F-16C block 25 serial number 84-1281 yang akan dihibahkan ke Indonesia. Photo diambil 9 April 2008 di Eielson AFB, saat misi Red Flag-Alaska [Photo by Karl Drage]
JKGR (MI) : 8 dari 24 pesawat F-16 C (single seater) block 25 hibah Amerika Serikat akan tiba di Indonesia pada tahun 2014. Pesawat tersebut sedang di-upgrade di depo pemeliharaan pesawat tempur Angkatan Udara Amerika, 309th Maintenance Wing di Hill Airforce Base, Utah. Pemerintah memilih 24 F-16 eks Air National Guard daripada membeli 6 pesawat baru, dengan alasan untuk menutupi jumlah minimum pesawat yang dibutuhkan. 16 pesawat itu, akan mengisi satu skuadron (16 pesawat) F-16 di Pekanbaru dan 8 sisanya di Madiun bersama F-16 A/B block 15 OCU TNI AU.
Penambahan 1 skuadron tempur di Pekanbaru sesuai dengan rencana strategis (Renstra I) periode 2005-2014. TNI AU akan menambah lagi 3 skuadron pesawat tempur pada Renstra II (2015-2024) hingga memiliki 11 skuadron tempur di tahun 2024. Yang menjadi pertanyaan, seperti apa sebenarnya kualitas pesawat F-16 eks Air National Guard ini dan berapa lama life time-nya ?.
USAF
Angkatan Udara Amerika Serikat, US Air Force (USAF) terbagi ke dalam tiga kategori: Air Force (AF), Air Force Reserve (AFRES) dan Air National Guard (ANG).
US Air Force adalah pasukan reguler: Air Force Global Strike Command, US Central Command, US Southern Command, US Joint Forces Command, US Northern Command, US Strategic Command; serta US Air Forces in Europe-USAFE dan Pacific Air Forces-PACAF.
Adapun Air Force Reserve-AFRES adalah Komponen Cadangan. Sedangkan Air National Guard merupakan Milisi yang dipersenjatai.
Keberadaan Air National Guard tidak terlepas dari sejarah National Guard yang panjang sekali. Awalnya mereka adalah milisi yang disewa para tuan tanah, untuk berjaga dan menghadapi pasukan Indian. Kini, tugas pokok National Guard adalah unit pertahanan dalam negeri yang struktur dan komando mereka terpisah dari tentara reguler.
Air National Guard berada di bawah kendali Gubernur negara bagian, namun sewaktu waktu bisa dimobilisasi oleh Presiden atau Kongres. Salah satu bentuk mobilisasi National Guard oleh Presiden AS, adalah pasca terjadi-nya serangan WTC 11 September 2011.
National Guard sedikit relevan dengan keberadaan Resimen Mahasiswa atau Menwa di Indonesia. Mereka memiliki kemampuan dasar militer namun strukturnya di luar TNI. Bedanya, National Guard dipersenjatai.
Dalam hal tertentu ada anggota National Guard ada juga yang terlibat perang Irak dan Afghanistan. Hal itu terjadi setelah status mereka di BKO ke Air Force Reserve atau Air Force.
Anggota Air National Guard (ANG) umumnya bekerja paruh waktu karena mereka juga warga sipil yang memiliki pekerjaan tetap. Kondisi itu cocok dengan ANG yang berada di bawah kendali Gubernur Negara Bagian.
Adapun Air Force Reserve (AFRES) berada di bawah kendali Presiden. Mereka adalah komponen cadangan untuk membantu tugas Air Force. AFRES lebih mobil dan banyak terlibat dalam berbagai medan operasi USAF, dengan peran sebagai pasukan pendukung, bukan pasukan pemukul. Namun setelah periode tertentu (2 tahun), mereka kembali menjadi warga sipil. Keberadaan ANG dan AFRES sekaligus perekat hubungan militer dengan warga sipil.
