Subang (MI) : Pemerintah memandang industri pertahanan
Indonesia saat ini sudah mampu memproduksi barang berkualitas ekspor.
Apalagi ada program transfer teknologi yang digagas oleh Komite
Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP).
Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro menyebut, industri pertahanan Indonesia bisa mengekspor produk pertahanan canggih, seperti kapal perang tipe Landing Platform Dock (LPD-125) ke Filipina.
"Contoh kapal LPD, dibangun yang dibangun di PAL. Sekarang ekspor ke Filipina. Timor Leste juga ingin beli," kata Purnomo di Kantor Pusat Dahana, Subang, Jawa Barat, Jumat (10/10/2014).
Ekspor yang dilakukan oleh PT PAL Indonesia (Persero), tidak lepas dari program transfer teknologi yang diberikan oleh Korea Selatan. Awalnya Kemenhan memberi order kepada Korsel, namun dengan melibatkan PAL.
"Partner mau transfer seperti Korsel untuk bikin kapal LPD 7 tingkat. Itu kapal markas bisa angkut tank," sebutnya.
Selain kapal perang, industri pertahanan Indonesia juga mengeskpor peralatan tempur, seperti senjata SS1 dan Panser ANOA buatan PT Pindad. Tidak hanya itu, Indonesia juga menjual baju militer hingga helm tahan peluru.
Bahkan PT Dirgantara Indonesia (PTDI) juga telah menjual pesawat ke berbagai negara.
Saat ini, Indonesia juga sudah memasuki pengembangan pesawat tanpa awak, produksi propelan, jet tempur, kapal selam, hingga tank.
Purnomo memandang produk pertahanan Indonesia berpotensi besar merangsek pasar Asia Tenggara. Apalagi anggaran militer negara ASEAN sangat tinggi, sehingga itu menjadi peluang.
"Negara-negara ASEAN rata-rata pengeluaran militer US$ 8-9 miliar. Kalau dikali 10 bisa US$ 80 miliar. Itu besar," terang.
Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro menyebut, industri pertahanan Indonesia bisa mengekspor produk pertahanan canggih, seperti kapal perang tipe Landing Platform Dock (LPD-125) ke Filipina.
"Contoh kapal LPD, dibangun yang dibangun di PAL. Sekarang ekspor ke Filipina. Timor Leste juga ingin beli," kata Purnomo di Kantor Pusat Dahana, Subang, Jawa Barat, Jumat (10/10/2014).
Ekspor yang dilakukan oleh PT PAL Indonesia (Persero), tidak lepas dari program transfer teknologi yang diberikan oleh Korea Selatan. Awalnya Kemenhan memberi order kepada Korsel, namun dengan melibatkan PAL.
"Partner mau transfer seperti Korsel untuk bikin kapal LPD 7 tingkat. Itu kapal markas bisa angkut tank," sebutnya.
Selain kapal perang, industri pertahanan Indonesia juga mengeskpor peralatan tempur, seperti senjata SS1 dan Panser ANOA buatan PT Pindad. Tidak hanya itu, Indonesia juga menjual baju militer hingga helm tahan peluru.
Bahkan PT Dirgantara Indonesia (PTDI) juga telah menjual pesawat ke berbagai negara.
Saat ini, Indonesia juga sudah memasuki pengembangan pesawat tanpa awak, produksi propelan, jet tempur, kapal selam, hingga tank.
Purnomo memandang produk pertahanan Indonesia berpotensi besar merangsek pasar Asia Tenggara. Apalagi anggaran militer negara ASEAN sangat tinggi, sehingga itu menjadi peluang.
"Negara-negara ASEAN rata-rata pengeluaran militer US$ 8-9 miliar. Kalau dikali 10 bisa US$ 80 miliar. Itu besar," terang.
Sumber : Detik
No comments:
Post a Comment