Merdeka (MI) : Dalam beberapa tahun terakhir, bisnis industri penerbangan dalam
negeri melesat kencang. Maskapai penerbangan baru ramai-ramai
bermunculan di tengah percaturan bisnis penerbangan dalam negeri yang
semakin ketat.
Pesawat-pesawat baru berteknologi canggih didatangkan dari
perusahaan-perusahaan ternama demi menarik perhatian sekaligus sebagai
psywar bagi maskapai pesaingnya. Jenis pesawat yang digunakan kebanyakan
Airbus yang merupakan buatan Prancis, dan Boeing yang tak lain hasil
karya perusahaan Jerman. Belakangan, pesawat jenis Sukhoi dari Rusia
mulai masuk pasar penerbangan dan digunakan oleh maskapai yang
beroperasi di Indonesia.
Tidak terbantahkan bahwa pesawat yang menguasai langit Indonesia
adalah buatan asing. Pesawat hasil karya anak bangsa belum menjadi tuan
rumah di negeri sendiri. Pesawat buatan PT Dirgantara Indonesia seolah
tak berdaya menghadapi gempuran pesawat-pesawat Airbus, Boeing, dan
Sukhoi. Padahal, jika mendengar Bacharuddin Jusuf Habibie menceritakan
kisahnya membangun industri penerbangan nasional, Indonesia tidak kalah
dibanding negara lain.
Habibie adalah orang yang meyakini bahwa industri penerbangan
nasional bisa bersaing asalkan ada komitmen untuk mendukung produk yang
dihasilkan. Komitmen untuk memajukan industri kedirgantaraan muncul
sejak zaman proklamasi. Artinya, sudah lebih dari setengah abad. Habibie
menceritakan, saat proklamasi kemerdekaan Indonesia muncul wawasan agar
bangsa Indonesia bisa semakin mandiri, termasuk di bidang
kedirgantaraan.
Sampai saat ini, Habibie masih menyatakan komitmennya untuk memajukan
industri penerbangan nasional. Seperti pesannya saat lengser dari kursi
Presiden Indonesia pada 1999 lalu.
"Saya sampaikan kepada pengganti saya, jangan korek-korek industri
strategis. Karena itu wawasan implementasi dari seluruh bangsa
Indonesia," kata Habibie beberapa waktu lalu.
Habibie mengakui bahwa ide dan sosok yang getol membuat pesawat terbang di Indonesia bukan dia, Soekarno ataupun Soeharto . Tokoh yang pertama kali ingin mengembangkan pesawat terbang adalah Wiweko Soepono.
Dia berasal dari Angkatan Udara Indonesia. Wiweko juga ternyata sosok
pendiri maskapai penerbangan pelat merah, Garuda Indonesia. Wiweko
kemudian diganti oleh Nurtanio yang mengerti dan memahami pentingnya
teknologi angkatan bersenjata.
Setelah Nurtanio meninggal, Soekarno mengambil inisiatif untuk mengembangkan pesawat terbang. Akhirnya Soekarno mengangkat seseorang bernama Kurwet menjadi Menteri Komando Pelatih Pelaksana Pesawat Terbang.
Habibie memang bukan pemeran utama dalam pembangunan industri
penerbangan nasional. Namun, dia juga punya peran strategis. Apa saja
kisah Habibie dalam perjalanannya membangun industri penerbangan
nasional? merdeka.com mencoba merangkum lima kisah Habibie dalam membangun industri penerbangan dalam negeri.
1. Belajar di luar negeri
Habibie menceritakan, saat proklamasi kemerdekaan Indonesia muncul
wawasan agar bangsa Indonesia bisa semakin mandiri. Salah satunya dalam
bidang kedirgantaraan.
"Januari 1950 langsung dipersiapkan dan dicetuskan proklamator bahwa
akan mengirim putra putri terbaik Indonesia untuk belajar ke luar negeri
di dua bidang yaitu membuat pesawat terbang atau kapal laut," katanya.
