Jakarta (MI) : Terbongkarnya skandal penyadapan terhadap Presiden, Ibu Negara dan sejumlah menteri membuat hubungan Indonesia-Australia mengalami ketegangan.
Sebuah situasi yang sebenarnya sangat disayangkan ketika dua negara ini sedang berada dalam hangatnya persahabatan sebagai tetangga.
Sebagai wujud protes, pemrintah RI pun menarik pulang Besar Luar Biasa Indonesia untuk Australia, Najib Riphat Kusuma.
Berdasarkan konvensi Vienna tahun 1961, penyadapan oleh suatu negara kepada negara lain merupakan pelanggaran. Indonesia dan Australia merupan anggota konvensi itu.
Jika terjadi pelanggaran, bukan tidak mungkin menghadirkan potensi konflik. Mengadu kekuatan militer memang bukan solusi yang paling tepat. Tapi ketika antar negara sudah tidak bisa lagi saling menghormati, negara manapun mesti siap menjaga kedaulatannya.
Seperti dikutip dari data Globalfirepower terbaru, Indonesia merupakan negara dengan kekuatan militer terkuat ke-15 dari 68 negara yang disurvey.
Berada di urutan pertama adalah, Amerika Serikat, lalu disusul Rusia, China, India, Inggris, Perancis, Jerman, Korea Selatan, Italia, Brazil, Turki, Pakistan, Israel dan Mesir. Sementara Australia diketahui hanya menempati posisi ke-23.
Kekuatan militer Indonesia saat ini bahkan diakui tidak hanya didesain untuk sanggup menghadapi aksi terorisme, melainkan mampu melawan serangan dari invasi negara lain.
Berikut perbandingan kekuatan militer Indonesia dengan Australia jika berhadapan head to head:
INDONESIA
PERSONIL TNI/Militer: 470.000 orang
TANK: 400 unit
KAPAL PERANG: 139 unit
PESAWAT MILITER : 444 dan 187 helikopter
AUSTRALIA
PERSONIL TNI/Militer: 59.023 orang
TANK : 59 unit
KAPAL PERANG : 94 unit
PESAWAT MILITER : 379 dan 104 helikopter
Belum lagi, tahun 2014 TNI AU mentargetkan akan menambah 88 pesawat baru. Baik pesawat tempur, angkut maupun latih.
Pesawat-pesawat ini rencananya diperuntukkan melengkapi alat utama sistem persenjataan utama (alutsista) yang ada, khususnya pesawat milik TNI AU. Bahkan, untuk merealisasikan hal tersebut, mulai tahun ini beberapa pesawat sudah akan datang.
“Pesawat yang akan datang pada tahun ini, di antaranya pesawat T50 dan pesawat latih Grop,” ungkap Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI IB Putu Dunia, usai menutup pendidikan (tupdik) AAU 2013 di gedung Sabang Merauke, AAU.
Secara perhitungan dia atas kertas, Indonesia unggul baik dari segi personil militer maupun dari alat tempur. Bahkan jika Australia didukung oleh 20.000 orang prajurit Amerika Serikat yang saat sekarang ini menetap di Darwin. Kekuatan militer Australia dianggap belum tentu mampu menandingi jumlah personil militer Indonesia, yang tercatat sebagai kekuatan militer terbesar se-Asia Tenggara.
Wakil Ketua Komisi I bidang Luar Negeri dan Pertahanan DPR, Tubagus Hasanudin, pun mengapresiasi sikap tegas Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang memutuskan kerjasama dengan Australia dalam berbagai bidang. Purnawirawan TNI berpangkat Mayor Jenderal ini menilai, penghentian kerjasama militer tidak berpengaruh pada Indonesia. “Militer kita, kita yang membangun. Sementara militer Australia hanya bersandar pada Amerika. Militer Australia tidak ada apa-apanya jika dibanding militer Indonesia,” kata dia.
Dari sisi intelijen, dengan penghentian kerjasama ini Australia dinilai menjadi pihak yang paling merugi. “lihat kasus Bom Bali I dan II, yang menjadi target kan mereka. Secanggih apapun alat yang digunakan, kalau tidak bisa menginjak tanah Indonesia, akan sulit,” ujar Tb Hasanudin.
Walaupun demikian, Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana (Purn) Tedjo Edhy beberapa waktu lalu menyatakan bahwa perang antar negara sangat panjang prosesnya. Dia meyakini, Indonesia tidak akan terlibat perang dengan Australia. Tedjo membenarkan bahwa jumlah pasukan militer Indonesia lebih banyak dari pada Australia. Namun, secara teknologi dan peralatan, negara tersebut lebih unggul. Belum lagi didukung kekuatan Inggris yang sampai saat ini menjadi ‘Ibu Kandung’ Australia.
Bahkan, menurutnya tindakan penyadapan yang dilakukan Australia sangat biasa dilakukan oleh sejumlah negara kepada negara lain.
