Kompasiana (MI) : Per 2012, kondisi alutsista tempur darat TNI mencapai titik nadir
terendah. Menempati peringkat ke 7 dari 10 negara ASEAN, alutsista TNI
hanya lebih baik dibandingkan Laos, Filipina, dan Brunei Darussalam.
Tulisan ini memberi rincian dari peringkat kepemilikan alutsista
tersebut.
Peringkat 1: Vietnam
Vietnam memiliki peringkat terkuat di ASEAN dengan ribuan tank medium dan tank ringan.
Sebagai negara yang masih bergerak menuju demokratisasi, alutsista
Vietnam masih dianggap sebagai rahasia negara sehingga pengadaan
alutsista tidak selalu transparan. Khususnya alutsista yang dianggap
sebagai unggulan seperti MBT.
Pengadaan MBT T72 Vietnam dilakukan secara rahasia. Semula sekitar 2005
diberitakan rencana pengadaan T72 tersebut sejumlah 150 dari Polandia.
Namun pengadaan tersebut nampaknya dibatalkan. Diperkirakan Vietnam
memperoleh T72 yang diremajakan langsung dari Russia dengan jumlah
sekitar 100 unit.
Keberadaan T72 di Vietnam sendiri sudah menjadi spekulasi sejak
kejatuhan Saigon 1975. Saat itu dikabarkan PVA memiliki 480 T72 versi
awal. Namun di kemudian hari T72 tersebut tidak pernah terlihat di
Vietnam, sehingga menimbulkan praduga bahwa Soviet mengambil atau
mengamankan kembali tank tersebut. Sekalipun 480 T72 versi awal tersebut
masih dimiliki dapat diperkirakan sudah tidak lagi beroperasi saat ini.
Jadi hanya ke-100 MBT T72 yang diperkirakan dimiliki Vietnam per 2012.
Jumlah tersebut sangat besar untuk ukuran ASEAN di tahun 2012, dimana
Malaysia dan Thailand hanya memiliki 50 unit MBT, sedangkan TNI sama
sekali belum pernah memiliki MBT atau Tank Medium.
Sekalipun tua, namun kendaraan lapis baja Vietnam jumlahnya sangat besar
di kawasan ASEAN. Pemeliharaan dan peremajaan pun dilakukan dalam
jumlah besar seperti pada Tank tua Medium T55 Vietnam yang di upgrade
oleh Israel menjadi tank moderen T55-M3. Israel memiliki pengalaman
teknologi untuk meremajakan persenjataan kuno menjadi siap tempur.
Israel sendiri masih memiliki sejumlah besar T55 yang diremajakan
kembali sehingga kekuatan lapis baja-nya cukup besar. Padahal kebanyakan
dari T55 Israel tersebut direbut dari Siria dan Mesir pada tahun 1967.
Israel menamai tank T55 refurbished tersebut Tiran.
Indonesia sendiri pernah pula mengandalkan peralatan ex peremajaan
Israel sebagai arsenal udara andalan TNI AU: A4 Skyhawk. Selama 20 tahun
sejak 1980 sampai sekitar tahun 2000, 32 pespur tersebut menjadi
andalan utama TNI AU.
Vietnam memiliki artileri yang sangat kuat. Termasuk di dalamnya 700
MLRS BM-21 Grad buatan Soviet. 700 MLRS bukanlah jumlah yang sedikit,
mengingat setiap unit BM-21 dapat meluncurkan ratusan roket 120mm.
Keunggulan teknologi balistik Vietnam diwujudkan dalam bentuk
kepemilikan teknologi Scud B/C/D. Dalam hal ini Vietnam dapat
memproduksi sendiri rudal balistik Scud tersebut. Vietnam adalah
satu-satunya negara ASEAN yang mengoperasikan rudal balistik, bahkan
memproduksi sendiri. Hal ini merupakan prestasi militer yang masih
sangat gemilang, melalui penguasaan teknologi Scud, secara simbolis
militer Vietnam mampu mengembangkan tradisi keunggulan militer yang
dibangun sejak era jenderal Giap.
Keunggulan penting lain yang dimiliki oleh Vietnam adalah adanya
jaringan pertahanan udara yang kompleks, saling terhubung, dan moderen.
Per 2012, umumnya jaringan pertahanan udara tersebut masih di dominasi
SAM kuno SA-2, SA-7, SA-9, dan sebagainya. Namun moderenisasi sudah
dimulai dengan integrasi sistem radar pertahanan.
Sistem pertahanan udara Vietnam adalah yang terbaik di ASEAN hingga
tahun 2012. Pada masa tersebut peringkat kedua diduduki oleh Singapura
dengan sistem radar terintegrasi dan geografis kecil yang mudah dikawal
oleh sistem SAM. Kemudian diikuti Myanmar. Myanmar memiliki sistem
pertahanan udara kuno namun dalam jumlah yang cukup besar, hampir
sebanding dengan arsenal Vietnam.
