Sidney (MI) : Sebuah pengakuan mengejutkan muncul
dari mantan komandan perlindungan perbatasan Australia. Mantan komandan
Australia itu, mengatakan, Angkatan Laut (AL) Australia tidak mengenal
batas maritim Indonesia.
Hal itulah yang menjadi salah satu penyebab, kapal-kapal Australia melanggar kedaulatan Indonesia sebanyak enam kali pada Desember 2013 dan Januari 2014. Pelanggaran itu terjadi ketika kapal-kapal AL Australia menjalankan Operasi Sovereign Borders untuk mengusir perahu para pencari suaka.
Komentar ketidaktahuan AL Australia atas batas wilayah Indonesia tersebut, disampaikan oleh Barry Learoyd, mantan komandan perlindungan perbatasan yang baru saja pensiun dari AL Australia.
Learoyd, yang telah bertugas 43 tahun di AL Australia merupakan, salah satu komandan kapal yang terindikasi tidak memberi tahu informasi perbatasan laut Indonesia kepada pasukan AL Australia.
“Ini benar-benar sulit untuk dimengerti,” kata Letnan Komandan (RTD) Learoyd. “Kepulauan Indonesia dan dasar kepulauan (nama resmi untuk batas maritim Indonesia) harusnya dikenal AL Australia dan dikenal komandan, serta perwira senior. Itu bagian dari pelatihan kita semua,” lanjut dia, seperti dilansir Canberra Times, Senin (3/3/2014).
Learoyd mengatakan koordinat batas yang melampaui standar 12 mil laut dari daratan Indonesia, biasanya terdeteksi dalam sistem elektronik yang dipasang di kapal AL yang beroperasi di daerah tersebut.
Pihak Bea Cukai dan AL Australia merilis evaluasi pelanggaran kapal-kapal Australia terhadap wilayah Indonesia itu, pada 19 Februari 2014 lalu. Hasilnya, pelanggaran tersebut merupakan kesengajaan karena ketidaktahuan batas wilayah Indonesia oleh pasukan AL Australia.
”Batas maritim Indonesia merupakan informasi operasional penting, yang seharusnya disediakan oleh kantor pusat ke komandan kapal yang ditugaskan untuk Operasi Sovereign Borders,” ujar Learoyd yang heran dengan pelanggaran wilayah Indonesia itu.
Komandan utama militer Australia yang bertanggungjawab atas Operasi Sovereign Borders, Jenderal Angus Campbell, belum disalahkan atas kelalaian itu. Seorang juru bicara Bea Cukai Australia menolak untuk mengungkap, apakah kapal AL dan Bea Cukai Australia memiliki sistem navigasi elektronik yang mampu mendeteksi batas wilayah Indonesia atau tidak.
Hal itulah yang menjadi salah satu penyebab, kapal-kapal Australia melanggar kedaulatan Indonesia sebanyak enam kali pada Desember 2013 dan Januari 2014. Pelanggaran itu terjadi ketika kapal-kapal AL Australia menjalankan Operasi Sovereign Borders untuk mengusir perahu para pencari suaka.
Komentar ketidaktahuan AL Australia atas batas wilayah Indonesia tersebut, disampaikan oleh Barry Learoyd, mantan komandan perlindungan perbatasan yang baru saja pensiun dari AL Australia.
Learoyd, yang telah bertugas 43 tahun di AL Australia merupakan, salah satu komandan kapal yang terindikasi tidak memberi tahu informasi perbatasan laut Indonesia kepada pasukan AL Australia.
“Ini benar-benar sulit untuk dimengerti,” kata Letnan Komandan (RTD) Learoyd. “Kepulauan Indonesia dan dasar kepulauan (nama resmi untuk batas maritim Indonesia) harusnya dikenal AL Australia dan dikenal komandan, serta perwira senior. Itu bagian dari pelatihan kita semua,” lanjut dia, seperti dilansir Canberra Times, Senin (3/3/2014).
Learoyd mengatakan koordinat batas yang melampaui standar 12 mil laut dari daratan Indonesia, biasanya terdeteksi dalam sistem elektronik yang dipasang di kapal AL yang beroperasi di daerah tersebut.
Pihak Bea Cukai dan AL Australia merilis evaluasi pelanggaran kapal-kapal Australia terhadap wilayah Indonesia itu, pada 19 Februari 2014 lalu. Hasilnya, pelanggaran tersebut merupakan kesengajaan karena ketidaktahuan batas wilayah Indonesia oleh pasukan AL Australia.
”Batas maritim Indonesia merupakan informasi operasional penting, yang seharusnya disediakan oleh kantor pusat ke komandan kapal yang ditugaskan untuk Operasi Sovereign Borders,” ujar Learoyd yang heran dengan pelanggaran wilayah Indonesia itu.
Komandan utama militer Australia yang bertanggungjawab atas Operasi Sovereign Borders, Jenderal Angus Campbell, belum disalahkan atas kelalaian itu. Seorang juru bicara Bea Cukai Australia menolak untuk mengungkap, apakah kapal AL dan Bea Cukai Australia memiliki sistem navigasi elektronik yang mampu mendeteksi batas wilayah Indonesia atau tidak.
Sumber : Sindonews
No comments:
Post a Comment