Friday, August 15, 2014

Senja di Karfasia, Cerita dari Ujung Timur Indonesia

Gambar. Pantai pasir putih Karfasia, Sarmi

PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN PAPUA DAN PAPUA BARAT (P4B) POP I (RUAS JALAN SARMI-KASONAWEJA) DENZIPUR 10/KYD 
Kodam17cenderawasih (MI) : Karfasia sebuah desa dengan pemandangan yang sangat indah, Hutan alam yang masih asri, dan hamparan pasir putih membentang luas dengan udara yang sangat sejuk, menjadikan daerah ini memiliki potensi yang luar biasa. Karfasia terletak diantara Ruas jalan Sarmi – Kasonaweja sekitar 40 km dari Kota Sarmi (300 km dari ibukota Jayapura, Papua) merupakan salah satu daerah yang belum tersentuh upaya pembangunan baik dari Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Pusat. 

Tidak adanya infrastruktur jalan dan akses listrik dan telekomunikasi dengan sarana yang minim mengakibatkan desa yang berpenduduk sekitar 60 KK ini sangat tertinggal. Sebagian besar penduduk menggantungkan kebutuhan hidup mereka pada kemurahan alam. Hutan yang menyediakan kebutuhan mereka.

 Dandenzipur 10 melaksanakan kegiatan teritorial
Sagu sebagai makanan pokok penduduk tumbuh subur di hampir semua wilayah ini. Selain itu, protein yang dibutuhkan penduduk disediakan alam dengan banyaknya hewan liar di dalam hutan untuk diburu. Sungguh suatu hal yang ironis dijaman seperti sekarang disaat daerah lain sudah sangat maju, anak anak sudah menggunakan tekhnologi modern dengan gadget mereka yang canggih,  tetapi di daerah terpencil diujung timur Indonesia, masih ada penduduk yang  masih sangat membutuhkan perhatian yang lebih dari pemerintah.

Karfasia adalah satu dari sekian banyak daerah terpencil di Papua yang membutuhkan perhatian Pemerintah. Atas dasar tersebut, Pemerintah Republik Indonesia melaksanakan program Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat ( P4B) sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2013 tentang Pembangunan Jalan Dalam Rangka Percepatan Pembangunan di Propinsi Papua dan Papua Barat dimana kegiatan program tersebut berupa pembangunan infrastruktur jalan yang menghubungkan beberapa wilayah di Propinsi Papua sehingga nantinya dapat menunjang mobilisasi logistik dan persebaran penduduk di wilayah terpencil.

Harapan besar muncul agar kondisi perekonomian di wilayah sasaran P4B lebih  baik dan berdampak pada keadaan masyarakat khususnya menyangkut pemenuhan kebutuhan dibidang peningkatan kesejahteraan, langkah-langkah terpadu pada lintas sektoral untuk memaksimalkan upaya pengentasan kemiskinan di pedesaan dan daerah- daerah terpencil sehingga kondisi infrastruktur jalan yang menjadi lebih baik guna mendukung persebaran penduduk secara merata di beberapa wilayah Papua.


Program Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat (P4B)

Pimpinan Operasi Pelaksana I (POP I)
Pembagian wilayah tugas POP I
Pelaksanaan Program P4B yang dilaksanakan oleh POP I adalah di wilayah Kasonaweja – Sarmi, SP3 Gesa – Barapasi, Dawai – Waindu, Rosbori – Saubeba, Rosbori – Poom, dengan satuan pelaksana Batalyon Zeni Tempur 4/TK dan Detasemen Zeni Tempur 10/KYD dibantu Marinir. Satgas ini dipimpin oleh Letkol Czi Tommy Arief Susanto yang juga merupakan Danyonzipur 4/TK dibantu oleh Mayor Czi Rielman Yudha (Dandenzipur 10/KYD). Tujuan dari dilaksanakannya program Percepatan Pembangunan Propinsi Papua dan Papua Barat ini adalah terbangunnya infrastruktur dasar pembangunan terutama yang membuka keterisolasian wilayah melalui peningkatan aksesibilitas transformasi dan informasi serta layanan dasar di kawasan terisolir masing masing daerah tersebut.
Laklap 4 ( ruas jalan Sarmi-Kasonaweja) Denzipur 10/KYD

