Wednesday, March 5, 2014

Peringkat Alutsista Tempur Darat ASEAN Per 2012, Titik Nadir TNI



Kompasiana (MI) : Per 2012, kondisi alutsista tempur darat TNI mencapai titik nadir terendah. Menempati peringkat ke 7 dari 10 negara ASEAN, alutsista TNI hanya lebih baik dibandingkan Laos, Filipina, dan Brunei Darussalam. Tulisan ini memberi rincian dari peringkat kepemilikan alutsista tersebut.

Peringkat 1: Vietnam

Vietnam memiliki peringkat terkuat di ASEAN dengan ribuan tank medium dan tank ringan.
Sebagai negara yang masih bergerak menuju demokratisasi, alutsista Vietnam masih dianggap sebagai rahasia negara sehingga pengadaan alutsista tidak selalu transparan. Khususnya alutsista yang dianggap sebagai unggulan seperti MBT.

Pengadaan MBT T72 Vietnam dilakukan secara rahasia. Semula sekitar 2005 diberitakan rencana pengadaan T72 tersebut sejumlah 150 dari Polandia. Namun pengadaan tersebut nampaknya dibatalkan. Diperkirakan Vietnam memperoleh T72 yang diremajakan langsung dari Russia dengan jumlah sekitar 100 unit.

Keberadaan T72 di Vietnam sendiri sudah menjadi spekulasi sejak kejatuhan Saigon 1975. Saat itu dikabarkan PVA memiliki 480 T72 versi awal. Namun di kemudian hari T72 tersebut tidak pernah terlihat di Vietnam, sehingga menimbulkan praduga bahwa Soviet mengambil atau mengamankan kembali tank tersebut. Sekalipun 480 T72 versi awal tersebut masih dimiliki dapat diperkirakan sudah tidak lagi beroperasi saat ini.

Jadi hanya ke-100 MBT T72 yang diperkirakan dimiliki Vietnam per 2012. Jumlah tersebut sangat besar untuk ukuran ASEAN di tahun 2012, dimana Malaysia dan Thailand hanya memiliki 50 unit MBT, sedangkan TNI sama sekali belum pernah memiliki MBT atau Tank Medium.

Sekalipun tua, namun kendaraan lapis baja Vietnam jumlahnya sangat besar di kawasan ASEAN. Pemeliharaan dan peremajaan pun dilakukan dalam jumlah besar seperti pada Tank tua Medium T55 Vietnam yang di upgrade oleh Israel menjadi tank moderen T55-M3. Israel memiliki pengalaman teknologi untuk meremajakan persenjataan kuno menjadi siap tempur. Israel sendiri masih memiliki sejumlah besar T55 yang diremajakan kembali sehingga kekuatan lapis baja-nya cukup besar. Padahal kebanyakan dari T55  Israel tersebut direbut dari Siria dan Mesir pada tahun 1967. Israel menamai tank T55 refurbished tersebut Tiran.

Indonesia sendiri pernah pula mengandalkan peralatan ex peremajaan Israel sebagai arsenal udara andalan TNI AU: A4 Skyhawk. Selama 20 tahun sejak 1980 sampai sekitar tahun 2000, 32 pespur tersebut menjadi andalan utama TNI AU.
Vietnam memiliki artileri yang sangat kuat. Termasuk di dalamnya 700 MLRS BM-21 Grad buatan Soviet. 700 MLRS bukanlah jumlah yang sedikit, mengingat setiap unit BM-21 dapat meluncurkan ratusan roket 120mm.

Keunggulan teknologi balistik Vietnam diwujudkan dalam bentuk kepemilikan teknologi Scud B/C/D. Dalam hal ini Vietnam dapat memproduksi sendiri rudal balistik Scud tersebut. Vietnam adalah satu-satunya negara ASEAN yang mengoperasikan rudal balistik, bahkan memproduksi sendiri. Hal ini merupakan prestasi militer yang masih sangat gemilang, melalui penguasaan teknologi Scud, secara simbolis militer Vietnam mampu mengembangkan tradisi keunggulan militer yang dibangun sejak era jenderal Giap.
Keunggulan penting lain yang dimiliki oleh Vietnam adalah adanya jaringan pertahanan udara yang kompleks, saling terhubung, dan moderen. Per 2012, umumnya jaringan pertahanan udara tersebut masih di dominasi SAM kuno SA-2, SA-7, SA-9, dan sebagainya. Namun moderenisasi sudah dimulai dengan integrasi sistem radar pertahanan.

Sistem pertahanan udara Vietnam adalah yang terbaik di ASEAN hingga tahun 2012. Pada masa tersebut peringkat kedua diduduki oleh Singapura dengan sistem radar terintegrasi dan geografis kecil yang mudah dikawal oleh sistem SAM. Kemudian diikuti Myanmar. Myanmar memiliki sistem pertahanan udara kuno namun dalam jumlah yang cukup besar, hampir sebanding dengan arsenal Vietnam.

