Magelang (MI) : Presiden RI Prof. Dr. Susilo Bambang Yudhoyono, M.A., menandatangani
prasasti peresmian Yonif-10 Marinir di Akademi Militer Magelang, Jumat
(17/10/2014).
Penandatanganan
prasasti tersebut merupakan bagian rangkaian kegiatan Presiden SBY di
AKMIL Magelang dalam rangka peresmian “Museum Paviliun 5” yang berada di
Akmil Magelang. Pada kesempatan tersebut Presiden SBY juga
menandatangani prasasti peresmian Skuadron F16 yang berada di Lanud
Roesmin Nurjadin Pekan Baru.
“Pembangunan
Yonif-10 Marinir merupakan langkah pemerintah untuk memperkuat TNI.
Jika TNI kuat maka Negara akan kuat, “ kata Presiden sebelum
menandatangani Prasasti Yonif-10 Marinir.
Pada
kesempatan yang sama saat menyampaikan paparan kesiapan Ksatrian
Yonif-10 Marinir di hadapan Presiden, Kepala Staf Angkatan Laut
Laksamana TNI Dr. Marsetio menyatakan pembentukan Batalyon Infanteri -10
Marinir yang bermarkas di Pulau Setoko Batam Provinsi Kepulauan Riau
merupakan Satuan Marinir yang berkekuatan Satu Batalyon Infanteri
Marinir diperkuat yang dilengkapi dengan Unit Combat Boat, Sea Raider,
Tank Amfibi, dan peralatan canggih lainnya, sehingga akan mampu menjaga
keamanan dan memperkuat pertahanan di wilayah tersebut.
Batalyon
Infanteri-10 Marinir mempunyai semboyan “Satria Bhumi Yudha”. Satria
mempunyai makna prajurit laut yang gagah berani. Bhumi artinya tanah
air. Yudha mempunyai arti perang. Jadi Satria Bhumi Yudha memiliki makna
prajurit laut yang gagah berani yang selalu siap sedia berperang di
darat maupun di laut dengan tujuan untuk menjaga setiap jengkal tanah
air. Komandan Batalyon Infanteri-10 Marinir dijabat oleh Letkol Marinir
Kresno Pratowo. Letkol Marinir Kresno Pratowo pernah berdinas di
Detasemen Jalamangkara dan juga pernah menjabat Komandan Yonif-4 Marinir
Brigif-2 Marinir di Cilandak Jakarta Selatan.
Yonif-10
Marinir berdiri di atas lahan seluas 37 hektar, dilengkapi sejumlah
fasilitas yaitu markas batalyon, balai prajurit, helly pad, mess perwira
, mess bintara, mess tamtama, rumah dinas, garase angkutan dan rantis,
bangunan markas kompi, barak kompi, dapur, lapangan apel, fasilitas olah
raga, balai pengobatan, lapangan tembak dan sarana ibadah. Peletakan
batu pertama pembangunan Markas Batalyon Infanteri-10 Marinir dilakukan
oleh Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Dr. Marsetio pada 5 Juni
2013.
Pembangunan
Yonif-10 Marinir, berawal dari Direktif Presiden Republik Indonesia,
Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono kepada Komandan Korps Marinir
Letnan.Jenderal TNI (Marinir) Muhammad Alfan Baharudin pada akhir Juni
2011 di Istana Negara tentang pentingnya mendirikan batalyon Marinir di
sekitar Batam. Beberapa saat kemudian, ketika berada di atas Kapal
Perang Republik Indonesia Diponegoro pada saat kunjungan ke Pos
perbatasan Republik Indonesia – Singapura di Pulau Nipah, tanggal 25
Januari 2012, Presiden Republik Indonesia menetapkan Pulau Setoko
sebagai lokasi batalyon Marinir.
