F-16 Block 25 Refurbish Memperkuat Indonesia Tahun 2014
JKGR (MI) : ahun ini adalah tahun pertama kedatangan
burung-burung besi F-16 upgrade dari USA. Semakin mendekati hari
kedatangan, semakin banyak pula pro-kontra menanggapi kehadirannya.
Pihak yang pro menganggap bahwa keputusan pemerintah untuk menerima
hibah ini adalah hal yang wajar untuk mengejar kuantitas sebelum meraih
kualitas. Sementara yang kontra tentu saja menganggap bahwa mendatangkan
pesawat bekas meskipun di-upgrade hingga block 52 bahkan mungkin nanti
ada block 70, 80, 100 dan seterusnya, tetap saja percuma mengingat
dinamika kawasan yang akan kedatangan pesawat-pesawat tempur canggih
sekelas gen 4,5++ hingga gen 5.
Terlepas dari pro-kontra tersebut, mari kita menyimak “pengalaman tempur”
pesawat ini sebelum memberi penilaian. Kata yang dibold itu sengaja
dibuat untuk menekankan arti pengalaman yaitu bukti empiris ketimbang
teori berdasarkan spesifikasi.
Coba perhatikan beberapa pandangan pilot-pilot Amerika dan Eropa yang
pernah menggunakannya baik dalam latihan skala besar maupun pertempuran
sesungguhnya.
Menurut Letkol Philip “Rico” Malebranche dari USAF, F-16 mampu
meladeni pesawat sekelas F-15 Eagle dengan baik. “F-16 itu kecil, ringan
dan lincah” katanya. Meskipun memiliki kecepatan maksimum dan menanjak
yang lebih rendah, namun ia mempunyai RCS yang kecil sehingga
menyulitkan untuk dibidik (spot), dan juga dapat menandingi F-15 pada
ketinggian rendah dengan manuver-manuver ekstrim.
USAF sendiri memerlukan kehadiran F-16 untuk mendampingi penempur
kelas berat F-15 dalam menghadapi pesawat blok timur dari type ringan
seperti Mig-21 pada pertempuran WVR. Lagi menurut Rico, dengan Thrust to
Weight ratio yang lebih tinggi ketimbang F-18 E/F super hornet, pada
kecepatan tinggi F-16 mampu mengatasi super hornet dengan cara menanjak
hingga 3000 meter di atas F-18 kemudian bermanuver untuk menempatkan
F-18 tetap di depan HUD (head up display pilot). Namun hal ini menjadi
berbahaya pada kecepatan yang lebih rendah dimana F-18 mampu menaikkan
hidungnya lebih mudah ketimbang F-16.
Bagaimana dengan pesawat lain?
Dibanding Mirage 2000, F-16 tidak banyak kehilangan daya ketika harus bermanuver cepat dalam radius kecil. Sedangkan jika dibandingkan dengan Eurofighter Typhoon, F-16 mampu melayaninya pada ketinggian di bawah 10.000 kaki. Pada jelajah di atas 10.000 kaki maka kemampuan aerodinamis dan komputerisasi Typhoon tidak mampu diatasi oleh F-16.
24 pesawat tempur F-16 akan memperkuat Skadron 16 Pekanbaru, Riau
Bagaimana implementasi di lapangan?
Dengan homebase di Pekanbaru, maka hanya sekian menit F-16 sudah dapat mengintip langit tetangga. Itu berarti tidak diharuskan ketinggian jelajah di atas 10.000 kaki, yang berarti pilot-pilot F-16 tetap dapat mengandalkan keunggulan F-16 dalam manuver ketinggian rendah ketika harus bertemu pesawat-pesawat dari tetangga.
Namun, Geografi lingkungan mulai dari Pekanbaru hingga Batam juga
berupa dataran rendah dan laut, termasuk flat sehingga tiada tempat
untuk sembunyi atau bermanuver di area sempit yang merupakan keunggulan
utama F-16.
Terhadap Sonora yang akan mendatangkan F-35, memang fitur silumannya
cukup memusingkan untuk dihadapi oleh TNI-AU baik pilot tempur maupun
arhanud. Tapi jangan lupa, kita punya marinir dan dari Batam semua
pergerakan pesawat dapat terlihat jelas bahkan dengan mata telanjang.
Keunggulan siluman itu menjadi sia-sia jika disiapkan pengamat dengan
4-5 shift sehari dilengkapi panduan malam dan kamera infra merah karena
Singapura belum mampu meluncurkan pesawatnya tanpa terlihat dari wilayah
Indonesia kecuali mereka mengirim dari luar Singapura.
Terhadap Sonotan, nah ini yang agak sulit. Garis pantai yang panjang
di sepanjang pesisir selatan Jawa hingga Bali, NTB, NTT, laut Arafura
hingga Papua sangat memungkinkan ditembus kapan saja baik siang maupun
malam (karena lalu lintas udara dan air di kawasan tersebut juga relatif
tidak seramai di Barat-Utara).
