Tuesday, February 26, 2013

Penangkapan Penyerang TNI Terkendala Medan


Jakarta (MI) :  Kabareskrim Mabes Polri Komjen Pol Sutarman mengaku telah mengetahui kelompok sipil bersenjata yang melakukan penyerangan terhadap TNI di Papua pada Kamis (21/2/2013).
"Kami sudah tahu senjatanya dan kelompok yang melakukan penyerangan terhadap pos TNI di Puncak Jaya, Papua beberapa waktu lalu," kata Sutarman di Bareskrim Mabes Polri, Jakarta, Selasa (26/2/2013).
Meski demikian, lanjut Sutarman, pihaknya hingga kini mengakui belum berhasil menangkap para pelakunya. "Perlu satu pertimbangan yang matang. Di mana medannya (lokasi) itu, kalau di kota pasti ditangkap," tegasnya.
Menurutnya, jika tetap memaksakan kehendak, untuk secepatnya melakukan penangkapan terhadap kelompok bersenjata yang diduga merupakan kelompok pimpinan Tabuni, maka bisa mengakibatkan korban jiwa. "Pertimbangan kami tidak mau ada korban jiwa yang jatuh lagi," ungkap Sutarman.
Sebelumnya terjadi penyerangan oleh kelompok sipil bersenjata terhadap anggota TNI di Puncak dan Puncak Jaya, Kamis (21/2/2013) . Dalam penyerangan tersebut delapan anggota TNI tewas dan empat warga spil tewas terkena tembakan.


Informan TNI Diduga Berperan dalam Penembakan di Papua
JAKARTA : Penyerangan TNI oleh Gerakan Pengacau Keamanan (GPK) di dua tempat di tanah Papua, Kamis (21 Februari 2013) lalu, diduga melibatkan warga setempat yang dekat dengan TNI selama ini. Pasca-penyerangan itu pun seorang warga yang dimaksud, menghilang.
Kepala Pusat Penerangan Markas Besar TNI Laksamana Muda Iskandar Sitompul menjelaskan, seorang warga yang dimaksud bernama Wani Tabuni. Wani adalah seorang putra daerah yang selama ini berperan dalam kelancaran komunikasi antara TNI dengan warga setempat.
"Kejadian pertama pukul 09.30 WIT di Pos Maleo Yonif 753/AVT di Distrik Tingginambut, Puncak Jaya, Papua, mengakibatkan satu TNI tewas dan satu terluka," ujar Iskandar dalam jumpa pers di kantornya, Selasa (26/2/2013).
Sesaat sebelum penyerangan, kata Iskandar, seperti biasanya Wani mendatangi pos untuk sekadar bercakap-cakap dengan prajurit TNI. Perlu diketahui, di dalam pos terdapat 15 orang anggota Brimob dan 9 orang prajurit TNI. Tidak lama kemudian, Wani pergi meninggalkan pos. Saat itulah penyerangan pada TNI berlangsung.
Prajurit TNI yang tengah beraktivitas seperti biasa, diberondong dengan peluru dari senjata laras panjang. Dua orang prajurit TNI bernama Lettu Inf Reza Gita Armena dan Pratu Wahyu Prabowo terkena tembakan. Nahas Pratu Wahyu menghembuskan nafas terakhirnya setelah sebuah peluru menembus bagian dada kirinya.
Iskandar mengungkapkan, pihaknya mencurigai Wani berperan aktif dalam insiden penyerangan sadis tersebut. Pasalnya, pria yang sehari-hari memberikan informasi mengenai situasi dan kondisi gerakan pengacau keamanan di daerah tersebut pun menghilang pasca-penyerangan.
"Mungkin ada perannya, tetapi bagaimana perannya kami belum tahu karena kami kan harus menangkap dia dulu. Namun, diduga, katakan lah mencari kelengahan prajurit," lanjutnya.
Menurut Iskandar, kewenangan untuk melakukan penyelidikan terhadap siapa sebenarnya Wani Tabuni tersebut, berada di institusi kepolisian. Dia berharap, penyelidikan polisi mampu menguak latar belakang Wani dan menjadi pintu masuk ke penyelidikan gerakan pengacau kemanan lainnya.
Selain di Tinggi Nambut, penyerangan juga terjadi di Sinak Koramil 1714 Puncak Jaya beberapa jam kemudian. Prajurit TNI serta beberapa orang sipil diberondong peluru saat hendak ke Bandara Sinak mengambil peralatan komunikasi. Sebanyak tujuh prajurit TNI tewas. Tiga orang sipil meninggal dunia dan satu luka.
Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto menduga kuat, kelompok separatis bertanggung jawab atas penembakan itu. Pelaku diduga adalah kelompok Gerakan Pengacau Keamanan pimpinan Goliath Tabuni. Sementara itu, penembakan yang terjadi di Distrik Sinak diduga adalah kelompok bersenjata pimpinan Murib.

Sumber : INILAH,KOMPAS

No comments:

Post a Comment