Monday, February 10, 2014

Bung Karno: Separuh kekayaan Singapura dari kerja keras Sumatra


Merdeka (MI) : Sekarang lagi ramai berita memanasnya hubungan Indonesia dan Singapura. Penyebabnya adalah pemberian nama Kapal Perang RI (KRI) dengan nama Usman-Harun. Singapura protes karena menganggap Usman dan Harus adalah teroris yang dihukum gantung di negeri singa itu.

Sementara pemerintah Indonesia beranggapan lain. Usman dan Harun adalah pahlawan nasional. Kedua anggota KKO Angkatan Laut (sekarang Marinir), itu tewas dalam menjalankan misi peperangan di Singapura.

Sebenarnya keributan Indonesia dengan Singapura ini sudah berlangsung lama. Selain masalah militer, masalah ekonomi juga turut menggerus hubungan Jakarta-Singapore. Misalnya ketika pemerintah Hindia-Belanda menyerahkan supremasi ekonomi kepada Singapura sebagai jajahan Inggris.

Pemerintah Hindia-Belanda terpaksa menerima kenyataan yang patut dipersengketakan, bahwa Riau di Sumatera menjadi wilayah yang diawasi Singapura. Mata uang dollar Singapura, waktu itu menjadi satu-satunya mata uang yang dipakai di Riau, bukan uang jajahan Belanda atau rupiah.

Riau juga menjadi tempat penyelundupan barang-barang dari Singapura. Bahkan satu kartel di Singapura menguasai usaha perikanan di Bagan Siapi-api di Sumatera. Sampai pendudukan Jepang, kondisi di Riau tak berubah. Bahkan sampai masa Kemerdekaan RI, antara 1945 hingga 1961.

Melihat kenyataan itu, Presiden Pertama RI Soekarno nampak geram. Seperti ditulis Ganis Harsono dalam buku berjudul: Cakrawala Politik Era Sukarno. Ganis mengutip penggalan pidato Bung Karno di depan orang-orang Sumatra terkait sikapnya terhadap Singapura:

"Lebih lima puluh persen dari kekayaan Singapura berasal dari kerja keras yang saudara-saudara lakukan. Saudara-saudara membarter barang-barang dengan Singapura, dan dengan itu gedung-gedung pencakar langit bermunculan di negeri itu seperti cendawan tumbuh. Dan apa imbalannya yang saudara peroleh? Barang-barang plastik murahan, transistor-transistor yang tak bernilai, dan arloji mainan-mainan. Hentikan perdagangan barteran ini dengan Singapura, dan bergabunglah dalam kesatuan-kesatuan ekonomi yang kuat untuk memajukan daerah saudara-saudara, dan untuk membuat Belawan-Deli menjadi pelabuhan yang terbesar di Asia Tenggara."





Sumber  : Merdeka

2 comments:

  1. PEMERINTAH SEHARUSNYA BERPIKIR JAUH KEDEPAN. SINGAPURA NEGARA KECIL PENDAPATANYA DRI SEKTOR JASA.. MATIKAN BISNIS SINGAPURA. BUAT PELABUHAN BESAR DI SUMATRA BUAT KOMPLEKS INDUSTRI DI SUMATRA.PERBAIKI INFRASRUKTR DI STMATRA.BUAT JALAN TOL TRNS SUMATRA AGAR EKONOMI DI SANA LANCAR..JGN CM DIJAWA DIBANGUN.. TERLALU KENTARA PEMERINTAHAN ORG JAWA.PILIH KASI.LBH BAIK SUMATRA JADI NEGARA AJA.. SY SNGAT KECEWA PEMERINTAHAN ORG JAWA.LAMBAT OTAKNYA.LAGI PENAKUT..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tidak semuanya benar Bung Ahmad. Zaman Suharto agak begitu tapi zaman Sukarno dan SBY ga begitu.. Sebenarnya alokasi untuk daerah itu tinggi tapi...tapi...duit itu banyak di grogoti oleh orang daerah sendiri. Lihat daerah Kalimantan yang relatif baik, perkembangan pembangunan juga insfratruktur disana bagus...ganjalannya justru orangnya atau SDM nya.
      Atau Papua, uang banyak untuk merekrut anggota OPM agar gabung ke NKRI. Untuk meng gaji mereka padahal mereka ga ada kerjaan. Ini aneh kan? coba untuk insfratruktur lumayan tuh.
      Dan hal penting yang harus anda ketahui, Investor lebih suka datang ke Jawa karena selain insfratruktur juga SDM lebih mudah mendapatkan. Coba mereka mau bangun pabrik semikonduktor di padang misalnya, orang Padang lebih suka dagang dari pada kerja...jadi ini masalah SDM.

      Delete