Vietnam juga memiliki infantri mekanis yang kuat dengan 600 invantry fighting vehicle (IFV) BMP 1 dan 2.
Infantry Fighting Vehicle (IFV) berbeda konsep dengan Armored Personnel
Carrier (APC). IFV dirancang untuk memungkinkan infantri bertempur dari
dalam kendaraan lapis baja. IFV juga dirancang untuk memiliki
persenjataan yang memadai, disamping perlindungan lapis baja bagi
infantri.
Peringkat 2: Singapura
Per 2012 di ASEAN, IFV yang paling moderen adalah Bionix buatan
Singapura. Baik IFV lain di kawasan, AMX maupun BMP adalah disain lama
dari tahun 1960-an, sementara Bionix adalah disain tahun 1990-an.
Dibanding dengan IFV China seperti Norinco Type 85 baik dari segi lapis
baja maupun mesin terlihat Bionix masih lebih unggul. Satu yang kurang
dari Bionix dibandingkan dengan IFV barat dan timur adalah kemampuan NBC
(perlindingungan terhadap nuklir, biologi, kimia). Sekalipun
diberitakan bahwa Bionix dapat juga dilengkapi dengan perlindungan NBC
namun AMX dan Type 85 sudah lebih proven dalam hal tersebut. Bionix
masih lebih unggul dibandingkan IFV Norinco Type 90 yang dimiliki
Myanmar 55 unit.
Singapura per 2012 melompat melewati Myanmar, Thailand, dan Malaysia
dalam peringkat alutsista tempur darat sejak tahun 2009 melalui
pengadaan Bionix dan MBT Leopard 2SG. Sebelumnya Singapura hanya
mengandalkan MBT Centurion tua yang kategori-nya sudah turun menjadi
Tank Medium.
Tank Centurion Mk 7 Singapura yang dibeli tahun 1994 dan di moderenisasi
oleh Israel disebut dengan nama Tempest, terjemahan dari Sho’t, sebutan
Israel untuk Centurion. Tank Tempest ini sekalipun secara resmi
diumumkan diganti oleh Leopard 2SG, diperkirakan masih siaga operasional
hingga tahun 2020-an. Dengan demikian Singapura memiliki kombinasi MBT
Leopard 2SG, Medium Tank Centurion, dan Tank Ringan AMX-13 SM1. Ditambah
dengan IFV Bionix dan AMX-10. Kombinasi ini per 2012 menjadikan
Singapura memiliki kavaleri yang paling moderen di ASEAN.
Vietnam mengungguli dari peringkat, semata-mata oleh jumlah besar Tank
Medium, Tank Ringan dan IFV, serta keunggulan jumlah artileri, ditambah
kepemilikan rudal balistik.
Perlu dicatat pula bahwa Singapura memiliki kemampuan perang artileri
yang unggul di ASEAN dengan kepemilikan radar anti artileri yang mampu
mendeteksi posisi artileri lawan. Platform artileri berpenggerak sendiri
(self propeller artillery) kebanggaan Singapura adalah SSPH1 Primus,
howitzer 155mm yang di disain oleh ST Kinetics, Singapura. Sebagai
perbandingan, pada 2012 TNI belum memiliki artileri 155mm berpenggerak
sendiri. Mayoritas artileri howitzer TNI 105mm kebawah.
Dari segi sishanud, geografis Singapura yang berukuran kecil, serta
kondisi kerjasama teknologi militer sebagai sekutu AS, FPDA, dan Israel,
memberikan akses pada sishanud yang paling unggul. Singapura praktis
menguasai udara seluruh kawasan dengan kepemilikan radar militer dan
radar sipil-nya. Tidak ada penerbangan tanpa izin Singapura, termasuk di
wilayah dirgantara Indonesia yang berdekatan.
Peringkat 3: Myanmar
Myanmar mengoperasikan sejumlah besar alutsista lapis baja peninggalan
perang Vietnam. Dana moderenisasi militer Myanmar sangat terbatas, dan
sepenuhnya mengandalkan teknologi Rusia dan China karena embargo barat.
Per 2012 Myanmar berhasil mempertahankan keunggulan alutsista militernya
dengan hanya dilangkahi oleh Singapura. Pengadaan 139 MBT T72
refurbished memberikan MBT moderen pada militer Myanmar.
Thailand masih berada dibawah Myanmar karena hanya memiliki 49 MBT T84.
T84 adalah tank buatan Ukraina, pengembangan dari T-80 Soviet. T-80
sendiri adalah turunan dari T-64.
