Jakarta (MI) : Keikutsertaan jajaran TNI dalam pencarian Malaysia Airlines MH370 Malaysia Airlines yang hilang sejak 8 Maret 2014 masih menunggu perkembangan lebih lanjut. Kini, dihentikan sementara.
"Untuk saat ini, kami hentikan sementara sampai ada perkembangan lebih lanjut atau permintaan lagi," kata Kepala Pusat Penerangan TNI Laksamana Muda TNI Iskandar Sitompul di Jakarta, Rabu (19/3/2014).
MH370 dinyatakan hilang kontak sejak Sabtu 8 Maret 2014 dini hari dan sampai ini belum ditemukan tanda-tanda keberadaannya. Saat ini, 26 negara turut mencari secara langsung ataupun tidak, suatu operasi yang diakui kalangan penerbangan internasional paling besar untuk operasi SAR internasional.
Ketidakjelasan MH370 Malaysia Airlines ini juga diakui sebagai satu anomali insiden penerbangan internasional, dan Boeing B-777-200ER itu belum dinyatakan secara resmi apakah mengalami kecelakaan, sabotase, dan penyebab lainnya.
Menurut Sitompul, kesiapan jajaran TNI untuk mendukung operasi SAR internasional terhadap MH370 Malaysia Airlines itu berada dalam status prima. "Kami siap jika memang diminta lagi," ucap dia.
Sejauh ini, nama Indonesia disebut karena diduga MH370 itu berpotensi terbang pada sebagian wilayah udara Selat Malaka di wilayah Indonesia. Yaitu di pesisir barat Pulau Sumatera di Provinsi Aceh, Sumatera Utara, atau pesisir timur pulau itu. Hal itu dilaporkan terjadi berjam-jam setelah MH370 dinyatakan hilang.
TNI AL mengerahkan lima kapal perang untuk mencari MH370 itu. Yaitu satu korvet (KRI Sutanto-377), empat kapal patroli cepat (KRI Krait-827, KRI Matacora-823, KRI Tarehu-829, dan KRI Siribua-859), plus satu pesawat intai amfibi CASA C-212 Aviocar bernomor U-621 dari Pusat Penerbangan TNI AL.
Selain itu, TNI AU juga menerbangkan Boeing B-737 Surveillance dari Skuadron Udara 5 Surveillance yang berpangkalan di Pangkalan Udara Utama Makassar. Fungsi utama B-737 untuk pengintaian, pelacakan, dan peringatan dini dari udara, baik untuk sasaran di laut maupun udara.
Sumber : Liputan6
No comments:
Post a Comment