Angkasa (MI) : Bencana kabut asap pekat yang telah “melenyapkan” Provinsi
Riau dan sekitarnya dari pandangan mata bulan lalu, menimbulkan
keprihatinan yang mendalam. Apa yang harus dilakukan agar kejadian ini
tidak terulang tiap tahun?
Masyarakat Indonesia seperti
disuguhi pemandangan rutin tiap tahun. Di luar bencana gunung api --yang
tak dapat dielakkan karena Indonesia berada di gugusan “Cincin Api
Pasifik”--, maka ada dua bencana lain yang sebenarnya dapat dicegah.
Bencana banjir maupun tanah longsor saat musim penghujan, sebenarnya
dapat dicegah melalui penataan lingkungan/alam yang baik ditunjang
kesadaran yang tinggi dari segenap komponen bangsa.
Bencana kedua, adalah kebakaran hutan/lahan gambut saat musim kemarau
di Sumatera dan Kalimantan utamanya, yang sebenarnya juga dapat dicegah
melalui tindakan serius dari pemerintah. Seperti diberitakan banyak
media, disinyalir kebakarann lahan yang menimbulkan kabut asap pekat
sehingga menutup pandangan mata dan merusak saluran pernafasan ini,
dilakukan dengan sengaja oleh beberapa pihak yang memiliki kepentingan
pribadi.
Dengan kejadian yang berulang tiap tahun, kesiapsiagaan untuk
menanggulangi bencana yang tidak diharapkan ini menjadi suatu tuntutan
yang mutlak. Khusus mengenai penanganan kebakaran hutan, harus diakui
kalau negeri tropis ini memang belum menyiapkan perangkat khusus untuk
memadamkan api yang bersifat massif.
Kemampuan manuver
Beberapa waktu lalu, wacana mengenai pentingnya memiliki armada fire fighting/water bombing
sempat mengemuka. Pihak-pihak pabrikan pun sempat datang ke sini
menawarkan produknya. Untuk kebutuhan pesawat penyiduk dan pelepas air
misalnya, pernah ditawarkan pesawat amfibi multiguna Beriev Be-200
buatan Rusia yang mampu mengangkut air sebanyak 12 ton (12.000 liter)
sekali siduk di danau atau laut. Pesawat juga mampu membawa 72 orang
sebagai tenaga khusus untuk penanganan bencana bila diperlukan. Melihat
luasnya wilayah perairan dan hutan di Indonesia, selayaknya memang
negeri ini melengkapi diri dengan pesawat semacam ini, yang dapat
digunakan juga menjangkau daerah-daerah terpencil.
Untuk ukuran yang lebih kecil, helikopter Kamov Ka-32
juga sempat ditawarkan. Dari sisi kapasitas angkut, memang heli ini
maksimal hanya bisa mengangkut air sebanyak 5 ton menggunakan sling
eksternal. Namun, melihat ukurannya yang kompak dan pengoperasian yang
lebih simpel, Ka-32 bisa juga jadi alternatif. Terbukti, bulan lalu
helikopter Kamov Ka-32A11BC kembali disewa oleh BNPB (Badan Nasional
Penanggulangan Bencana) untuk memadamkan api di Riau seperti tahun
sebelumnya.
Ka-32A11BC merupakan helikopter multiguna, didesain
untuk berbagai kebutuhan seperti operasi SAR, angkut barang dan
penumpang, patroli perbatasan, maupun medik udara. Untuk angkut
penumpang, heli ini juga mampu membawa 13 orang di kabinnya. Heli
menggunakan baling-baling rangkap yang berputar berlawanan arah sehingga
tidak diperlukan lagi baling-baling ekor. Heli yang dapat diterbangkan
oleh satu pilot ini dilengkapi sistem elektronika terbaru, murah dalam
pengoperasian, serta masa pakai hingga 32.000 jam terbang.
Ka-32A11BC yang dibuat tahun 2000-an, telah disertifikasi oleh Badan
Penerbangan Eropa dan Kanada serta beberapa negara lain sehingga
penggunaannya cukup banyak seperti di Austria, Azerbaijan, Brasil,
Kanada, China, Jepang, Kazakhstan, Portugal, Rusia, Korea Selatan,
Spanyol, Swiss, dan Indonesia tentunya.
Untuk kebutuhan pemadaman api, pihak pabrikan menawarkan lebih dari 40 opsi peralatan, termasuk sistem Bambi-Bucket, Simplex, maupun water cannon
untuk pemadaman api secara horizontal -- menjadikan heli ini sebagai
salah satu helikopter pilihan di dunia. Kemampuan terbang diam (hovering)
untuk menumpahkan semua muatan air tepat sasaran menjadikan
keunggulannya dibandingkan pesawat sayap tetap. Ka-32A11BC juga memiliki
kemampuan manuver dan power yang bagus untuk menyesuaikan dengan
kebutuhan saat pemadaman api. Bahkan di salah satu laman helikopter
rusia disebutkan kalau heli ini juga didesain untuk bisa terbang dalam
kondisi turbulensi atau stormy conditions.
Kamov sebagai biro desain perancang helikopter Rusia, merancang Ka-32A11BC dengan tail boom
yang pendek sehingga membuatnya kompak dan tidak menyulitkan untuk
pendaratan di tempat yang sempit. Tanpa rotor ekor, heli ini juga lebih
aman kala dihidupkan di darat. Heli ini juga dirancang untuk dapat
terbang siang maupun malam hari, secara visual maupun instrumen (VFR dan
IFR). Heli dapat dioperasikan di medan tropis maupun bersalju dengan
ketinggian terbang maksimal mencapai 16.400 kaki (5.000 m).
Kamov Ka-32A11BC merupakan salah satu versi sipil dari helikopter militer Ka-27 Helix
yang digunakan oleh AL Uni Soviet untuk peran antikapal selam, SAR, dan
perang elektronika sejak tahun 1980-an dan kini masih digunakan oleh
Rusia, Ukraina, Vietnam, China, Korea Selatan, dan India. Ka-27 sendiri
dibuat dalam 20 varian dan telah diproduksi lebih dari 260 unit.
Sembilan negara tercatat membeli Ka-27 versi militer dan enam negara
membeli versi sipilnya.
Sumber : Angkasa
No comments:
Post a Comment