Selain itu per 2012 Thailand memiliki kelemahan dalam kepemilikan
artileri berpenggerak sendiri. Praktis Thailand hanya mengandalkan 20
M109 tua, sementara Myanmar memiliki 320 MLRS BM21 Grad, atau produksi
tiruannya (BA-84 / Type 90), serta 30 155mm SP Howitzer NORA B-52, baru
buatan Serbia.
Kelemahan lain yang membuat Thailand per 2012 masih berada dibawah
Myanmar adalah sistem pertahanan udara. Thailand per 2012 masih
membangun sistem pertahanan udara-nya dan hanya mengandalkan mistral.
Kontrak dengan Thales untuk mengembangkan sistem pertahanan udara
terpadu baru dimulai Thailand tahun 2012.
Myanmar sendiri per tahun 2011 sudah mulai meningkatkan pertahanan udara
menengah S-125 Neva / Pechora menjadi sistem generasi baru. Sebagai
perbandingan, per 2012 hanya Singapura, Vietnam, dan Myanmar yang
memiliki rudal pertahanan udara jarak menengah. Baik Indonesia maupun
Thailand dan Malaysia hanya memiliki pertahanan udara jarak dekat, 5 -
10 km.
Peringkat 4: Thailand
Thailand sekalipun hanya memiliki 49 T84, namun juga memiliki ratusan
tank menengah dan tank ringan, disamping IFV Type 85. Tank menengah
Thailand umumnya tank tua peninggalan AS: M60A3, M48A5 Patton, Stingray,
kecuali 53 Norinco Type 69-II.
Tank ringannya terdiri atas 200 M41A3 serta 128 FV101 Scorpion seperti milik TNI.
Thailand unggul dari Malaysia dari segi kualitas MBT. Dalam jumlah yang
relatif sama T84 Thailand secara kualitas dapat dinilai lebih unggul
dibandingkan PT91M andalan Malaysia. PT91 adalah moderenisasi Polandia
dari versi T72-M1 Soviet. Sementara T84 adalah turunan dari T-64. T72
dan T-64 dibangun secara paralel, dimana T-64 sebenarnya lebih canggih
dibandingkan T-72 dan tidak dijual ke luar Soviet. Jadi sebenarnya tank
andalan Soviet adalah T-64, sedangkan T-72 berfungsi umum dan bisa di
eksport besar-besaran.
T-64 menjadi basis pengembangan tank Soviet moderen seperti T-80, yang
kemudian dikembangkan Ukraina menjadi T-84 dan dijual ke Thailand. Baik
PT91 Malaysia maupun T84 Thailand menggunakan lapis baja ERA (explosive
reactive armor), standar kendaraan lapis baja Russia generasi keempat.
Sebenarnya pada 2012, pesanan T84 Oplot Thailand belum tiba. Sementara
PT91 Malaysia sudah datang sejak 2006. Dalam kondisi ini peringkat
memperhitungkan fakta bahwa pesanan T84 Thailand sudah dimulai tahun
2011 dan order mulai tiba tahun 2013, sehingga keberadaan 49 T84
tersebut dapat dipastikan.
Kepemilikan Thailand atas Tank Medium dan Tank Ringan dalam jumlah besar
memberikan keunggulan peringkat dibandingkan Malaysia. Tank ringan
malaysia yang beroperasi hanya sekitar 21 F101 Scorpion.
Dari sisi IFV baik Thailand maupun Malaysia cukup berimbang, dengan
Malaysia menggunakan ACV300 dan K200 sementara Thailand mengandalkan
Type 85.
Peringkat 5: Malaysia
Malaysia per 2012 mengungguli Kamboja dengan pengadaan MBT PT91M-nya.
Kamboja hanya memiliki 50 T55 yang terkategori tank menengah. Malaysia
bahkan sempat memimpin sebagai pemilik MBT moderen pertama di ASEAN
dengan pengadaan PT91M di awal tahun 2000-an. Pada saat itu T72 maupun
T55 di negara-negara indochina umumnya belum diremajakan.
Tank medium dan tank ringan Kamboja jauh lebih banyak dibandingkan
Malaysia, namun Malaysia mengoperasikan lebih banyak IFV moderen.
Masalah utama Kamboja adalah tank medium dan tank ringannya berusia
sangat tua sehingga diragukan dapat beroperasi dengan optimal. Sebagai
contoh, T55 Kamboja tentu berbeda dengan T55 Vietnam yang sudah di
upgrade oleh Israel.
Dari segi artileri, Malaysia per 2012 sudah berhasil mengadakan 36 MLRS
ASTROS II, pertama di kawasan. Sekalipun Kamboja memiliki 200 unit MLRS
BM21/Type 81, namun keunggulan jumlah tersebut sulit menandingi
keunggulan teknologi ASTROS II yang merupakan MLRS generasi terkini
dengan roket multi-kaliber.
Dengan demikian untuk sementara posisi peringkat Malaysia masih mengungguli Kamboja, khususnya dari: kepemilikan MBT PT91M.
