Jakarta (MI) : Dengan mengerahkan helikopter AH-64 ke Kepulauan Natuna, sekitar 200
kilometer jauhnya dari kepulauan Spratly yang disengketakan sejumlah
negara, Indonesia disebut telah menjadi saingan potensial baru untuk
China di Laut China Selatan. Demikian diungkapkan media yang dikelola
pemerintah Global Times seperti dikutip Want China Times Rabu 15 Oktober
2014.
Spratly adalah bagian paling disengketakan di Laut Cina Selatan, antara China, Taiwan, Vietnam, Filipina, Brunei dan Malaysia yang semuanya mengklaim kepulauan secara keseluruhan atau sebagian. Vietnam dan Filipina adalah dua yang telah mengambil sikap lebih keras terhadap China di wilayah tersebut, namun, dengan mantan pengajuan petisi dengan pengadilan internasional di Den Haag dan yang terakhir masuk ke kebuntuan berkepanjangan dengan Cina di Cina Selatan Sea Mei.
Setelah parade militer diluncurkan untuk merayakan ulang tahun ke-69
TNI Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah jelas memutuskan untuk
bergerak sebelum ia meninggalkan jabatannya pada akhir bulan ini.
Yudhoyono memangku jabatan pada Oktober 2004. Selama 10 tahun sebagai
presiden Indonesia, ia telah mengabdikan sumber daya utama untuk
modernisasi militer negara itu, membeli sistem senjata canggih termasuk
Tipe 209 kapal selam serangan diesel-listrik dan T-50 pelatih dari Korea
Selatan, Leopard 2 utama tank tempur dari Jerman dan AH-64E Apache
helikopter serang dari Amerika Serikat.
Indonesia tidak mengklaim pulau-pulau Spratly sendiri, tetapi
menganggap Kepulauan Natuna potensi hot spot karena kedekatannya dengan
pulau-pulau yang disengketakan dan fakta bahwa peta China yang
diterbitkan pada tahun 1993 mengklaim Kepulauan Natuna sebagai wilayah
Cina.
Sumber : Jejaktapak
baru jika ada konflik kayak gini pemerintah nyadar akan pentingnya industri pertahanan bagi suatu negara.....nyadar sekecil apapun alutsista jika produk dlm negeri jauh lbh pntg drpd canggih tp produksi asing.... karena pd akhirnya dlm perang yg paling lama bertahan ditangan kita tak lain adl senjata produk kita sendiri yg 100% kita yg bikin... tengok alutsista asing....jika mesin dan onderdil rusak dan berhenti pasokannya dr asing krn suatu hal berfungsikah/bergunakah ribuan besi tank,pespur,kapal selam dsb yg canggih dan harganya selangit itu??? pd akhirnya keris dan bambu runcinglah pilihan terakhir krn anti embargo...
ReplyDelete