Air National Guard
Pada tahun 1982 ketika masih terlibat perang dingin dengan Uni Soviet, Pemerintah AS memutuskan mempersenjatai Air National Guard dengan pesawat tempur yang lebih canggih agar memiliki tanggung jawab yang lebih. Tugas Air National Guard juga ikut meningkat dan bertanggung jawab terhadap pertahanan udara negara AS yang sebelumnya menjadi tanggung jawab USAF Air Defense Command.
Dengan pengalihan tanggung jawab ini, berbagai pesawat interceptor dipindahkan dari USAF Air Defense Command ke Air National Guard. Konsekuensi lanjutan pun muncul. Pesawat F-16 yang dimiliki Air National Guard harus memiliki kemampuan serang yang bagus, seperti menembakkan BVR missile Sparrow. Untuk mendapatkan kemampuan itu, maka 271 airframe pesawat F-16A/B dimodifikasi menjadi F-16 A/B ADF Block 15 di Ogden Air Logistics Center, Utah.
Modifikasi utama adalah upgrading radar AN/APG-66 agar bisa mendeteksi target kecil dan mampu menjejak lawan di Beyond Visual Range, agar pesawat memiliki kemampuan menembakkan rudal jarak menengah AIM-7 Sparrow BVR missiles.Tugas utama Air National Guard saat itu, menjaga wilayah utara AS dari serangan bomber dan peluru kendali jarak jauh Uni Soviet. Pada akhirnya modifikasi F-16 ADF berkembang meliputi: Spotlight, yang dipasang di samping hidung pesawat untuk membantu identifikasi penyusup saat penerbangan malam, advanced IFF, high frequency, single side-band radio, improved ECCM, penyediaan GPS dan datalink rudal AIM-120 AMRAAM.
F-16 ADF block 15 dapat membawa 6 rudal AIM-7 Sparrow atau AIM-9 Sidewinder, mampu membawa AIM-120 AMRAAM serta canon internal 20-mm.
Pesawat F-16A/B block 15 ADF, diberikan kepada ANG pada tahun 1989 dan programnya terus dilanjutkan hingga tahun 1991. Pihak pertama yang mendapatkan pesawat F-16A/B block 15 ADF adalah Skuadron 114th Tactical Fighter Training, Oregon Air National Guard. Disusul kemudian Skuadron 194th Fighter Interceptor California ANG.
Pada awal tahun 1990-an lebih dari 800 pesawat tempur F-16A/B/C/D dioperasikan oleh berbagai skuadron ANG. Saat itu ANG memiliki 43 Skuadron pesawat F-16 yang melekat ke negara bagian masing-masing. Negara bagian New York memiliki Skuadron 136 FS “New York’s Finest”, Wisconsin memiliki skuadron 176 FS “Badgers”, Arizona skuadron 148 FS “Kicking Ass” dan banyak lagi.
Regenerasi
Pesawat F-16 Air National Guard semakin bervariatif, setelah mendapatkan lungsuran pesawat Block 25 dan 30 dari satuan reguler, seperti US Air Forces in Europe-USAFE, Pacific Air Forces-PACAF dan satuan lainnya. Pengalihan terjadi karena pasukan reguler telah mendapatkan F-16 baru, Block 40/42 dan 50/52. Dengan demikian bisa dikatakan sebagian besar pesawat Air National Guard telah malang melintang di medan perang dan masuk usia senja.
Air National Guard memiliki 43 skuadron F-16, dengan tugas berbeda beda: air defense, training/testing, air defense-attack, attack dan multiroll.
Umumnya, skuadron air defence memakai F-16A/B block 15 ADF, skuadron training menggunakan block 25, skuadron attack/multirole menggunakan Block 30/32 – 40/42 dan 50/52.
Seiring berakhirnya perang dingin di pertengahan 1990, USAF menghentikan tugas fighter interceptor untuk ANG. Hal ini menyebabkan sekitar setengah dari 43 skuadron F-16, ditutup atau diganti dengan pesawat jenis lain, seperti: C-130 Hercules, Tanker udara Boeing KC-135 Stratotanker; Pesawat evakuasi medis militer C-21A, Pesawat A-10 Thunderbolt II, Pesawat F-15C/D, Unmanned aerial vehicle MQ-9, Lancer Long-Range Strategic Bomber B-1B serta Pesawat F-22A.
