JAKARTA (MI) : Kementerian Pertahanan membantah bahwa enam
pesawat tempur Sukhoi SU-30MK2 yang didatangkan dari Rusia tidak
dilengkapi senjata.
"Dalam kontrak pembelian disebutkan pesawat dengan senjata lengkapnya, mungkin akan didatangkan terpisah dengan pesawatnya," kata Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan Brigjen TNI Sisriadi di Jakarta, Rabu.
Dia menjelaskan biasanya pengiriman pesawat tempur akan lebih murah jika tidak satu paket dengan senjatanya. Karena itu, ia menilai tidak masalah apabila pengiriman pesawat dan kelengkapan senjata dilakukan secara terpisah.
"Pembayaran pengiriman amunisi satu kotak sama dengan mengirim satu tank karena risikonya besar. Ini kan teknis saja sebenarnya, karena amunisi itu ada dalam kontrak namun secara teknis pengirimannya seperti itu," ujarnya.
Sisriadi mengatakan Kemhan sudah mempertimbangkan segala hal dengan keputusan tersebut dan apabila secara tiba-tiba terjadi perang maka sudah dipersiapkan semuanya. Namun dia tidak merinci kapan amunisi dari pesawat tempur itu akan tiba di Indonesia.
Sebelumnya enam pesawat tempur Sukhoi SU-30MK2 telah datang di Indonesia untuk memperkuat jajaran TNI Angkatan Udara, sehingga kini TNI AU memiliki sebanyak 16 unit SU-30MK2 atau satu skuadron. Keenam pesawat itu akan ditempatkan di Skadron Udara 11 Wings 5 Lanud Hasanuddin, Makassar.
Nilai kontrak pembelian enam pesawat tempur Sukhoi yang mencapai 470 juta dolar AS tersebut ditandatangani langsung oleh Kepala Baranahan Kemhan pada 29 Desember 2011 dengan pihak Rosoboronexport Rusia. Kontrak tersebut terhitung efektif pada tanggal 28 Desember 2012 dengan persetujuan DPR pada tanggal 10 Agustus 2012.
Kesepuluh pesawat tempur Sukhoi yang lebih dulu dimiliki Lanud Hasanuddin adalah lima unit Sukhoi Su-27 SKM dan lima unit Sukhoi Su-30 MK2.
"Dalam kontrak pembelian disebutkan pesawat dengan senjata lengkapnya, mungkin akan didatangkan terpisah dengan pesawatnya," kata Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan Brigjen TNI Sisriadi di Jakarta, Rabu.
Dia menjelaskan biasanya pengiriman pesawat tempur akan lebih murah jika tidak satu paket dengan senjatanya. Karena itu, ia menilai tidak masalah apabila pengiriman pesawat dan kelengkapan senjata dilakukan secara terpisah.
"Pembayaran pengiriman amunisi satu kotak sama dengan mengirim satu tank karena risikonya besar. Ini kan teknis saja sebenarnya, karena amunisi itu ada dalam kontrak namun secara teknis pengirimannya seperti itu," ujarnya.
Sisriadi mengatakan Kemhan sudah mempertimbangkan segala hal dengan keputusan tersebut dan apabila secara tiba-tiba terjadi perang maka sudah dipersiapkan semuanya. Namun dia tidak merinci kapan amunisi dari pesawat tempur itu akan tiba di Indonesia.
Sebelumnya enam pesawat tempur Sukhoi SU-30MK2 telah datang di Indonesia untuk memperkuat jajaran TNI Angkatan Udara, sehingga kini TNI AU memiliki sebanyak 16 unit SU-30MK2 atau satu skuadron. Keenam pesawat itu akan ditempatkan di Skadron Udara 11 Wings 5 Lanud Hasanuddin, Makassar.
Nilai kontrak pembelian enam pesawat tempur Sukhoi yang mencapai 470 juta dolar AS tersebut ditandatangani langsung oleh Kepala Baranahan Kemhan pada 29 Desember 2011 dengan pihak Rosoboronexport Rusia. Kontrak tersebut terhitung efektif pada tanggal 28 Desember 2012 dengan persetujuan DPR pada tanggal 10 Agustus 2012.
Kesepuluh pesawat tempur Sukhoi yang lebih dulu dimiliki Lanud Hasanuddin adalah lima unit Sukhoi Su-27 SKM dan lima unit Sukhoi Su-30 MK2.
16 Sukhoi TNI AU Siap Dilengkapi Bom dan Rudal
Makassar - Satu skuadron
pesawat tempur Sukhoi yang terdiri dari 16 unit SU-30 MK2 dan SU-27 SKM
yang dibeli dari Rusia kini sudah memperkuat udara Indonesia. Skuadron
tersebut kini akan disertai dengan pengadaan persenjataan.