Akuisisi rudal khusus yang bisa mentracking pesawat siluman menjadi
keharusan di area selatan ini. Tidak mungkin nanti setelah mendatangkan
Su-35, kita selalu mengirim 2 sukhoi tersebut untuk patroli (tracking
IRST terhadap pesawat siluman sangat efektif menggunakan 2 pesawat
bersamaan dengan cara menggiring seperti nelayan menggunakan pukat
harimau yang ditarik 2 perahu). Sampai ditemukannya teknologi yang
secara efisien dapat melacak pesawat siluman, maka wilayah selatan tetap
adalah lubang hitam kita. Mungkin biar seimbang, Kilo harus terus
berpatroli dengan tujuan tidak untuk melacak pesawat siluman musuh (yang
memang tidak dimungkinkan), namun lebih kepada keseimbangan bahwa
kitapun bisa menerobos garis pagar sonotan.
Sumber : JKGR
Jangan lupa walau dapat dilihat dg mata tapi waktu pesawat nge lock harus pakai radar,bagaimana mau nge lock kalau gak terdeteksi radar.
ReplyDeletePenting utk Indonesia mengadakan puluhan SU 35 yg memiliki radar pasif dan aktif, dng radar pasif SU 35 dpt mengelock pswt siluman musuh,skdr saran plng tdk 6,5 skuadron SU 35 ditmptkan a.l di aceh sbnyak 1,5 skuadron, 1 skuadron di sumatera utara, 2 skuadron di riau, 1 skuadron di sumatera selatan dan 1 skuadron di sumatera barat, dikalimantan ditmptkan 8 skuadron a.l : 2 skuadron dikalbar, 1,5 skuadron di kalteng, 1,5 skuadron di kalsel, 2 skuadron di kaltim, 1 skuadron di kaltara, di sulsel 1,5 skuadron, disulbar 1,5 skuadron, 1 skuadron disulteng, 1,5 di sulut, 1,5 skuadron di gorontalo, 3 skuadron di prop papua, 2,5 skuadron di papua barat, 1,5 skuadron di kepulauan aru, 1,5 skuadron di kepulauan morotai, 1 skuadron di pulau alor, 1,5 skuadron di pulau flores, 3 skuadron di kupang, dan 2 skuadron dipulau rote, 1,5 skuadron dipulau sumba -NTT, 2 skuadron di pulau sumbawa besar, 2 skuadron di mataram, 1,5 skuadron di bali, 2 skuadron di bndra Soekarno - Hatta, 2 skuadron di Halim Perdana Kusuma, 1 skuadron di Karimun Jawa, 2 skuadron msg2 di Semarang dan Jogja, 3 skuadron di Madiun, 2,5 skuadron di Malang, 2 skuadron di Surabaya, ditmpt2 tsb perlu n penting utk diadakan serta ditmptkan rudal pertahanan udara dr jarak jauh sampai jarak pendek, radar pasif dan radar aktif, rudal anti kapal permukaan,anti kpl selam dan anti pesawat,helikopter, UCAV, belasan heli serang, puluhan skuadron heli angkut, 4 skuadron pswt latih, 8 skuadron pswt tmpr anti gerilya, 10-12 skuadron pswt pengebom, 4 skuadron pesawat peringatan dini, 8 skuadron pswt patroli maritim yg dipersenjatai,7 skuadron pswt angkut, 1 skuadron pswt angkut berat, puluhan ribu artileri, MLRS, MBT, tank medium, panser amphibi. Panser anoa, IFV, ribuan Pantsyr S1, Buk 2 ME, antey 2500, ratusan baterai oerlikon, komodo yg tlah diinstal dng oerlikon dan peluncur rudal mistral, ratusan panser ambulance, tank pembangun jembatan darurat, ribuan mobil komodo, ratusan ribu helm anti peluru yg dlngkapi dng alat infra merah, pnglihatan malam, n alat pndeteksi panas tubuh, baju dan alat pelindung paha,lutut n tulang kering dr peluru, ratusan ribu alat komunikasi dng kemampuan anti jamming dan jamming, ratusan ribu msg2 RPG dr blok 5-7, NLAW, ribuan peluncur juveline dng ratusan ribu rudal anti tank, 500 unit fregat yg memiliki 70-80 tabung peluncur rudal scr vertikal, 80 unit destroyer, 50 unit LPD, 150 unit LST, mengadakan msg2 200 unit KCR ukuran 45,65 dan 125 m yg dlngkapi aster dan exocet,yakhont dan mistral,oerlikon, HQ 9, S300, torpedo, ratusan kpl pnyapu ranjau, ribuan kpl patroli sungai,danau dan udara yg dlngkapi peluncur rudal, QW 3, peluncur rudal mistral,ribuan hover craft yg dlngkapi pluncur mistral, QW3, RPG blok 6 dan 7, raturan unit kpl siluman yg dipersdnjatai rudal dan meriam, pngadaan ribuan ranjau laut dan jaring utk perangkap kpl permukaan n kpl selam, ratusan ribu motor trail yg dlngkapi box utk bbm cadangan, makanan dan minuman darurat, kompor n gas serta plastik, kaca pembesar,korek api, aki cadangan, dan GPS.
ReplyDelete