Wednesday, May 21, 2014

Indonesia "lamban soal isu perbatasan" dengan Malaysia

alutsista

Jakarta (MI) : Pengamat menilai tindakan marinir Malaysia yang membangun mercusuar di daerah sengketa Tanjung Datuk merupakan tindakan yang kurang terhormat.
Pengamat hubungan internasional dari Universitas Pertahanan Bantarto Bandoro mengatakan insiden ini "merupakan indikasi bahwa mereka (Malaysia) tidak akan mengorbankan kedaulatan mereka."
"Jadi ini sebuah tindakan yang menurut saya tidak terlalu terhormat. Dan Indonesia tentu harus protes sampai ada kepastian soal status Tanjung Datuk itu," katanya.
Seperti diketahui, marinir Malaysia diketahui tengah membangun fondasi mercusuar 
Klik
di daerah Tanjung Datuk, kata Kepala Pusat Penerangan TNI Mayor Jendral Fuad Basya.

"Kejadian itu berada di wilayah abu-abu, yang seharusnya wilayah itu steril, status quo," kata Fuad.

"Lamban"

TNI mengatakan sudah mengirim laporan kepada Kementrian Luar Negeri agar masalah ini bisa ditindaklanjuti.
Sementara itu, sejumlah personil TNI dilaporkan masih berjaga-jaga di perbatasan Indonesia (sekitar Tanjung Datuk) untuk mengantisipasi adanya pelanggaran lain.
Namun Bantarto menilai hingga saat ini Indonesia cenderung lamban dalam merespon sengketa perbatasan.
"Kalau kita lihat statistiknya banyak sekali entah itu Ambalat, Sipadan Ligitan, sampai Tanjung Datuk."
"Indonesia kurang alert, inilah yang membuat Malaysia merasa bahwa mereka bisa berbuat apa saja, katena toh tidak ada tindakan-tindakan kongkrit," sambung Bantarto.

TNI hentikan pembangunan mercusuar di perbatasan Malaysia

Aktivitas pembangunan mercusuar yang diduga dilakukan Malaysia di wilayah abu-abu, Tanjung Datuk, sudah dihentikan sementara, kata TNI AL.
Kadispenal Laksamana Pertama TNI Manahan Simorangkir kepada BBC Indonesia mengatakan: "Sekarang TNI telah meminta mereka menghentikan pembangunan."


Tanjung Datuk yang terletak di antara Kalimantan Barat dan wilayah Malaysia hingga kini masih merupakan wilayah abu-abu, karena belum ada kesepakatan dua negara tentang kepemilikan daerah itu."Kemudian kapal-kapal Malaysia yang mengerjakan ada tiga tugboat (kapal penarik) dan empat tongkang di tarik ke perbatasan. Lokasi sekarang diamankan," jelasnya.

Pembangunan mercusuar pertama kali dideteksi oleh kapan negara dan kapal navigasi dari Dinas Perhubungan Laut pekan lalu.
Temuan itu kemudian dilaporkan ke TNI dan ditindaklanjuti dengan mengirimkan satu kapal perang dan pesawat udara. Belum jelas perusahaan atau lembaga apa yang melakukan pembangunan itu.
"Kita ini berbatasan dengan 10 negara, salah satunya dengan Malaysia. Kita secara periodik bertemu dengan Malaysia untuk menyelesaikan masalah perbatasan salah satunya di Tanjung Datuk ini," jelas Simorangkir.
"Selama belum ada keputusan dua negara, seharusnya tidak ada kegiatan apapun di sana."
Selagi TNI menjalankan prosedur untuk menghentikan sementara kegiatan, dia mengatakan, laporan sudah diteruskan ke Kementerian Luar Negeri untuk ditindaklanjuti.


Sumber : BBC

4 comments:

  1. Bagaimana ga kecolongan, panglimanya terlalu sibuk dengan mainan jam barunya. Makanya ausie bisa masuk selatan jawa, dan di utara masuk malaysia, di timur kapal nelayan kita di bakar. Di barat penyelundupan meraja rela. :-(

    ReplyDelete
  2. bsen liat pemimpin kta yg lembek

    ReplyDelete
  3. respon pling lemah dan familiar ya cm bilang tindakan tdk terhormat trus mngirim surat protes..ntar sana bilang maaf..trus diulangi lagi dst...endingnya pulaunya satu persatu ilang... maley tinggal bilang..damai bos, kita serumpun..mau jadi apa negara ini... rakyat muak:-(

    ReplyDelete