Thursday, June 26, 2014

Amunisi Meriam Caesar 155 akan Diproduksi PT Pindad


Roanne (MI) : Sambil menyelam minum air. Itulah yang dilakukan Kementerian Pertahanan (Kemhan) dalam pengadaan modernisasi alutsista Indonesia. Membeli senjata, tidak hanya sekadar membeli, tapi juga menyerap teknologi. Sebagai contoh, dalam pembelian meriam Caesar 155 yang memiliki daya tembak 39 KM, Indonesia juga memiliki kerjasama dengan Nexter untuk memproduksi amunisinya bersama PT Pindad.

Bagaimana rupa amunisi berkaliber 155 mm itu? detikcom berkesempatan melihat dan mencoba mengangkat amunisi berwarna hijau di bagian batangnya dan hitam di pucuknya itu. Wow! Sangat berat, berbobot 47 kg. Untuk membopongnya harus menggunakan dua tangan.

Amunisi berbentuk runcing ini terbagi menjadi dua. Bagian pertama adalah bagian tabung yang berisi mesiu. Bagian kedua adalah sumbu (fuse) yang terletak di bagian ujung yang runcing. Di bagian sumbu ini terdapat timer - berisi angka-angka -, untuk menetapkan kapan amunisi itu meledak setelah didorong oleh meriam.

Beberapa contoh amunisi meriam Caesar 155 ini dihadirkan saat penyerahan 4 Caesar 155 di ruang workshop pabrik Nexter di Roanne, Prancis, Rabu (25/6/2014). Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin juga sempat berdiri lama melihat amunisi dan berbincang serius dengan pihak Nexter. 



Sjafrie telah mengingatkan Nexter agar segera dibahas mengenai koordinasi dalam pembuatan amunisi itu bersama PT Pindad, sebagai bagian dari kesepakatan yang telah ditandatangani. Saat diingatkan hal ini, M Mike Duckworth, Executive Vice President International Affairs Nexter, menyatakan sangat memahami hal ini dan siap melaksanakannya.

"Tentunya ke depan kita akan kerjasama, Pindad akan berperan dalam membuat amunisi. Inilah target kemandirian industri pertahanan kita. Kita beli senjata, beli amunisi, kita pelajari juga bagaimana membuat amunisi. Mudah-mudahan 5 tahun ke depan Pindad sudah bisa membuat amunisi kaliber besar untuk meriam 155 mm dan bagaimana membuat amunisi besar untuk artileri lain," kata Sjafrie.


Sebelum meninggalkan pabrik Nexter, Sjafrie juga sempat berbincang serius dengan Duckworth dan mengundang Dirut PT Pindad Sudirman Said dan Danpusenarmed Brigjen TNI Sonhadji. Dalam perbincangan itu, lagi-lagi Sjafrie mengingatkan Nexter agar segera berkoordinasi dengan Pindad dalam kerjasama membuat amunisi. Sudirman Said sebagai dirut Pindad dan Duckworth menegaskan siap untuk berkoordinasi. 



Dengan US$ 141 Juta, Indonesia akan Miliki 2 Batalion Meriam Caesar 155


Seperti diketahui, Indonesia membeli 37 unit Caesar 155 dengan biaya US$ 141 juta. Harga ini sudah termasuk dengan 2.000 amunisinya. Caesar 155 merupakan meriam berdaya tembak 39 KM yang terangkut truk, sehingga bisa lebih cepat bergerak.

Upaya modernisasi alutsista Indonesia memang perlu banyak biaya. Untuk membeli 2 batalion Meriam Caesar 155, pemerintah Indonesia harus merogoh US$ 141 juta. Namun dengan harga ini, selain mendapat 37 unit meriam berkaliber 55 dan berdaya tembak 39 KM, Indonesia juga mendapat alih teknologi.

"Biaya yang dikeluarkan cukup besar, yaitu US$ 141 juta untuk 37 unit dan itu terdiri dari 2 batalion," kata Wakil Menhan Sjafrie Sjamsoeddin di sela-sela menginspeksi Caesar 155 di area uji coba pabrik Nexter, di Roanne, Prancis, Rabu (25/6/2014).

Sjafrie menegaskan dalam pengadaan persenjataan, pemerintah tidak hanya sekadar membeli, tapi juga membangun sistem, sehingga industri pertahanan Indonesia bisa maju di masa yang akan datang. "Karena itu sejak awal dilakukan kerjasama dengan Nexter, juga memikirkan kandungan lokal yang diperlukan terhadap kebutuhan alutsista ini, antara lain diperlukan adanya kandungan lokal kaitannya dengan komunikasi dan kendaraan," kata Sjafrie.

Untuk memajukan industri pertahanan nanti, PT Pindad akan terus melakukan komunikasi dan kerjasama dengan Nexter. "Ini semua merupakan bagian tak terpisahkan dari kemampuan PT Pindad. Jadi dalam modernisasi ini, kemampuan yang besar dan minim kita petik, tidak hanya untuk kemampuan AD, tapi juga kemampuan industri pertahanan kita, yaitu Pindad," tegas Sjafrie.

Dengan harga tersebut, Indonesia juga sudah mendapat sekitar 2.000 amunisi kaliber 155 mm. Amunisi untuk Caesar 155 memiliki berat 47 kg dengan teknologi baru di bagian sumbunya.

Kontrak pembelian Caesar 155 ini sudah ditandatangani Indonesia dan Nexter Oktober 2013 lalu. Seperti biasa, dalam pengadaan alutsista ini, Indonesia sudah meninggalkan cara-cara lama menggunakan calo. Indonesia langsung berhubungan dengan Nexter sebagai produsen.

2 Batalion Caesar 155

Sementara itu, Komandan Pusat Persenjataan Artileri Medan (Danpusenarmed) Brigjen TNI Sonhadji menjelaskan bila nanti 37 Caesar 155 sudah tiba di Indonesia, maka meriam-meriam ini akan ditempatkan di dua batalion. Masing-masing batalion terdiri dari 18 unit Caesar 155.

"Sesuai petunjuk pimpinan, 1 batalion untuk Armed 9 di Purwakarta, 1 batalion untuk Armed 12 Ngawi. Seluruhnya masuk jajaran Kostrad," kata Sonhadji. Sedangkan 1 unit sisanya akan ditempatkan di lembaga latihan dan pendidikan.

Sedangkan mengenai pelatihan untuk mengoperasikan Caesar 155, kata Sonhadji, beberapa perwira TNI AD akan segera dikirim ke Nexter untuk dijadikan sebagai trainer (pelatih). "Untuk proses training, sesuai kontrak dengan Nexter, untuk tahap pertama, pelatih akan dilatih di Nexter dan berikutnya akan dilatih di Indonesia," jelas dia.

Proyek pengadaan Caesar 155 ini akan diselesaikan dalam tiga tahap. Tahap pertama, 4 unit Cesar 155 akan dikirim bulan Juli ke Surabaya. Setelah itu, 15 unit Caesar akan dikirim pada Maret 2015 dan sisanya akan dituntaskan dan dikirim pada September 2015.

Menurut Sjafrie, dengan adanya dua batalion Caesar 155, maka saat ini TNI AD sudah dilengkapi dengan persenjataan yang moderen dan strategis. "Yang lebih penting saat ini TNI AD sudah dilengkapi dengan modernisasi, sehingga alutsistanya dan kemampuannya sudah bisa berskala strategis. Jadi taktis sudah diketahui, teknisnya juga diketahui, dampak strategisnya pun sudah dimiliki AD," kata Sjafrie.






Sumber : Detik

No comments:

Post a Comment