Selanjutnya
melalui Surat Sekretaris Kabinet Nomor B.394 / Seskab / VII / 2012
tanggal 10 Juli 2012 dibuatlah Rencana Pembangunan Markas Komando
Batalyon Infanteri-10 Marinir. Menindaklanjuti hal tersebut Panglima TNI
dengan Surat Nomor 26 Tahun 2013 tanggal 29 November 2013 menegaskan
pembentukan Batalyon Infanteri-10 Marinir. Berikutnya Kasal menguatkan
melalui Peraturan Kasal nomor 4 tahun 2014 tanggal 17 Februari 2014
tentang pembentukan Batalyon Infanteri-10 Marinir.
Saat
penandatanganan prasasti Yonif-10 Marinir, Presiden didampingi Ibu
Negara Ibu Ani Yudhoyono, Menko Polhukam Djoko Suyanto, Menhan Purnomo
Yusgiantoro, Panglima TNI Jenderal TNI Dr. Moeldoko, Kepala Staf
Angkatan Laut Laksamana TNI Dr. Marsetio, Kasad Jenderal TNI Gatot
Nurmantyo, Kasau Marsekal TNI Ida Bagus Dunia, Gubernur Akmil Mayjen TNI
Sumardi, Komandan Korps Marinir Mayjen TNI A.Faridz Washington, Mantan
Dankormar Letjen TNI Mar (Purn) M.Alfan Baharudin, Danpasmar-1 Brigjen
TNI (Mar) Kasirun Situmorang, Danpasmar-2 Denny Kurniadi, S.Mn.,
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Para Perwira Tinggi TNI / Polri.
Selain
bersemboyankan Satria Bhumi Yudha, Yonif-10 Marinir juga memiliki
bendera perang yang bergambar senjata tradisional masyarakat Kepulauan
Riau yaitu “Pedang Jenawi” sebagai bentuk penghormatan terhadap budaya
masyarakat Riau. Pedang Jenawi adalah senjata berbentuk lurus panjang
dan digunakan dengan dua belah tangan. Mata Pedang Jenawi terbuat dari
besi kualitas baja, hulunya terbuat dari tembaga, panjang bisa mencapai
satu meter. Keunggulan Pedang Jenawi adalah bisa ditebaskan ke kiri dan
ke kanan, selain itu juga dapat menjadi tombak yang diarahkan ke depan.
Dengan demikian Pedang Jenawi dapat memberikan ancaman dari tiga arah.
Kalau orang Melayu sedang berperang dengan Pedang Jenawi, maka dia akan
mengatakan “rambah ke kanan rambah kelayau, rambah ke kiri rambah
keladi”. Artinya Pedang itu bisa merambah sasarannya seperti lembutnya
batang kelayau dan batang keladi, tidak terasa tapi mematikan.
Pedang
Jenawi ini dipakai oleh para panglima perang kerajaan di Riau dalam
pertempuran melawan Portugis dan Belanda tempo dulu. Pedang Jenawi ini
tidak sembarangan dipegang oleh para pejuang. Orang yang memegang harus
handal dalam bersilat dan lebih-lebih adalah orang yang cukup zuhud
dalam Islam. Karena itu langkahnya selalu dipandang oleh anak buahnya,
bukan langkah sembarangan tapi langkah yang meminta Ridha pada Allah
SWT, ia bahkan bersembahyang dua rakaat sebelum membawa Pedang Jenawi ke
medan peperangan.
Bagi
Prajurit Yonif-10 Marinir “Satria Bhumi Yudha” memaknai nilai-nilai
dari Keagungan Pedang Jenawi tersebut, dengan harapan memiliki keampuhan
dalam setiap Palagan Peperangan di muka bumi untuk menegakkan
kedaulatan NKRI.
Sumber : MARINIR
jika saja masa jabatan pak sby ditambah 1 tahun, akan lebih lengkap lg jika beliau jg sekalian meresmikan pembentukan Pasmar 3 di sorong, yonif 135 natuna, yonif nunukan kaltara, yonif tg datu, kalbar, kogabwilhan 1, 2 & 3, pasti seru, terimakasih pak sby atas jasa2nya, mudah2an dilanjutkan oleh pemerintah berikutnya
ReplyDelete