ARC (MI) : Eurofighter Thyphoon, pesawat swing role buatan Eurofighter selama
ini tidak terlalu menonjol walaupun sering disebut-sebut dalam kancah
persaingan pengadaan pesawat tempur untuk Indonesia. Walau telah
digunakan dan beroperasi penuh di 7 negara seperti Jerman, Itali,
Spanyol, Inggris yang merupakan negara-negara yang bersatu dalam
konsorsium Eurofighter untuk membuat pesawat tempur berukuran panjang
15,96m dan lebar sayap 10,95m ini serta memiliki thrust to weight ratio
1.15 ini sering masih kalah pamor dengan Su-35 maupun Saab Gripen dalam
kancah persaingan perebutan pasar pesawat tempur Indonesia.
Thyphoon,
dengan kemampuan tinggi terbang maksimal 55.000 feet dan berkecepatan
maksimal 2 kali kecepatan suara (Mach 2.0) ini memang baru kali ini
tampil di publik Indonesia. Bahkan penampilan kali ini cukup unik,
adalah dengan mengadakan acara mengundang komunitas pemerhati dirgantara
dan militer ke booth yang berada di lokasi Car Free Day pada hari
Minggu 2 Nov. 2014 tepat di depan Menara BCA, Jl. Thamrin, Jakarta.
Acara yang berlangsung dari jam 7.00 hingga jam 10.00 pagi ini langsung
dipadati para komunitas dan pemerhati aviasi dan militer, tampilnya
seorang pilot test Thyphoon dan sekarang merupakan Capability
Development Manager Eurofighter, Paul Smith yang makin memberikan
antusiasme yang tinggi dari yang hadir.
Tim ARCinc, berfoto bersama Paul Smith |
Disela-sela
acara, Tim ARCinc menyempatkan berdiskusi dengan Joe Parker, Export
Director Eurofighter mengenai peluang memasarkan Thyphoon ke Indonesia.
Jawaban beliau cukup diplomatis dengan mengatakan bahwa sebenarnya
pihak Indonesia sudah mengajukan RFI (Request for Information) ke pihak
Eurofighter, itulah makanya mereka menyempatkan hadir di Indodefence
2014, tapi Parker juga menyatakan seperti halnya kita membeli kendaraan,
RFI artinya baru pada taraf keinginan mengetahui kemampuan dan apa saja
yang bisa ditawarkan Eurofighter ke Indonesia. Pembelian alutsista
adalah proses yang cukup panjang menyangkut banyak hal seperti kesiapan
pendanaan, transfer of technology, dan tentunya suasana politik yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembelian sebuah senjata
apalagi senjata canggih dan strategis seperti Eurofighter Thyphoon.
Dalam soal kecanggihan, tidak diragukan lagi bagi pesawat yang telah
menyelesaikan 418 unit pesanan dari total 570 pesanan dan telah
operasional penuh di negara-negara pemesannya. Namun apakah Pemerintah
Indonesia akhirnya berminat dan mengakuisisi pesawat dengan kemampuan
berubah peran dari peran udara ke darat dan sebaliknya ini bergantung
pada faktor-faktor yang telah disebutkan di atas.
Sumber : ARC
SU 35 !
ReplyDeleteVote for SU 35.. Is the better from the other..we are INDONESIAN PEOPLE.. NO need equipment with any reason for EMBARGO..TWO THUMBS UP FOR SUKHOI 35..BRAVO
ReplyDelete