Vietnam juga memiliki infantri mekanis yang kuat dengan 600 invantry fighting vehicle (IFV) BMP 1 dan 2.
Infantry Fighting Vehicle (IFV) berbeda konsep dengan Armored Personnel Carrier (APC). IFV dirancang untuk memungkinkan infantri bertempur dari dalam kendaraan lapis baja. IFV juga dirancang untuk memiliki persenjataan yang memadai, disamping perlindungan lapis baja bagi infantri.

13939052182117982405
Peringkat 2: Singapura

Per 2012 di ASEAN, IFV yang paling moderen adalah Bionix buatan Singapura. Baik IFV lain di kawasan, AMX maupun BMP adalah disain lama dari tahun 1960-an, sementara Bionix adalah disain tahun 1990-an. Dibanding dengan IFV China seperti Norinco Type 85 baik dari segi lapis baja maupun mesin terlihat Bionix masih lebih unggul. Satu yang kurang dari Bionix dibandingkan dengan IFV barat dan timur adalah kemampuan NBC (perlindingungan terhadap nuklir, biologi, kimia). Sekalipun diberitakan bahwa Bionix dapat juga dilengkapi dengan perlindungan NBC namun AMX dan Type 85 sudah lebih proven dalam hal tersebut. Bionix masih lebih unggul dibandingkan IFV Norinco Type 90 yang dimiliki Myanmar 55 unit.

Singapura per 2012 melompat melewati Myanmar, Thailand, dan Malaysia dalam peringkat alutsista tempur darat sejak tahun 2009 melalui pengadaan Bionix dan MBT Leopard 2SG. Sebelumnya Singapura hanya mengandalkan MBT Centurion tua yang kategori-nya sudah turun menjadi Tank Medium.

Tank Centurion Mk 7 Singapura yang dibeli tahun 1994 dan di moderenisasi oleh Israel disebut dengan nama Tempest, terjemahan dari Sho’t, sebutan Israel untuk Centurion. Tank Tempest ini sekalipun secara resmi diumumkan diganti oleh Leopard 2SG, diperkirakan masih siaga operasional hingga tahun 2020-an. Dengan demikian Singapura memiliki kombinasi MBT Leopard 2SG, Medium Tank Centurion, dan Tank Ringan AMX-13 SM1. Ditambah dengan IFV Bionix dan AMX-10. Kombinasi ini per 2012 menjadikan Singapura memiliki kavaleri yang paling moderen di ASEAN.
Vietnam mengungguli dari peringkat, semata-mata oleh jumlah besar Tank Medium, Tank Ringan dan IFV, serta keunggulan jumlah artileri, ditambah kepemilikan rudal balistik.

Perlu dicatat pula bahwa Singapura  memiliki kemampuan perang artileri yang unggul di ASEAN dengan kepemilikan radar anti artileri yang mampu mendeteksi posisi artileri lawan. Platform artileri berpenggerak sendiri (self propeller artillery) kebanggaan Singapura adalah SSPH1 Primus, howitzer 155mm yang di disain oleh ST Kinetics, Singapura. Sebagai perbandingan, pada 2012 TNI belum memiliki artileri 155mm berpenggerak sendiri. Mayoritas artileri howitzer TNI 105mm kebawah.

Dari segi sishanud, geografis Singapura yang berukuran kecil, serta kondisi kerjasama teknologi militer sebagai sekutu AS, FPDA, dan Israel, memberikan akses pada sishanud yang paling unggul. Singapura praktis menguasai udara seluruh kawasan dengan kepemilikan radar militer dan radar sipil-nya. Tidak ada penerbangan tanpa izin Singapura, termasuk di wilayah dirgantara Indonesia yang berdekatan.

Peringkat 3: Myanmar

Myanmar mengoperasikan sejumlah besar alutsista lapis baja peninggalan perang Vietnam. Dana moderenisasi militer Myanmar sangat terbatas, dan sepenuhnya mengandalkan teknologi Rusia dan China karena embargo barat.

Per 2012 Myanmar berhasil mempertahankan keunggulan alutsista militernya dengan hanya dilangkahi oleh Singapura. Pengadaan 139 MBT T72 refurbished memberikan MBT moderen pada militer Myanmar.
Thailand masih berada dibawah Myanmar karena hanya memiliki 49 MBT T84. T84 adalah tank buatan Ukraina, pengembangan dari T-80 Soviet. T-80 sendiri adalah turunan dari T-64.

