Les Sables d\'Olonne (MI) : Modernisasi alutsista tidak hanya dilakukan pemerintah untuk TNI
Angkatan Darat (AD). Untuk TNI AL misalnya, pemerintah saat ini masih
menunggu selesainya pembuatan kapal survei canggih yang tengah dibuat di
Les Sables d'Olonne, Prancis. Kapal ini sangat penting untuk survei dan
pemetaan laut Indonesia.
Bersama delegasi Kementerian Pertahanan (Kemhan), detikcom berkesempatan melihat dari dekat proses pembuatan kapal survei yang memiliki panjang 60 m dan lebar 11 meter ini, Kamis (26/6/2014). Kapal berbobot 500 ton ini dibuat OCEA, perusahaan kapal Prancis, di galangan kapal di pelabuhan Les Sables d'Olonne.
Galangan kapal ini berada sekitar 620 KM dari ibukota Prancis, Paris. Untuk menuju lokasi ini, perlu waktu 2 jam 20 menit naik kereta api hingga stasiun Nantes. Kemudian, perjalanan dilanjutkan dengan jalan darat dari stasiun Nantes menuju Les Sables d'Olonne yang membutuhkan waktu 1 jam 20 menit
Bersama delegasi Kementerian Pertahanan (Kemhan), detikcom berkesempatan melihat dari dekat proses pembuatan kapal survei yang memiliki panjang 60 m dan lebar 11 meter ini, Kamis (26/6/2014). Kapal berbobot 500 ton ini dibuat OCEA, perusahaan kapal Prancis, di galangan kapal di pelabuhan Les Sables d'Olonne.
Galangan kapal ini berada sekitar 620 KM dari ibukota Prancis, Paris. Untuk menuju lokasi ini, perlu waktu 2 jam 20 menit naik kereta api hingga stasiun Nantes. Kemudian, perjalanan dilanjutkan dengan jalan darat dari stasiun Nantes menuju Les Sables d'Olonne yang membutuhkan waktu 1 jam 20 menit
Delegasi peninjauan proses pembuatan kapal ini dipimpin Kepala Badan Perencanaan Pertahanan (Kabaranahan) Kemhan Laksda TNI Rachmad Lubis, dengan diikuti Kapusada Kemhan Marsma TNI Asep S dan Dirrenbanghan Kemhan Marsma M Safii. Peninjauan ini merupakan bagian dari rangkaian peninjauan pembuatan tank Leopard di Jerman dan pembuatan meriam Caesar 155 di Roanne, Prancis.
Dalam paparannya kepada delegasi Indonesia, pimpinan OCEA menyampaikan bahwa proses pembuatan kapal survei tahap pertama sudah mencapai 60 persen. Kapal akan selesai dibuat pada bulan September 2014 dan diperkirakan sudah tiba di Indonesia pada awal Januari 2015.
Selain bertemu dan mendengar paparan jajaran pimpinan OCEA, delegasi juga menginspeksi proses pembuatan kapal dan mengecek dari satu bagian ke bagian lain. Rachmad Lubis selaku pimpinan delegasi menanyakan berbagai hal termasuk mengecek ke ruang tidur, ruang makan, laboratorium, tempat mesin, anjungan kapal, hingga buritan kapal.
Pemantauan detikcom, pembuatan dek dan lambung kapal sudah selesai 100 persen. Kapal ini terbuat dari baja dan alumunium. Hingga saat ini pengerjaan masih didominasi dengan berbagai instalasi listrik, AC, saluran air, dan juga pemasangan interior, serta pengecatan. Para pekerja juga masih memfinalisasi ruangan-ruangan kamar dan juga laboratorium.
Kapal survei ini nanti akan digunakan oleh Dinas Hidros (Hidro dan
Oseanografi) TNI AL. Proses pembuatan kapal ini juga telah dipantau oleh
6 perwira dari Hidros yang tergabung dalam Satgas BHO (Bantu Hidro
Oceanografi) dengan pimpinan Kolonel Budi Purwanto yang merupakan
perwira ahli oseanografi. Satgas BHO telah berada di Les Sables d'Olonne
sejak 5 bulan lalu. Mereka akan mengawal pembuatan kapal ini sampai
tuntas.
Lantas seberapa penting kapal ini bagi Indonesia? Rachmad Lubis menjelaskan keberadaan kapal ini sangat penting dalam melakukan survei dan pemetaan laut Indonesia. Data-data hasil survei dan pemetaan yang dilakukan kapal ini sangat diperlukan untuk memperkuat pertahanan Indonesia di laut, terutama dalam kondisi pertempuran. "Selama ini kita belum punya kapal survei yang bisa memenuhi kebutuhan Indonesia," kata Rachmad.
Lantas seberapa penting kapal ini bagi Indonesia? Rachmad Lubis menjelaskan keberadaan kapal ini sangat penting dalam melakukan survei dan pemetaan laut Indonesia. Data-data hasil survei dan pemetaan yang dilakukan kapal ini sangat diperlukan untuk memperkuat pertahanan Indonesia di laut, terutama dalam kondisi pertempuran. "Selama ini kita belum punya kapal survei yang bisa memenuhi kebutuhan Indonesia," kata Rachmad.
Saat ini TNI AL hanya memiliki dua kapal survei. Jumlah ini sangat minim, mengingat Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki laut luas dan negara kepulauan. Dengan adanya kapal survei yang canggih ini, maka TNI AL bisa melakukan pendataan, survei dan pemetaan dengan lebih baik dan presisi serta waktu yang lebih cepat.
"Dua kapal survei selama ini yang kami gunakan sebenarnya hanya kapal biasa yang hanya dipasangi alat-alat pemetaan. Jadi, dua kapal yang kami pakai masih di bawah standar," kata Kolonel Budi.
Sumber : Detik
No comments:
Post a Comment