Bandung (MI) : Perusahaan BUMN pembuat pesawat terbang, PT Dirgantara Indonesia (PT DI) pernah mengukir prestasi dengan membuat pesawat tipe N-250. Namun prestasi ini luntur seketika sejak Indonesia dihantam badai krisis moneter pada 1997-1998.
Saat ini, PT DI ingin kembali bangkit dengan membuat pesawat N-219.
Pesawat 19 kursi ini sedang dipersiapkan prototype yang kemungkinan akan
selesai pekan depan.
Menteri Perindustrian MS Hidayat
tidak ingin sejarah kelam PT DI kembali terulang. Dia berjanji akan
mendukung komersialisasi N-219 agar laku keras. Pihaknya berencana
mempromosikan penjualan pesawat jenis ini ke Afrika dan Australia.
Menurut Hidayat, pesawat kecil sangat dibutuhkan di negara dengan
kondisi geografis daratan luas ataupun negara kepulauan dengan jarak
terbang 2 jam. Afrika dan Australia dipandang cocok menggunakan pesawat
ini.
"Setelah itu (prototype dan penjualan dalam negeri) kita ekspansi.
Kita ikut pasarkan ke Afrika, Australia," ucap Hidayat di kantor PT DI,
Bandung, Jumat (7/3).
Saat ini, 150 unit pesawat ini sudah dipesan Pemerintah Daerah
(Pemda). Pemda membutuhkan pesawat ini untuk penerbangan jarak pendek.
Selain itu, Break Event Point (BEP) penjualan ini hanya 40 pesawat.
"Berpikir secara komersial, BEP itu kira kira dari 40-45 pesawat. Nanti di back up perbankan," tutupnya.
Menperin sumringah 150 pesawat N-219 dipesan Pemda
Menteri Perindustrian MS Hidayat
bersama Kepala PPN/Bappenas Armida Alisjahbana pagi ini, Jumat (7/3)
mengunjungi markas PT Dirgantara Indonesia (PT DI) di Bandung, Jawa
Barat. Kunjungan ini dilakukan untuk melihat prospek pembuatan pesawat N-219 di PT DI.
MS Hidayat terlihat senang ketika ditanya mengenai prospek pengembangan N-219. Walaupun prototype pesawat tersebut belum selesai, 150 unit pesawat sudah dipesan oleh beberapa Pemerintah Daerah.
"Kementerian Perindustrian sosialisasi kepada Pemda. Mereka (PT DI) sudah MoU 150 unit dengan Pemda. Harganya sekitar USD 5 juta dengan 19 penumpang. Ini perlu untuk keperluan antar pulau," ucap Hidayat.
Menurut Hidayat, pesawat jenis ini sangat diperlukan, khususnya di Indonesia Timur. Pesawat ini disebut juga salah satu pendukung terealisasinya program MP3EI. "Pemda hampir semua Indonesia Timur. Untuk membeli mestinya melalui anggaran daerah untuk mendukung MP3EI," katanya.
Hidayat mendukung program PT DI dalam pengembangan pesawat ini. Prototye pesawat N-219 disebut-sebut akan selesai pekan depan.
"Ini sangat diperlukan untuk kebutuhan pesawat antar daerah antar pulau dibutuhkan Pemda dalam durasi 2 jam. Indonesia timur dimungkinkan dan dibutuhkan. Sekarang ini prototype minggu depan selesai. Diminta Pemda khususnya kawasan Indonesia Timur membelinya. Program prototype ini dengan Lapan, Lapan menjadi pusat," tutupnya.
MS Hidayat terlihat senang ketika ditanya mengenai prospek pengembangan N-219. Walaupun prototype pesawat tersebut belum selesai, 150 unit pesawat sudah dipesan oleh beberapa Pemerintah Daerah.
"Kementerian Perindustrian sosialisasi kepada Pemda. Mereka (PT DI) sudah MoU 150 unit dengan Pemda. Harganya sekitar USD 5 juta dengan 19 penumpang. Ini perlu untuk keperluan antar pulau," ucap Hidayat.
Menurut Hidayat, pesawat jenis ini sangat diperlukan, khususnya di Indonesia Timur. Pesawat ini disebut juga salah satu pendukung terealisasinya program MP3EI. "Pemda hampir semua Indonesia Timur. Untuk membeli mestinya melalui anggaran daerah untuk mendukung MP3EI," katanya.
Hidayat mendukung program PT DI dalam pengembangan pesawat ini. Prototye pesawat N-219 disebut-sebut akan selesai pekan depan.
"Ini sangat diperlukan untuk kebutuhan pesawat antar daerah antar pulau dibutuhkan Pemda dalam durasi 2 jam. Indonesia timur dimungkinkan dan dibutuhkan. Sekarang ini prototype minggu depan selesai. Diminta Pemda khususnya kawasan Indonesia Timur membelinya. Program prototype ini dengan Lapan, Lapan menjadi pusat," tutupnya.
Sumber : Merdeka
No comments:
Post a Comment