Mobilisasi yang menegangkan.
Gambar3. Mobilisasi dengan medan yang menantang

Pada awal tahun 2014,. Detasemen Zeni Tempur 10/KYD mendapatkan kehormatan melaksanakan pekerjaan di Laklap 4 (POP I) yaitu Ruas jalan Sarmi-Kasonaweja sepanjang 11 Km, dari total 95 km yang direncanakan. Sejumlah personel Denzipur 10 dan material proyek melaksanakan mobilisasi menuju Sarmi. Sepanjang perjalanan akses jalan dan jembatan menuju lokasi rusak dengan medan yang cukup menantang.
Jarak yang harus ditempuh dari kota Jayapura ke Sarmi sejauh 300 km ditempuh selama 12 jam perjalanan darat yang harus melintasi 315 jembatan permanen dan semi permanen dengan berbagai kondisi. Beberapa kali, kendaraan berat dan mobil Denzipur 10/KYD harus jatuh karena kondisi jembatan yang sangat tua dan rusak. Bahkan dierbagai titik jembatan sudah tidak bisa digunakan lagi karena rusak, sehingga mobil dan alat berat harus melewati muara disepanjang pantai. Medan yang berat tidak sedikitpun mengecilkan nyali prajurit Denzipur 10/KYD untuk terus maju dan berkarya mengemban tugas bangsa demi bangsa dan negara. 
Acara adat yang dilaksanakan tim P4B bersama masyarakat

Sesampai dilokasi, para prajurit Denzipur 10/KYD merasa terharu karena masyarakat sangat ramah menyambut kedatangan tim P4B. Harapan besar terhadap Bapak TNI untuk membawa perubahan daerah menjadi lebih baik dan sejahtera muncul. Ibarat pepatah jalan adalah urat nadi, maka ketersediaan fasilitas ini mutlak diperlukan untuk menggerakkan roda perekonomian yang selama ini tidak berjalan. Apabila jalan bagus maka ekonomi masyarakat dipedesaan dapat bertumbuh dan berdampak pada peningkatan kualitas hidup. Ada 3 desa yang dekat dengan lokasi sasaran P4B yaitu desa Waim, Karfasia dan Masep.

Masyarakat masing masing desa mengharapkan, agar pekerjaan ini dapat cepat terselesaikan. Masyarakat menyatakan siap membantu apabila dibutuhkan. Sebagai langkah awal  dilaksanakan acara adat untuk menghormati leluhur dan agar seluruh pekerjaan dapat berjalan dengan aman dan lancar tanpa hambatan sesuai dengan kebudayaan yang diyakini oleh masyarakat sekitar.
Membuka hutan , membuat Jalan harapan.
 
Membuka jalan baru dengan membuka hutan yang baru. Sebenarnya hal tersebut tidak asing bagi personel Denzipur 10/KYD karena pengalaman di wilayah Papua dengan berbagai hambatannya dan juga personel Denzipur 10/KYD sudah terlatih dengan membuka jalan di wilayah Republik Demokratik Kongo pada satgas Garuda XX-H tahun 2011-2012 yang lalu. Berbagai hambatan seperti cuaca ekstrem , hujan yang tidak bisa diprediksi, serangan malaria, dan gigitan serangga seperti lebah dan agas, tetap tidak meruntuhkan mental para prajurit dilapangan. 
 Semangat masyarakat di desa Waim-Karfasia dan Masep untuk bertahan ditengah hutan dengan sarana minim menggugah para prajurit Denzipur 10/KYD untuk terus bekerja. Selama ini masyarakat Karfasia, kesulitan untuk akses menuju kota Sarmi. Puluhan anak anak di Karfasia pun harus rela tidak mendapatkan pendidikan dan kesehatan yang layak karena tidak adanya tenaga pengajar serta pelayanan kesehatan yang ala kadarnya. 

Gambar 5. Buat infrastruktur jalan, pembuka harapan.

Senyum Teritorial Bapak TNI

Tidak cukup sampai disitu, para prajurit Denzipur 10/KYD ingin terus berkiprah, ingin terus memberikan sumbangsih kepada masyarakat. Karena TNI adalah milik rakyat. Kedatangan kami bukan tanpa maksud, tetapi menjawab semua harapan yang diberikan di pundak kami. Geliat ekonomi di Waim-Karfasia- Masep sudah mulai bergairah. Prajurit Denzipur 10/KYD membantu warga sekitar yang membutuhkan tanpa pamrih. Masyarakat sangat berterimakasih kepada para prajurit karena kehadirannya memberikan arti yang kuat bagi masyarakat.
Gambar 6. Ibu2 dr kampung menjual hasil bumi ke pasar dibantu prajurit Denzipur 10/KYD
Ibu2 dr kampung menjual hasil bumi ke pasar dibantu prajurit Denzipur 10/KYD
Gambar 7: Kegiatan teritorial
Masyarakat Karfasia sekarang memiliki harapan. Harapan untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik. Harapan untuk bercita cita. Dahulu, ketika senja menjelang masyarakat belum tahu besok harus makan apa. Besok akan berbuat apa. Tetapi harapan setelah senja di karfasia sekarang menjadi lebih bermakna.





No comments:

Post a Comment