Jakarta (MI) : Indonesia telah sukses menggelar Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) APEC di Bali pada Oktober 2013 lalu. Masih ada cerita menarik di balik riuhnya acara yang dihadiri para kepala negara dunia itu.
Salah satu sisi menarik dari acara itu adalah servis pengawalan yang disediakan Indonesia untuk para pemimpin negara sahabat. Proses penyesuaian dari perbedaan budaya dan protokoler pengamanan kepala negara sahabat menjadi cerita menarik yang dituturkan oleh personel Paspampres yang mengawal mereka.
Dalam acara syukuran Satgaspam VVIP Pengamanan KTT APEC MAKO Paspamres, Jalan Tanah Abang II, Jakarta Pusat, Selasa (12/11/2013), beberapa anggota Paspampres menuturkan kisah menarik selama mengawal kepala negara sahabat. Berikut beberapa kisahnya:
1. Putin yang Murah Senyum
Letkol Infantri Choirul punya pengalaman berkesan saat mengawal Presiden Rusia Vladimir Putin. Sosok Putin ternyata tak seperti yang ia bayangkan.
"Sosoknya sepertinya dingin, tapi ternyata murah senyum dan beliau disiplin. Dia tanya rundown acara, dan dia on time," tutur Choirul.
Choirul juga mengungkap cerita lain di balik ulang tahun Putin yang dirayakan Presiden SBY dengan membawakan sebuah lagu dengan gitar. Ternyata, sebelum SBY, Choirul telah terlebih dahulu mengucapkan selamat ulang tahun kepada Putin.
"Pertama kali datang di lift, saya mengucapkan selamat ulang tahun. Saya sempat memuji beliau. Beliau lalu menepuk-nepuk pundak saya dengan halus," ujarnya sembari tersenyum.
2. PM Kanada yang Tak Suka Protokoler
Kapten Yudha Pratama juga punya pengalaman menarik saat mengawal PM Kanada Stephen Harper. Yudha baru tahu bahwa Harper tak suka hal-hal protokoler. Yudha sempat kerepotan menyesuaikan diri mengawal Harper.
"PM Kanada memang nggak suka protokoler. Saat jamuan makan malam nggak mau diholding," tutur Yudha.
Usai makan malam Harper lalu bergerak menghampiri mobilnya. Saat itu ada anak kecil tamu hotel yang merupakan warga negara Portugis. Anak itu mengajak Harper foto bersama.
"Lalu Pak PM menghampiri anak itu untuk foto-foto dan sedikit mengobrol, sangat ramah. Beliau suka dengan anak-anak," ujarnya.
"Dia base on schedule, kami fleksibel tapi pengamanan tetap jalan," imbuh Yudha.
3. Canggihnya Teknologi Pengamanan Amerika
Lettu Infantri Dody Mulia Harahap punya cerita sendiri saat mengawal tiga menteri Amerika Serikat yang menggantikan kehadiran Obama. Dody kagum dengan kecanggihan teknologi pengamanan Amerika.
"Sedikit sedih juga mengetahui Obama tak datang. Tapi mereka membayar dengan mengirim tiga menteri," tutur Dody.
Dody mengatakan sistem pengamanan Amerika sangat rapi dan detail. Masing-masing menteri dijaga ketat dengan pengaturan jadwal yang rapi. Mereka juga meminta nama-nama pengawal yang disiapkan Indonesia.
Lalu, teknologi yang digunakan sangat canggih. Bahkan untuk hal-hal remeh temeh, Amerika punya teknologinya.
"Mereka memiliki sepatu yang bunyinya minim, sehingga tidak mengganggu objek VVIP saat berbincang dengan tamu yang lain," ujarnya.
4. Berjibaku Mengawal Presiden Filipina
Cerita Lettu Pasukan Tunggul Dwi Asmara lain lagi. Dia harus bersusah payah mengawal Presiden Filipina.
"Sampai pada acara (untuk) pengusaha-pengusaha semua presiden diholding. Dia (Presiden Filipina) dengan Presiden Meksiko. Jalan dari holding tiba-tiba ada wartawan cewek, yang berteriak-teriak memanggil Presiden Filipina," ujar Lettu Psk Tunggul Dwi A di Mako Paspampres Jalan Tanah Abang 2, Jakarta Pusat, Selasa (12/11/2013).
Di dalam acara APEC 2013, Tunggul bertugas sebagai salah satu security officer (SO) untuk Presiden Filipina Beniqno Aquino. Tunggul bercerita, setelah beberapa kali wartawan tersebut bertanya, timnya berusaha memperketat perlindungan terhadap tamunya.
Seketika, saat itu wartawan yang memiliki ID wartawan lengkap ini berteriak-teriak dan berontak.
"Jam tangan teman saya sampai putus," imbuh Tunggul.
Setelah rombongan presiden masuk, Tunggul berkisah bahwa wartawan didatangi oleh dua orang teman lelakinya. Ketiganya bersikukuh untuk menunggu Beniqno Aquino.
Namun, setelah tim SO memberi pengertian bahwa tindakannya melanggar peraturan dan bisa ditindak secara hukum, ketiga wartawan tersebut akhirnya meninggalkan lokasi kejadian.
"Mereka ngotot sekali," ujarnya.
"Setelah ditelusuri, diketahui bahwa warga Hongkong ini adalah aktivis Hongkong," kata Tunggul.
Tunggul menuturkan bahwa setelah kejadian itu, Beniqno dan pemimpin Hongkong bertemu dan menyepakati bahwa tidak akan ada pembahasan topik selain terkait dengan APEC.
Sumber : Detik
No comments:
Post a Comment