Habibie masuk gelombang ke-4 putra putri Indonesia yang mendapat
kesempatan belajar ke luar negeri. Ide pembuatan pesawat ini langsung
dicetuskan oleh Angkatan Udara yang berguna untuk menjaga kedaulatan
bangsa.
"Gelombang pertama dikirim waktu itu Pak Habibie masih SMP kelas 3.
Saya gelombang ke 4 tamat SMA tahun 1954. Pertama ambil inisiatif buat
pesawat terbang adalah angkatan udara. Para proklamator langsung
memikirkan penguasaan udara," ujarnya.
2. Bikin pesawat 20 kali kecepatan suara
Habibie menceritakan pengalamannya dalam industri penerbangan.
Pengalaman pertamanya itu diperoleh ketika dia tengah mengejar gelar
doktor di Jerman. Ketika masih kuliah di Jerman dan tengah menyelesaikan
tugas akhir sebagai syarat mendapat gelar doktor, Habibie diharuskan
membuat pesawat yang kecepatannya 20 kali kecepatan suara.
"Waktu saya mau selesaikan S-3, saya merancang pesawat terbang yang
terbangnya 20 kali kecepatan suara. Seperti apa pesawatnya saya tidak
bisa membayangkan tapi harus dikembangkan, kalau tidak, ya tidak dapat
S-3," kata Habibie.
3. Bikin Airbus dulu baru N 250
Habibie bercerita mengenai sejarahnya pengembangan pesawat terbang.
Dia mengaku sudah mulai mengembangkan pesawat semasa kuliah di Jerman.
Habibie mengaku pernah menjadi direktur teknologi di perusahaan Airbus.
Pesawat pertama yang dibuat Habibie adalah Airbus. "Pesawat terbang
yang pernah dibuat yang dikenali di internet adalah Airbus, di mana saya
kerja dulu. Saya dulu pernah direktur di situ untuk teknologi," katanya
di Jakarta, Kamis (26/9) malam.
Ketika sedang mengembangkan Airbus 300 di Jerman, Habibie diminta
pulang ke Indonesia untuk mengembangkan industri strategis dalam negeri.
Setelah itulah, Habibie langsung mengembangkan N 250
"Dalam keadaan demikian saya disuruh pulang. Kalau bukan anda yang
tidak membangun Indonesia terus siapa. Pesawat pertama dikenal di
internet dulu itu Air Bus A300, N 250 kemudian baru Boeing 777,"
katanya.
Namun demikian, nasib Airbus, Boeing dan N 250 sedikit berbeda. N 250 tidak bisa berkembang seperti Boeing dan Airbus.
4. Bikin N 250 dengan 20 orang
Sesampainya di Indonesia, Habibie mulai mengembangkan industri
penerbangan nasional dengan membuat pesawat N 250 yang dikerjakan hanya
20 orang. Namun harapan untuk memajukan industri strategis ini kandas
ketika Habibie diangkat menjadi Wakil Presiden.
"Saya ditugaskan membuat industri strategis. Tapi waktu saya diangkat menjadi wakil presiden saya meletakkan itu semua. Saya akhirnya punya 48.000 karyawan dan USD 10 miliar aset industri saya itu membuat pesawat N-250," ujar Habibie.
"Saya ditugaskan membuat industri strategis. Tapi waktu saya diangkat menjadi wakil presiden saya meletakkan itu semua. Saya akhirnya punya 48.000 karyawan dan USD 10 miliar aset industri saya itu membuat pesawat N-250," ujar Habibie.
5. Industri penerbangan sempat gulung tikar
Habibie menuturkan, ketika mengembangkan industri strategis, dia
mempunyai banyak karyawan putra putri Indonesia. Namun setelah Habibie
lengser, industri strategis justru gulung tikar.
"Putra putra terbaik telah memiliki apa yang dia miliki. Jangan di
korek-korek. Yang lain up to you, tapi jangan yang itu. Tiba-tiba itu
dibubarkan. Anak anak yang saya pimpin suruh cari pekerjaan lain di
luar," katanya.
Sumber : Merdeka
No comments:
Post a Comment