Kepala Staf TNI AU (Kasau) Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia menjelaskan saat ini kelengkapan persejataan sebagian besar sudah datang dan dalam waktu mendatang akan terus dilengkapi.
"Jadi, keberadaan Skadron Udara 11 akan lengkap dengan persenjataan, baik bom maupun rudalnya," kata Kasau usai penyerahan pesawat Sukhoi SU-30MK2 di Lanud Sultan Hasanuddin Makassar, Rabu (25/9),
Untuk sementara, persenjataan tersebut masih didatangkan langsung dari Rusia sebagai produsen pembuat pesawat.
Sebagai pesawat tempur canggih, Sukhoi memiliki detterence power yang sangat tinggi untuk memperkuat TNI AU sehingga nilai pertahanan yang didapatkan cukup tinggi.
"Saat ini segala aspeknya sedang kami kaji. Terpenting penggantinya nanti memiliki detterence effect yang tinggi," ujar Kasau.
Ditegaskan, keberadaan satu Skadron Sukhoi diikuti dengan pelatihan pilot-pilotnya. Untuk melatih pilot pesawat Sukhoi yang handal, Skuadron Udara 11 akan dilengkapi dengan simulator. Sedangkan untuk mengimbangi kemajuan peralatan elektronika yang begitu cepat, Sukhoi akan selalu di up date agar unggul teknologinya.
"Pilot mengoperasikannya sudah cukup. Namun, jika ada pesawat tempur baru, kami juga sedang mempersiapkan pilot-pilotnya," ucapnya.
Menurut Kasau, hingga 2024 mendatang Indonesia diharapkan sudah memiliki minimal delapan skuadron.
Sebelumnya, pemerintah RI menerima enam pesanan pesawat tempur Sukhoi SU-30 MK2 dari 16 unit pesanan (SU-30 MK2 dan SU-27 SKM). Keenam pesawat tersebut menjalani perakitan selama satu minggu di Skuadron Teknik 044, Rabu (25/9). Perakitan dilakukan oleh tim teknisi dari Rusia yang dibantu oleh teknisi dari Skuadron Teknik 044 Lanud Sultan Hasanuddin, Makassar.
Kepala Staf TNI AU (Kasau) Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia menjelaskan saat ini kelengkapan persejataan sebagian besar sudah datang dan dalam waktu mendatang akan terus dilengkapi.
"Jadi, keberadaan Skadron Udara 11 akan lengkap dengan persenjataan, baik bom maupun rudalnya," kata Kasau usai penyerahan pesawat Sukhoi SU-30MK2 di Lanud Sultan Hasanuddin Makassar, Rabu (25/9),
Untuk sementara, persenjataan tersebut masih didatangkan langsung dari Rusia sebagai produsen pembuat pesawat.
Sebagai pesawat tempur canggih, Sukhoi memiliki detterence power yang sangat tinggi untuk memperkuat TNI AU sehingga nilai pertahanan yang didapatkan cukup tinggi.
"Saat ini segala aspeknya sedang kami kaji. Terpenting penggantinya nanti memiliki detterence effect yang tinggi," ujar Kasau.
Ditegaskan, keberadaan satu Skadron Sukhoi diikuti dengan pelatihan pilot-pilotnya. Untuk melatih pilot pesawat Sukhoi yang handal, Skuadron Udara 11 akan dilengkapi dengan simulator. Sedangkan untuk mengimbangi kemajuan peralatan elektronika yang begitu cepat, Sukhoi akan selalu di up date agar unggul teknologinya.
"Pilot mengoperasikannya sudah cukup. Namun, jika ada pesawat tempur baru, kami juga sedang mempersiapkan pilot-pilotnya," ucapnya.
Menurut Kasau, hingga 2024 mendatang Indonesia diharapkan sudah memiliki minimal delapan skuadron.
Sebelumnya, pemerintah RI menerima enam pesanan pesawat tempur Sukhoi SU-30 MK2 dari 16 unit pesanan (SU-30 MK2 dan SU-27 SKM). Keenam pesawat tersebut menjalani perakitan selama satu minggu di Skuadron Teknik 044, Rabu (25/9). Perakitan dilakukan oleh tim teknisi dari Rusia yang dibantu oleh teknisi dari Skuadron Teknik 044 Lanud Sultan Hasanuddin, Makassar.
Sumber : REPUBLIKA , Beritasatu
No comments:
Post a Comment