Peringkat 6: Kamboja
Per 2012, dimana MBT TNI belum hadir, peringkat Kamboja mutlak diatas TNI, dengan kehadiran 50 tank medium tua T55.
Imbang di kategori tank ringan dan IFV, walaupun TNI sedikit lebih banyak, namun dari segi usia sama-sama tua.
TNI kembali kalah pada kategori artileri, dimana TNI mengandalkan 100
unit 105mm AMX-13, sementara Kamboja memiliki 200 MLRS 122mm BM21.
Di sisi pertahanan udara, Kamboja sama sekali tidak memiliki pertahanan
udara sejak Hun Sen memerintahkan untuk menghancurkan seluruh 233 unit
Strela. Hal ini disebabkan oleh jatuhnya manpad SAM tersebut ke tangan
terroris sehingga mengancam keselamatan penerbangan umum.
Indonesia per 2012 tidak memiliki sistem pertahanan terintegrasi, hanya
memiliki sejumlah pertahanan udara jarak dekat seperti Rapier dan
Mistral yang terkategori manpad. Dalam hal ini tentu kepemilikan
alutsista manpad TNI mengungguli Kamboja, namun dari segi geografis
kepemilikan berbagai manpad tua tersebut tidak memiliki makna strategis.
Jadi kepemilikan tank medium dan keunggulan artileri berpenggerak
sendiri memberikan Kamboja peringkat alutsista diatas Indonesia.
Peringkat 7: Indonesia
Indonesia mengoperasikan sekitar 330 tank ringan dan 80 IFV AMX-10.
Sekalipun Laos memiliki 30 T54/T55, namun kondisinya sudah sangat tua dan tidak lagi memiliki makna tempur.
Selain itu Indonesia unggul dalam kategori artileri berpenggerak
sendiri, dengan mengandalkan 100 AMX-13 105mm yang juga sudah uzur.
Keunggulan Indonesia ini cukup nyata dibandingkan Laos, Filipina, dan Brunei.
Apakah Pantas ?
Yang menjadi pertanyaan besar adalah apakah pantas Indonesia memiliki peringkat alutsista darat ke-7 di ASEAN ?
Lebih lemah dibandingkan Vietnam, Singapura, Myanmar, Thailand, Malaysia, bahkan Kamboja ?
Padahal kondisi ekonomi Indonesia cukup baik selama era reformasi dan selama kabinet Presiden SBY 2004.
Apa saja yang dikerjakan Pemerintah RI selama 8 tahun 2004 s/d 2012
sehingga kondisi alutsista TNI menjadi begitu mengenaskan dibandingkan
negara-negara tetangga ?
Dan menjadi pertanyaan besar, apakah pola pengembangan alutsista tersebut akan kita lanjutkan pada pemerintahan berikutnya ?
Sumber : Kompasiana
jangan di tanyakan pada pemerintahan SBY, noh tanyakan pada pemimpin sebelumnya! SBY sudah mulai membangun, dan hasilnya mulai kelihatan.
ReplyDeleteTanyakan sama anggota DPR, diawal reformasi waktu lepasnya timur timur..dan hilangnya pulau ligitan dan sipadan, Waktu itu TNI diizukan melanggar HAM oleh amerika, dan di embargo sampai2 F16 seperti patung pajangan di lanut madiun, ingatkan saat pertama megawati membeli 2 unit sukoi su 27,, semua anggota DPR gk ada yg setuju,, dengan alasan takut kalau indonesia terlalu memihak RUSIA, knpa.DPR gk sadar beli F16 tp waktu dibutuhkan gk bisa dipakai karna embargo, sekarang pada muji2 sukoi,tp tetep aja beli bedi tua F16 24 unit, diera SBY cm kurang satu,,TNI AL butuh byk kpal selam paling gak 25unit kpal selam buat nemani KRI yg sudah ada menjaga laut dari sabang smpai merauke, tapi terkendal lg dengan anggaran yg tak cukup,,tp anggaran buat bank century, buat hambalang, dan buat korupsi SKKmiga selalu ada,,rugi indonesia msk G20. Tapi buktinya gk terada sm rakyat kecil sebenernya kalau mau berfikir bijak..cabut saja subsidi BBM, karna walau disubsidi yg memakai rakyat klas menengah keatas, karna rakyat biasa cm bekerja atau jadi karyawan oprasional, jd kalau BBM tak bersubsidi, semua naik,tp gaji karyawan menengah kebawah juga naik, tp tarap hidup seimbang, dengan gitu setahun saja uang subsidi itu ufah bisa buat beli kapal selam canggih 20unit,,ap lagi kalau smpai bertahun2...BISA JAYA TNI MENJAGA KEDAULATAN INDONESIA..
ReplyDelete