Langkawi (MI) : Tentara Nasional Indonesia (TNI) tengah melirik pesawat tempur Gripen untuk menggantikan pesawat F-5E/F Tiger yang pensiun. Seperti apa kecanggihan pesawat tempur besutan perusahaan pertahanan dan keamanan asal Swedia, Saab, ini?
detikcom dan beberapa wartawan Indonesia diundang berkunjung ke booth Saab di Mahsuri International Exhibition Centre (MIEC) di Langkawi, Malaysia, Rabu (18/3/2015). Di situ tengah diadakan pameran dua tahunan 'Langkawi International Maritime & Aerospace Exhibition (LIMA) ke-13.
Head of Major Campaign Saab Asia Pacific, Kaj Rosander mempresentasikan berbagai keunggulan Gripen. Katanya, Gripen adalah pesawat tempur yang pintar.
"Kenapa? Karena Gripen adalah konsep penempur unik, dikombinasikan dengan kemampuan operasional yang sangat baik, fitur yang hi-tech, efesiensi biaya, dan sistem yang pintar. Itulah kenapa kami menyebutnya penempur yang pintar," kata Rosander mengawali perbincangan.
Dijelaskan Rosander, Saab menargetkan dalam 20 tahun ke depan pihaknya bisa menjual 300-450 unit Gripen, dan menguasai setidaknya 10-15 persen pasar pesawat tempur. Ia pun menyebut beberapa negara yang sudah membeli dan menyewa.
Angkatan Udara Brazil telah membeli 36 Gripen tipe E dan F (8 tipe 2 kursi), Angkatan Udara Thailand 8 Gripen tipe C dan 4 untuk tipe D, Angkatan Udara Afrika Selatan 17 Gripen C dan 9 tipe D. Angkatan Udara Swedia sendiri rutin memesan sejak 1990. Diawali memesan 105 Gripen tipe A dan 13 Gripen B, lalu 75 Gripen tipe C and 25 Gripen tipe D, dan yang terbaru memesan 60 Gripen tipe E.
Sedangkan Angkatan Udara Hungaria menyewa 12 Gripen tipe C dan 2 tipe D, sebuah sekolah pilot uji di Inggris menyewa 1 Gripen tipe D. Rosander menyebut bahwa Saab tengah melakukan penjajakan dengan Malaysia yang tertarik menyewa 16 Gripen tipe C dan D.
Rosander kemudian lanjut bercerita soal kehebatan Gripen. Katanya, ada banyak persenjataan yang bisa dibawa Gripen. Di antaranya AIM-9, IRIS-T, A-Darter, AIM-120, Meteor, RBS-15 antiship missile, GBU-12, GBU-16, GBU-10, GBU-49, Mk-82, dan lain-lain.
Gripen, kata Rosander, sangat cocok digunakan untuk patroli udara, darat, dan khususnya laut untuk menjaga luasnya perairan Indonesia. Apalagi Menteri Susi Pudjiastuti tengah gencar membasmi kapal-kapal asing pencuri ikan.
"Gripen sangat mudah diterbangkan, dengan kelincahan yang luar biasa. Gripen bisa multi peran. Melakukan pencegatan, serangan, dan pengintaian di udara. Sangat cocok untuk menjaga wilayah Indonesia yang berupa kepulauan," ucap Rosander antusias.
Gripen generasi baru tipe E, kata Rosander, mempunyai kemampuan yang lebih mumpuni dengan menggendong radar Selex ES AESA dan memiliki infra Red Seach and Tracking (IRTS). Gripen E juga bisa terintegrasi dengan semua sistem radar di darat, dan laut, sehingga kemampuannya melacak dan mengunci keberadaan musuh sudah tak diragukan lagi.
Gripen juga punya kemampuan taktikal data link. Jadi satu pesawat tempur dan pesawat tempur lainnya, pertahanan di darat, dan laut terkoneksi. Sistemnya diklaim tidak bisa ditembus oleh pihak lawan.
Kelebihan lain Gripen adalah biaya operasionalnya yang sangat rendah dibanding kompetitornya seperti F-16, F-18 E/F, Rafale, Eurofighter, dan Su-35. Seperti diketahui, Gripen memang pesawat tempur yang hanya mempunyai satu mesin saja. Hal itu, menurut Rosander sangat menguntungkan karena biaya suku cadang, perawatan, dan operasionalnya pasti jauh lebih murah dibanding pesawat dengan dua mesin.
"Kita mengembangkan Gripen sebagai pesawat yang teknologinya terus naik dan maju, namun justru biaya operasionalnya makin rendah. Kita terus berinovasi," ucap Rosander. Hal senada juga disampaikan oleh Presiden & CEO SAAB Asia Pasific, Dan Enstedt.
"Biaya operasional Gripen per jam 4.700 USD. Memang mahal tapi jauh lebih murah dibanding pesawat-pesawat lain. F-16 biaya per jam nya 7.700 USD, F-35A 21.000 USD, Sukhoi di atas itu," sebut Enstedt dalam rilisnya beberapa waktu lalu kepada detikcom.
Ditambahkan Rafale, di masa perang, Gripen bisa disembunyikan di berbagai tempat di pulau-pulau di Indonesia. Gripen dirancang bisa dioperasionalkan di landasan darurat, seperti jalan raya, dan bisa terbang dengan jalan lurus sepanjang 800 meter. Gripen juga bisa dipersenjatai atau diisi bahan bakarnya hanya dengan 5 orang yang terlatih dan 1 truk pengangkut bahan bakar.
Kepala Saab Malaysia Thomas Linden mengatakan, jika Indonesia tertarik membeli Gripen, Saab akan terus mensupport dan bekerjasama. Terutama dalam melakukan transfer teknologi.
"Kami menawarkan transfer teknologi dan kerjasama dengan industri lokal untuk meningkatkan kemampuannya dalam mendukung, memodifikasi, dan mengembangkan lebih jauh teknologi yang ditawarkan Saab," ucap Linden.
Sumber : Detik
Baguslah untuk patroli dan pesawat serang menengah tapi untuk pemukul dan peyeimbang F 22 dan F 35 tetap SU 35, T 50 Fak Pa dan SU 34
ReplyDelete