau satu NPU-30 gun mount with the twin-barrel 30mm GSh-30 cannon.
MBT Leopard 2 disertai IFV Marder akan dapat bergerak leluasa,
membongkar pertahanan lawan, di bawah perlindungan Apache AH-64E.
Sementara Mi-35 akan mengawal pasukan yang dibawa oleh Mi-27, untuk
menetralisir lokasi-lokasi yang sulit dijangkau oleh pasukan yang
bergerak di darat. Infanteri di darat pun dilengkapi ATGM Javelin dan
NLAW, rudal anti-tank.
Super Tucano bisa menusuk jauh ke garis belakang untuk memburu
logistik, amunisi pasukan lawan. Pesawat ini memiliki kemampuan menjejak
posisi musuh dengan cepat serta memiliki kemampuan penghancuran. Super
Tucano EMB-314 mengandalkan mesin tunggal Empresa Braziliera de
Aeronautica (Embraer), untuk melakukan tempur taktis “close air support”
bagi bantuan pasukan infanteri maupun kavaleri. Super Tucano dilengkapi
dua senapan mesin di sayap serta 5 hardpoint di sayap dan fuselage
untuk mengangkut rudal, roket atau bom seberat 1,5 ton. Super Tucano
mampu bermanuver hingga +7g dan -3.5g dikombinasi dengan kecepatan
tinggi dan lincah sehingga memiliki tingkat survivability cukup tinggi.
Pesawat ini didisain untuk melakukan serangan anti-gerilya,
pengintaian dan patroli. Nama Super Tucano melejit berkat Operasi
Phoenix pada 2008 yang dilakukan Angkatan Udara Kolombia. Super Tucano
mereka berhasil menewaskan orang kedua organisasi pemberontak FARC, Raul
Reyes, dalam suatu serangan lintas perbatasan ke Venezuela.
Jika target Minimum Essential Force, MEF-I adalah untuk
mengantisipasi konflik di perbatasan dengan negara tetangga, maka
kombinasi AH-64E, Mi-35,Mi-17, MBT Leopard 2A4, IFV Marder, MLRS Astros
II, Meriam 155 mm Caesar sudah sangat mumpuni untuk melakukan
pertempuran. Kehadiran Apache AH-64E dalam pertempuran darat di
geografis Indonesia, akan memberikan nightmare bagi pasukan lawan.
Sejumlah negara menagkui Angkatan Darat Indonesia kuat, apalagi
setelah dilengkapi berbagai alutsista di atas. Untuk itu pada MEF 2,
sudah waktunya membenahi Angkatan Udara dan Laut, agar disegani lawan.
Sumber : JKGR
No comments:
Post a Comment