Jakarta (MI) : Dalam debat
capres putaran ke-4, calon wakil presiden Hatta Rajasa sempat
melontarkan rencana untuk memberikan dana riset Indonesia sebesar Rp10
triliun. Rencana ini dianggap memberikan gairah baru bagi dunia riset
dan teknologi di Tanah Air.
Dana Rp10 triliun itu akan difokuskan pada bidang prioritas dan mempercepat difusi penelitian. Hatta berharap, dengan jumlah dana ini, penelitian dapat segera diterapkan untuk sektor penting seperti pangan, energi, transportasi, kesehatan, dan sebagainya.
Ungkapan janji yang dilontarkan oleh cawapres yang berpasangan dengan calon presiden Prabowo Subianto itu disambut baik oleh Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Marzan Aziz Iskandar.
"Saya kira itu sebuah ucapan yang baik untuk kegiatan riset dengan tambahan dana anggaran tersebut," ujar Marzan saat dihubungi VIVAnews, Selasa, 1 Juli 2014.
Namun, menurut dia, Indonesia sebagai negara berkembang, tambahan tersebut masih kurang untuk memenuhi penelitian dan pengembangan teknologi yang signifikan aktivitasnya.
"Untuk negara maju anggarannya seharusnya tiga persen dari gross domestic product (GDP)," ungkapnya.
Marzan mengungkapkan, dana riset yang dimiliki BPPT pada 2014 yakni Rp822 miliar. Pasokan dana sebesar ini cukup membuat penelitian mereka terganggu. Apalagi ditambah dengan adanya pemotongan sebesar 16 persen.
"Sungguh berpengaruh. Kegiatan yang sudah disiapkan harus terganggu dan kegiatan mereka jadi tidak normal," ucapnya.
Pemotongan itu, dia melanjutkan, dilakukan karena adanya defisit migas, sehingga semua kementerian mengalami pemotongan anggaran.
Dana Rp10 triliun itu akan difokuskan pada bidang prioritas dan mempercepat difusi penelitian. Hatta berharap, dengan jumlah dana ini, penelitian dapat segera diterapkan untuk sektor penting seperti pangan, energi, transportasi, kesehatan, dan sebagainya.
Ungkapan janji yang dilontarkan oleh cawapres yang berpasangan dengan calon presiden Prabowo Subianto itu disambut baik oleh Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Marzan Aziz Iskandar.
"Saya kira itu sebuah ucapan yang baik untuk kegiatan riset dengan tambahan dana anggaran tersebut," ujar Marzan saat dihubungi VIVAnews, Selasa, 1 Juli 2014.
Namun, menurut dia, Indonesia sebagai negara berkembang, tambahan tersebut masih kurang untuk memenuhi penelitian dan pengembangan teknologi yang signifikan aktivitasnya.
"Untuk negara maju anggarannya seharusnya tiga persen dari gross domestic product (GDP)," ungkapnya.
Marzan mengungkapkan, dana riset yang dimiliki BPPT pada 2014 yakni Rp822 miliar. Pasokan dana sebesar ini cukup membuat penelitian mereka terganggu. Apalagi ditambah dengan adanya pemotongan sebesar 16 persen.
"Sungguh berpengaruh. Kegiatan yang sudah disiapkan harus terganggu dan kegiatan mereka jadi tidak normal," ucapnya.
Pemotongan itu, dia melanjutkan, dilakukan karena adanya defisit migas, sehingga semua kementerian mengalami pemotongan anggaran.
Sumber : VIVAnews
perlu di dukung 1000%
ReplyDelete