Sebuah situasi yang sebenarnya sangat disayangkan ketika dua negara ini sedang berada dalam hangatnya persahabatan sebagai tetangga.
Sebagai wujud protes, pemrintah RI pun menarik pulang Besar Luar Biasa Indonesia untuk Australia, Najib Riphat Kusuma.
Berdasarkan konvensi Vienna tahun 1961, penyadapan oleh suatu negara kepada negara lain merupakan pelanggaran. Indonesia dan Australia merupan anggota konvensi itu.
Jika terjadi pelanggaran, bukan tidak mungkin menghadirkan potensi konflik. Mengadu kekuatan militer memang bukan solusi yang paling tepat. Tapi ketika antar negara sudah tidak bisa lagi saling menghormati, negara manapun mesti siap menjaga kedaulatannya.
Seperti dikutip dari data Globalfirepower terbaru, Indonesia merupakan negara dengan kekuatan militer terkuat ke-15 dari 68 negara yang disurvey.
Berada di urutan pertama adalah, Amerika Serikat, lalu disusul Rusia, China, India, Inggris, Perancis, Jerman, Korea Selatan, Italia, Brazil, Turki, Pakistan, Israel dan Mesir. Sementara Australia diketahui hanya menempati posisi ke-23.
Kekuatan militer Indonesia saat ini bahkan diakui tidak hanya didesain untuk sanggup menghadapi aksi terorisme, melainkan mampu melawan serangan dari invasi negara lain.
Berikut perbandingan kekuatan militer Indonesia dengan Australia jika berhadapan head to head:
INDONESIA
PERSONIL TNI/Militer: 470.000 orang
TANK: 400 unit
KAPAL PERANG: 139 unit
PESAWAT MILITER : 444 dan 187 helikopter
AUSTRALIA
PERSONIL TNI/Militer: 59.023 orang
TANK : 59 unit
KAPAL PERANG : 94 unit
PESAWAT MILITER : 379 dan 104 helikopter
Belum lagi, tahun 2014 TNI AU mentargetkan akan menambah 88 pesawat baru. Baik pesawat tempur, angkut maupun latih.
Pesawat-pesawat ini rencananya diperuntukkan melengkapi alat utama sistem persenjataan utama (alutsista) yang ada, khususnya pesawat milik TNI AU. Bahkan, untuk merealisasikan hal tersebut, mulai tahun ini beberapa pesawat sudah akan datang.
“Pesawat yang akan datang pada tahun ini, di antaranya pesawat T50 dan pesawat latih Grop,” ungkap Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI IB Putu Dunia, usai menutup pendidikan (tupdik) AAU 2013 di gedung Sabang Merauke, AAU.
Secara perhitungan dia atas kertas, Indonesia unggul baik dari segi personil militer maupun dari alat tempur. Bahkan jika Australia didukung oleh 20.000 orang prajurit Amerika Serikat yang saat sekarang ini menetap di Darwin. Kekuatan militer Australia dianggap belum tentu mampu menandingi jumlah personil militer Indonesia, yang tercatat sebagai kekuatan militer terbesar se-Asia Tenggara.
Wakil Ketua Komisi I bidang Luar Negeri dan Pertahanan DPR, Tubagus Hasanudin, pun mengapresiasi sikap tegas Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang memutuskan kerjasama dengan Australia dalam berbagai bidang. Purnawirawan TNI berpangkat Mayor Jenderal ini menilai, penghentian kerjasama militer tidak berpengaruh pada Indonesia. “Militer kita, kita yang membangun. Sementara militer Australia hanya bersandar pada Amerika. Militer Australia tidak ada apa-apanya jika dibanding militer Indonesia,” kata dia.
Dari sisi intelijen, dengan penghentian kerjasama ini Australia dinilai menjadi pihak yang paling merugi. “lihat kasus Bom Bali I dan II, yang menjadi target kan mereka. Secanggih apapun alat yang digunakan, kalau tidak bisa menginjak tanah Indonesia, akan sulit,” ujar Tb Hasanudin.
Walaupun demikian, Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana (Purn) Tedjo Edhy beberapa waktu lalu menyatakan bahwa perang antar negara sangat panjang prosesnya. Dia meyakini, Indonesia tidak akan terlibat perang dengan Australia. Tedjo membenarkan bahwa jumlah pasukan militer Indonesia lebih banyak dari pada Australia. Namun, secara teknologi dan peralatan, negara tersebut lebih unggul. Belum lagi didukung kekuatan Inggris yang sampai saat ini menjadi ‘Ibu Kandung’ Australia.
Bahkan, menurutnya tindakan penyadapan yang dilakukan Australia sangat biasa dilakukan oleh sejumlah negara kepada negara lain.
Sumber : LENSAINDONESIA
No comments:
Post a Comment