Perubahan ini sekaligus memperlebar tugas Air National Guard diiringi peningkatan kualitas pesawat mereka.
Dengan kebijakan itu, seluruh pesawat F-16 A/B ADF block 15 dipensiunkan. Demikian pula dengan sebagian besar F-16 Block 20/25 dan 30/32. Sebagian pesawat itu dijual atau dipinjamkan ke negara lain, sebagian lagi yang sudah tua disimpan di tempat menyimpanan AMARC, Arizona.
F-16 Frontline
Sebagai perbandingan, F-16 Pacific Air Forces-PACAF yang dianggap frontline unit (Hawai, Korea Selatan dan Jepang) mengusung Block 40/42 and Block 50/52. Begitu pula dengan skuadron yang berpangkalan di Eropa-USAFE, mengusung versi terakhir dari block 40/42 dan 50/52.
Pesawat F-16 Block 40/42 dan 50/52, dilengkapi: AGM-88 HARM dan GBU-31 JDAM, Theater Airborne Reconnaissance System, serta CCIP (Common Configuration Implementation Program).
Program CCIP untuk armada F-16 USAF Block 40/42/50/52 di Eropa. Konfigurasi CCIP meliputi sistem: Modular Mission Computer, Color Multifunction Display Set, Common Data Entry Electronics Unit, Electronic Horizontal Situation Indicator, Joint Helmet Mounted Cueing System (JHMCS), Link 16 Multifunction Information Distribution System (MIDS) and Low Volume Terminal with TACAN. Sistem meningkatkan secara tajam fleksibilitas F-16 AS di Eropa.
F-16C Block 25
Adapun block 25 adalah generasi pertama F-16C/D yang ditandai radar baru APG-68 menggantikan APG-66, serta beberapa jenis senjata. Pesawat ini diproduksi 209 unit untuk versi C (single seater) dan 35 versi D (double seater). Unit terakhir yang diproduksi adalah seri 85-1516 yang roll-out November 1986. Dari total 344 unit pesawat, 68 diantaranya masih aktif dan tersebar di skuadron ANG/AFRES sebagai pesawat latih.
Pesawat yang akan dihibahkan ke Indonesia, antara lain F-16C Block 25D serial number: 84281. Pesawat ini pertama kali diserahkan dari pabriknya ke USAF Tactical Fighter Squadron 33, bulan Januari 1986. Awal tahun 1991 pesawat ini ikut operasi Desert Storm di Irak.
Usai operasi Desert Strom, F-16C block 25 s/n 84-1281 ini, sebentar dipindahkan ke Skuadron 113 Tactical Fighter, September 1991. Tujuh bulan kemudian April 1992, pesawat itu dialihkan ke Skuadron 112 Ohio Air National Guard.
Setelah dua tahun, pesawat ini dilepas dari Ohio Air National Guard (April 1994), untuk ditampung oSkuadron 62 LF, Arizona karena Skuadron 112 Ohio AGN telah menerima pesawat lebih baru, F-16C/D block 42.
Terakhir 5 Agustus 2009, pesawat F-16C block 25 s/n 84-1281 di-non-aktif-kan dan disimpan di USAF AMARC (Aerospace Maintenance and Regeneration Center), Tucson, Arizona.
Kini pesawat F-16C Block 25 s/n 84-1281 sedang diupgrade/refurbish di Hill Air Force Base, Utah, untuk dikirim ke Indonesia tahun 2014.
Indonesia mengeluarkan 700 juta USD, untuk meningkatkan performa 24 F-16 Block 25, termasuk upgrade: Radar, Electronic Warfare, Fire Control (EEFC), Awareness Data Link, Enhance Position Location Reporting Systems (EPLRS), Sniper/Litening dan sebagainya.
Dengan sisa +1500 jam terbang, usia pesawat hibah F-16C bLock 25, kira-kira 5 tahun lagi dengan masa terbang 20 jam/bulan. Jika upgrade/refurbish meliputi air-frame, maka life time pesawat bisa lebih lama.
No comments:
Post a Comment