Jakarta (MI) : Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI akan mengirimkan tim khusus untuk
melihat secara fisik kondisi kapal selam Kilo Class bekas buatan Rusia
yang telah ditawarkan kepada Indonesia.
"Ini merupakan kerja sama lanjutan antara Indonesia dengan Rusia, dari Angkatan Laut, kami akan kirim tim ke Rusia untuk melihat kondisi kapal selam Kilo Class," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, di Kantor Kemhan, Jakarta, Jumat.
Menurut dia, Indonesia memiliki dua pilihan untuk memperkuat armada laut nasional, khususnya pengadaan kapal selam, yakni pertama, mendatangkan kapal selam kilo class bekas buatan Rusia, dan opsi kedua, membangun kapal selam baru berteknologi Korea.
Dari dua opsi itu, pihaknya masih mempertimbangkan opsi mana yang akan dipilih karena harus mempertimbangkan cost atau biaya yang akan dihabiskan.
"Kita kirim dulu tim untuk melihat secara fisik untuk mengecek opsi pertama. Kalaupun dipilih kapal selam yang baru, tentu juga butuh biaya yang berbeda. Pembangunan armada kapal selam juga dilakukan berdasarkan masukan dari AL sendiri," ujarnya.
Dalam pengadaan kapal selam, armada yang akan dibangun, diutamakan yang dapat mengoperasikan persenjataan rudal balistik.
Menhan mengatakan, Indonesia memiliki tiga Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI). Di sebelah timur, alkinya terpecah menjadi tiga bagian, sehingga ada celah untuk masuk ke kepulauan Indonesia.
"Di sebelah timur kepulauan Indonesia, kondisinya berperairan dalam. Sehingga, operasi kapal selam sangat memungkinkan untuk dilakukan," tuturnya.
Sementara itu, Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana (TNI) Marsetio, menjelaskan, Indonesia telah memiliki dua kapal selam buatan Jerman, dan saat ini tengah dilaksanakan pembangunan tiga unit kapal selam atas kerja sama dengan Korea Selatan.
"Ada keinginan dari Rusia menawarkan kapal selam kilo class. Tim akan segera brangkat menindaklanjuti tawaran Rusia tersebut," katanya.
Ia menambahkan, sebagai negara kepulauan, Indonesia idealnya memiliki 12 unit kapal selam, namun TNI AL akan menyesuaikan budget yang diterima.
"Kita juga punya rencana startegis untuk mencapai kekuatan pokok minimum (MEF). Kalau anggaran tersedia dan ada percepatan, maka akan memberikan efek strategi bagi pertahanan," tutur Marsetio.
"Ini merupakan kerja sama lanjutan antara Indonesia dengan Rusia, dari Angkatan Laut, kami akan kirim tim ke Rusia untuk melihat kondisi kapal selam Kilo Class," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, di Kantor Kemhan, Jakarta, Jumat.
Menurut dia, Indonesia memiliki dua pilihan untuk memperkuat armada laut nasional, khususnya pengadaan kapal selam, yakni pertama, mendatangkan kapal selam kilo class bekas buatan Rusia, dan opsi kedua, membangun kapal selam baru berteknologi Korea.
Dari dua opsi itu, pihaknya masih mempertimbangkan opsi mana yang akan dipilih karena harus mempertimbangkan cost atau biaya yang akan dihabiskan.
"Kita kirim dulu tim untuk melihat secara fisik untuk mengecek opsi pertama. Kalaupun dipilih kapal selam yang baru, tentu juga butuh biaya yang berbeda. Pembangunan armada kapal selam juga dilakukan berdasarkan masukan dari AL sendiri," ujarnya.
Dalam pengadaan kapal selam, armada yang akan dibangun, diutamakan yang dapat mengoperasikan persenjataan rudal balistik.
Menhan mengatakan, Indonesia memiliki tiga Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI). Di sebelah timur, alkinya terpecah menjadi tiga bagian, sehingga ada celah untuk masuk ke kepulauan Indonesia.
"Di sebelah timur kepulauan Indonesia, kondisinya berperairan dalam. Sehingga, operasi kapal selam sangat memungkinkan untuk dilakukan," tuturnya.
Sementara itu, Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana (TNI) Marsetio, menjelaskan, Indonesia telah memiliki dua kapal selam buatan Jerman, dan saat ini tengah dilaksanakan pembangunan tiga unit kapal selam atas kerja sama dengan Korea Selatan.
"Ada keinginan dari Rusia menawarkan kapal selam kilo class. Tim akan segera brangkat menindaklanjuti tawaran Rusia tersebut," katanya.
Ia menambahkan, sebagai negara kepulauan, Indonesia idealnya memiliki 12 unit kapal selam, namun TNI AL akan menyesuaikan budget yang diterima.
"Kita juga punya rencana startegis untuk mencapai kekuatan pokok minimum (MEF). Kalau anggaran tersedia dan ada percepatan, maka akan memberikan efek strategi bagi pertahanan," tutur Marsetio.
Sumber : ANTARA
No comments:
Post a Comment