Selain itu per 2012 Thailand memiliki kelemahan dalam kepemilikan artileri berpenggerak sendiri. Praktis Thailand hanya mengandalkan 20 M109 tua, sementara Myanmar memiliki 320 MLRS BM21 Grad, atau produksi tiruannya (BA-84 / Type 90), serta 30 155mm SP Howitzer NORA B-52, baru buatan Serbia.
Kelemahan lain yang membuat Thailand per 2012 masih berada dibawah Myanmar adalah sistem pertahanan udara. Thailand per 2012 masih membangun sistem pertahanan udara-nya dan hanya mengandalkan mistral. Kontrak dengan Thales untuk mengembangkan sistem pertahanan udara terpadu baru dimulai Thailand tahun 2012.

Myanmar sendiri per tahun 2011 sudah mulai meningkatkan pertahanan udara menengah S-125 Neva / Pechora menjadi sistem generasi baru. Sebagai perbandingan, per 2012 hanya Singapura, Vietnam, dan Myanmar yang memiliki rudal pertahanan udara jarak menengah. Baik Indonesia maupun Thailand dan Malaysia hanya memiliki pertahanan udara jarak dekat, 5 - 10 km.

Peringkat 4: Thailand

Thailand sekalipun hanya memiliki 49 T84, namun juga memiliki ratusan tank menengah dan tank ringan, disamping IFV Type 85. Tank menengah Thailand umumnya tank tua peninggalan AS: M60A3, M48A5 Patton, Stingray, kecuali 53 Norinco Type 69-II.

Tank ringannya terdiri atas 200 M41A3 serta 128 FV101 Scorpion seperti milik TNI.
Thailand unggul dari Malaysia dari segi kualitas MBT. Dalam jumlah yang relatif sama T84 Thailand secara kualitas dapat dinilai lebih unggul dibandingkan PT91M andalan Malaysia. PT91 adalah moderenisasi Polandia dari versi T72-M1 Soviet. Sementara T84 adalah turunan dari T-64. T72 dan T-64 dibangun secara paralel, dimana T-64 sebenarnya lebih canggih dibandingkan T-72 dan tidak dijual ke luar Soviet. Jadi sebenarnya tank andalan Soviet adalah T-64, sedangkan T-72 berfungsi umum dan bisa di eksport besar-besaran.

T-64 menjadi basis pengembangan tank Soviet moderen seperti T-80, yang kemudian dikembangkan Ukraina menjadi T-84 dan dijual ke Thailand. Baik PT91 Malaysia maupun T84 Thailand menggunakan lapis baja ERA (explosive reactive armor), standar kendaraan lapis baja Russia generasi keempat.

Sebenarnya pada 2012, pesanan T84 Oplot Thailand belum tiba. Sementara PT91 Malaysia sudah datang sejak 2006. Dalam kondisi ini peringkat memperhitungkan fakta bahwa pesanan T84 Thailand sudah dimulai tahun 2011 dan order mulai tiba tahun 2013, sehingga keberadaan 49 T84 tersebut dapat dipastikan.
Kepemilikan Thailand atas Tank Medium dan Tank Ringan dalam jumlah besar memberikan keunggulan peringkat dibandingkan Malaysia. Tank ringan malaysia yang beroperasi hanya sekitar 21 F101 Scorpion.
Dari sisi IFV baik Thailand maupun Malaysia cukup berimbang, dengan Malaysia menggunakan ACV300 dan K200 sementara Thailand mengandalkan Type 85.

Peringkat 5: Malaysia

Malaysia per 2012 mengungguli Kamboja dengan pengadaan MBT PT91M-nya. Kamboja hanya memiliki 50 T55 yang terkategori tank menengah. Malaysia bahkan sempat memimpin sebagai pemilik MBT moderen pertama di ASEAN dengan pengadaan PT91M di awal tahun 2000-an. Pada saat itu T72 maupun T55 di negara-negara indochina umumnya belum diremajakan.

Tank medium dan tank ringan Kamboja jauh lebih banyak dibandingkan Malaysia, namun Malaysia mengoperasikan lebih banyak IFV moderen. Masalah utama Kamboja adalah tank medium dan tank ringannya berusia sangat tua sehingga diragukan dapat beroperasi dengan optimal. Sebagai contoh, T55 Kamboja tentu berbeda dengan T55 Vietnam yang sudah di upgrade oleh Israel.

Dari segi artileri, Malaysia per 2012 sudah berhasil mengadakan 36 MLRS ASTROS II, pertama di kawasan. Sekalipun Kamboja memiliki 200 unit MLRS BM21/Type 81, namun keunggulan jumlah tersebut sulit menandingi keunggulan teknologi ASTROS II yang merupakan MLRS generasi terkini dengan roket multi-kaliber.
Dengan demikian untuk sementara posisi peringkat Malaysia masih mengungguli Kamboja, khususnya dari: kepemilikan MBT PT91M.

