Friday, April 4, 2014

PAL INDONESIA Tingkatkan Komitmen, Rampungkan Order PKR-10/Frigate










Surabaya (MI) : Peningkatan kemampuan dan motivasi guna menyatukan visi dan misi dalam pencapaian proyek tertentu, akan sangat mempermudah dan membantu menyelesaikan setiap order yang datang. Dalam forum komitmen penyelesaian proyek PKR-10/Frigate, seluruh karyawan yang terlibat turut mempertegas komitmen mereka. Proyek yang digadang-gadang proyek mutakhir ini sungguh akan menyita waktu dan perhatian, oleh sebab banyak mata telah memukau denga dilaunchingnya proyek pada 15 januari lalu.

Dalam sambutannya Direktur Utama PT PAL INDONESIA (PERSERO) M. Frimansyah Arifin menuturkan bahwa berbagai hal yang telah kita lalui dulu seperti alih teknologi pembuatan FPB-57 dijadikan acuan untuk progress kedepan. “Penyatuan 2 kebudayaan itu butuh usaha dan kerja keras, namun harus yakin. Sesuai dengan moto One TEAM One GOAL”, tegasnya.

Dalam acara tersebut alumnus FTK ITS itu juga memberikan wacana bahwa, kedepan PT PAL INDONESIA (PERSERO) akan kebanjiran order, terutama pada Kapal jenis Kawal Cepat Rudal. Dan unutk KCR pertama yang akan selesai produksi ini, akan turut serta dalam ajang pameran Alutsista di Filipina.
 
  Pemantapan komitmen karyawan tersebut juga diselingi dengan beragam penyegaran berupa motivasi. Sebagai motivator hermina bambang, menggunakna permainan yang diselipi makna yang cukup menyatukan semanagat para karyawan. “Bila saja kita bias berkorban tanpa imbalan berarti seperti permainan ini kepada perusahaan. Maka tidak rugi, bila kita mengerahkan kemampuan kita untuk Negara dan bangsa dalam menyelesaikan proyek PKR ini” pesannya yang tersirat.


Menutup komitmen karyawan, Direktur Utama PT PAL INDONESIA (PERSERO) M. Frimansyah Arifin memotong tumpeng yang kemudian diserahkan perwakilan Damen Schelde Naval Shipbuilding Tijs, yang kemudian dilanjutkan penyerahan kedua oleh Direktur Produksi Edi Widarto kepada Manjer Proyek PKR Totok Amperatmo. Dan tidak ketinggalan pula, Mr. Tijs membagikan souvenir dari Belanda kepada seluruh peserta yang ada.





Sumber : BUMN

4 comments:

  1. Bila penyelesaian kapal PKR gagal/tertunda, maka pt.pal harus dievaluasi menyeluruh, termasuk opsi pailit bila diperlukan. Terlalu banyak uang negara(Rakyat) yg sudah dikorbankan. Cukup satu kata.UDAH CAPEK & Geram

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bikin barang itu nggak gampang om, apa lg barang baru. PAL sdh terbukti mampu bikin LPD dan sekarang ada permintaan bikin 2 kapal SSV ke PAL. PAL jg sdg buat 3 KCR 60M dan akhir thn ini jadi. Koq bisa2nya anda bilang PAL menghamburkan duit pdhal dia bs export kapal ke philipin dan sdh pasti saudara2 kita dpt kerja di PAL. Kalo anda cm bilang capek dan geram tp nggak bisa bantu PAL, ya anda yg bermasalah. Dulu IPTN jg mau dipailit, bnyk yg jd penganggur. Sekaranh lihat IPTN/PT DI, dpt order pesawat dan helikopter banyak dan buka bnyk lowongan. Coba kalo PT DI dipailit dulu, kita pasti import pesawat dan menghamburkan duit negara...IMHO..

      Delete
  2. Majunya sebuah negara tergantung dari sang peminpin fakta indonesia harus berkaca ke negara besar yg lebih dahuluu merdeka contoh : america ,france ,rusia tinggal pilih ke bijakan ke tiga negara tersebut berjibaku untuk ke makmuran rakyat nya bukan kekuasaan murni , indonesia kayaa luar biasa tapi suka tidak suka saudara kita di luar negeri jadi budak di saman moderen .
    Lebih bagus nkri berkaca ke sejarah memilih calon peminpin kwalitas calon peminpin harus teruji tampa cella alias bukan maling yg kita pilih !!!
    Kembali ke bumn pt pal and pt "nortanio DI "selama bukan dari kaum profesional di perusahaan rakyat tersebut bakal jalan di tempat dan netek ke rakyat terrus menurus jellas ga bagus buat kelangsungan sebuah negara besar sangg peminpin bisanya gutang dan cendrung kamaruk .

    ReplyDelete
    Replies
    1. Permimtaan anda terkabul pak. Pemimpin kita sudah mencontoh negara besar Amerika. Amerika punya hutang terbesar di dunia. Hutang Amerika lebih dari US$ 1700 milyar . Hutang Indonesia besar karena mencontoh Amerika pak .

      Delete