Jakarta (MI) : Korea Selatan secara resmi telah mengakui bahwa negaranya telah membantu Australia dalam menyadap Indonesia.
Pengakuan Korea Selatan disampaikan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa beberapa hari yang lalu.
"Dubes Korea di Jakarta juga sudah dipanggil dan tidak menyanggah berita tersebut. Kalau Dubes di Singapura mengatakan akan menyampaikan kepada pemerintahnya. Mereka menyatakan bahwa pemberitaan ini tidak ada dasarnya," kata Marty.
Dijelaskan Marty, pihak Korea Selatan sudah mengakui bahwa pihaknya benar menyadap melalui jaringan serat optik. Dari bocoran laporan, terkonfirmasi bahwa Singapura merupakan salah satu titik pertemuan (hub) telekomunikasi yang paling penting di dunia, merupakan kunci dari pihak ketiga yang merupakan mitra "Lima Mata (five eyes)" yang berdasar kesepakatan UKUSA terdiri dari AS, Inggris, Australia, Kanada dan Selandia Baru.
Yang menarik untuk didalami, menurut Indonesia ICT Institute, adalah bagaimana Korea Selatan membantu melakukan penyadapan? Padahal, jaringan serat optik SEA ME WE yang disebut-sebut digunakan untuk menyadap lebih di bawah kontrol Singapura, sebagai hub dunia untuk terminasi serat optik dari Jakarta.
"Meskipun perlu diselidiki, ada temuan menarik seputar ponsel-ponsel yang digunakan pejabat negara yang daftar beberapa waktu lalu mengemuka," ungkap Direktur Eksekutif IndoICT Heru Sutadi kepada merdeka.com, Jumat (29/11).
Dari daftar yang dirilis Snowden dari dokumen penyadapan yang dilakukan Australia, mayoritas pejabat, dari SBY, Ibu Negara dan beberapa Menteri menggunakan ponsel Nokia E90.
Ponsel ini diketahui memang banyak dipakai saat itu karena merupakan ponsel tercanggih saat itu dan dapat didudukan di meja sebagai mesin ketik atau laptop kecil oleh penggunanya. Namun ada juga yang menggunakan BlackBerrry Bold, seperti Boediono dan Dino Patti Djajal.
Yang menarik, kata Heru, adalah digunakannya Samsung SG-Z370 oleh Wakil Presiden saat itu (Agustus 2009), Jusuf Kalla. Nampaknya penggunaan Samsung ini membuat Korea Selatan ikut dilibatkan karena Samsung merupakan produk andalan negeri ginseng tersebut.
Berbeda dengan produk-produk negara lain, produk dari China, Jepang maupun Korea Selatan, memiliki karakter khusus teknologi yang hanya bisa mereka ketahui. Apalagi, dengan bahasa dan tulisan yang berbeda, sehingga untuk dapat mengoprek jeroan teknologi tersebut, keterlibatan pembuat teknologi diperlukan.
Benar atau tidak dugaan terebut ini yang diselidiki aparat intelijen Indonesia. Hal ini penting, apalagi saat ini serbuan produk Samsung di Indonesia beberapa waktu terakhir ini demikian deras.
"Dan bukan tidak mungkin, pejabat-pejabat kita banyak yang juga menggunakan merek ini, baik ponsel maupun tablet," tuturnya.
Sejauh ini belum ada jawaban dari pihak Samsung mengenai hal tersebut.
Sumber : Merdeka
Coba bagaimana reaksi SBY menyikapi tantangan korsel ... Seolah korsel berkata, iye gue bantuin nyadap so loe mau ape?
ReplyDeleteMakanya para pejabat harus menggunakan smartphone produk dalam negeri. Selain dapat menghindari penyadapan juga dapat mendorong produksi dalam negeri juga dapat mengurangi import yg jg dapat menekan defisit perdagangan. Hal ini juga berdampak pada kurs rupiah dan pertumbuhan ekonomi. Kalo pejabat berani menjadi contoh sebagai pengguna produk dalam negeri, ini akan menjadi teladan yg sangat baik di negeri yg hampir tidak mempunyai figur yg dapat di teladani.
ReplyDeleteSaat ini, sudah ada kok smartphone produk dalam negari yg sudah cukup baik. Marilah kita berusaha atau berjuang dari diri sendiri untuk mencintai produk dalam negeri.