Peringkat 6: Kamboja

Per 2012, dimana MBT TNI belum hadir, peringkat Kamboja mutlak diatas TNI, dengan kehadiran 50 tank medium tua T55.
Imbang di kategori tank ringan dan IFV, walaupun TNI sedikit lebih banyak, namun dari segi usia sama-sama tua.
TNI kembali kalah pada kategori artileri, dimana TNI mengandalkan 100 unit 105mm AMX-13, sementara Kamboja memiliki 200 MLRS 122mm BM21.

Di sisi pertahanan udara, Kamboja sama sekali tidak memiliki pertahanan udara sejak Hun Sen memerintahkan untuk menghancurkan seluruh 233 unit Strela. Hal ini disebabkan oleh jatuhnya manpad SAM tersebut ke tangan terroris sehingga mengancam keselamatan penerbangan umum.
Indonesia per 2012 tidak memiliki sistem pertahanan terintegrasi, hanya memiliki sejumlah pertahanan udara jarak dekat seperti Rapier dan Mistral yang terkategori manpad. Dalam hal ini tentu kepemilikan alutsista manpad TNI mengungguli Kamboja, namun dari segi geografis kepemilikan berbagai manpad tua tersebut tidak memiliki makna strategis.
Jadi kepemilikan tank medium dan keunggulan artileri berpenggerak sendiri memberikan Kamboja peringkat alutsista diatas Indonesia.

Peringkat 7: Indonesia

Indonesia mengoperasikan sekitar 330 tank ringan dan 80 IFV AMX-10.
Sekalipun Laos memiliki 30 T54/T55, namun kondisinya sudah sangat tua dan tidak lagi memiliki makna tempur.
Selain itu Indonesia unggul dalam kategori artileri berpenggerak sendiri, dengan mengandalkan 100 AMX-13 105mm yang juga sudah uzur.
Keunggulan Indonesia ini cukup nyata dibandingkan Laos, Filipina, dan Brunei.

Apakah Pantas ?

Yang menjadi pertanyaan besar adalah apakah pantas Indonesia memiliki peringkat alutsista darat ke-7 di ASEAN ?
Lebih lemah dibandingkan Vietnam, Singapura, Myanmar, Thailand, Malaysia, bahkan Kamboja ?
Padahal kondisi ekonomi Indonesia cukup baik selama era reformasi dan selama kabinet Presiden SBY 2004.
Apa saja yang dikerjakan Pemerintah RI selama 8 tahun 2004 s/d 2012 sehingga kondisi alutsista TNI menjadi begitu mengenaskan dibandingkan negara-negara tetangga ?
Dan menjadi pertanyaan besar, apakah pola pengembangan alutsista tersebut akan kita lanjutkan pada pemerintahan berikutnya ?






Sumber : Kompasiana

2 comments:

  1. jangan di tanyakan pada pemerintahan SBY, noh tanyakan pada pemimpin sebelumnya! SBY sudah mulai membangun, dan hasilnya mulai kelihatan.

    ReplyDelete
  2. Tanyakan sama anggota DPR, diawal reformasi waktu lepasnya timur timur..dan hilangnya pulau ligitan dan sipadan, Waktu itu TNI diizukan melanggar HAM oleh amerika, dan di embargo sampai2 F16 seperti patung pajangan di lanut madiun, ingatkan saat pertama megawati membeli 2 unit sukoi su 27,, semua anggota DPR gk ada yg setuju,, dengan alasan takut kalau indonesia terlalu memihak RUSIA, knpa.DPR gk sadar beli F16 tp waktu dibutuhkan gk bisa dipakai karna embargo, sekarang pada muji2 sukoi,tp tetep aja beli bedi tua F16 24 unit, diera SBY cm kurang satu,,TNI AL butuh byk kpal selam paling gak 25unit kpal selam buat nemani KRI yg sudah ada menjaga laut dari sabang smpai merauke, tapi terkendal lg dengan anggaran yg tak cukup,,tp anggaran buat bank century, buat hambalang, dan buat korupsi SKKmiga selalu ada,,rugi indonesia msk G20. Tapi buktinya gk terada sm rakyat kecil sebenernya kalau mau berfikir bijak..cabut saja subsidi BBM, karna walau disubsidi yg memakai rakyat klas menengah keatas, karna rakyat biasa cm bekerja atau jadi karyawan oprasional, jd kalau BBM tak bersubsidi, semua naik,tp gaji karyawan menengah kebawah juga naik, tp tarap hidup seimbang, dengan gitu setahun saja uang subsidi itu ufah bisa buat beli kapal selam canggih 20unit,,ap lagi kalau smpai bertahun2...BISA JAYA TNI MENJAGA KEDAULATAN INDONESIA..

    ReplyDelete