Thursday, May 14, 2015

Membandingkan Kopassus dengan pasukan elite se-Asia


Merdeka (MI) : Bertempur tanpa rasa takut tapi tidak nekat, merangkul namun waspada, menjadi beberapa kata yang harus diingat bagi setiap calon prajurit Kopassus. Setiap calon anggota juga diwajibkan memiliki jiwa korsa atau kebersamaan yang tinggi, baik prajurit yang berpangkat tinggi maupun rendah.

Tak mudah untuk menjadi bagian dari pasukan elite TNI AD ini, mereka wajib melalui beberapa persyaratan, utamanya kemampuan fisik dan intelektual. Para recruiter tak semuanya berasal atas pilihan masing-masing kesatuan TNI AD, mereka yang memiliki minat untuk bergabung juga bisa menjadi bagian di dalamnya.

Meski begitu, latihan yang dijalani untuk menjadi seorang Kopassus sangat berat. Selain harus memiliki kondisi fisik yang sangat baik, mereka juga wajib memiliki kemampuan lain, seperti perkelahian hingga melempar pisau.

Dengan kemampuan yang mereka miliki inilah, seluruh anggota Kopassus dapat menjalani seluruh tugasnya dengan baik. Sebab, slogan mereka adalah 'lebih baik pulang nama daripada gagal di medan tugas'.

Tak hanya TNI AD, sejumlah negara di kawasan Asia juga memiliki banyak pasukan elite. Mereka ini hanya ditugaskan pada misi-misi yang tidak mungkin dijalani pasukan reguler, dan lebih banyak bergerak di belakang garis pertahanan lawan.

Berikut perbandingan Kopassus dengan pasukan elite se-Asia versi merdeka.com :


1.
Grup Gerak Khas (Malaysia)


Membandingkan Kopassus dengan pasukan elite se-Asia


Usianya memang lebih muda dari Kopassus saat berlangsungnya Konfrontasi, namun keduanya pernah saling berhadapan di belantara Kalimantan. Pasukan elite Tentara Diraja Malaysia ini berdiri sekitar tahun 1960-an atas prakarsa Menteri Pertahanan Tun Abdul Razak Hussein.

Pusat pelatihan pertama didirikan di Johor Baru. 40 Tentara Komando Marinir Inggris melatih 300 relawan, dan hanya 15 yang dianggap lolos selama enam bulan kursus Komando. Setelah dibentuk, pasukan elite ini bertempur dan memburu gerilyawan komunis di Sabah dan Serawak tahun 1969.

Mereka telah bertugas di berbagai negara dalam bendera pasukan perdamaian PBB. Termasuk di Mogadishu Somalia tahun 1993 saat helikopter Black Hawk Amerika ditembak jatuh milisi.

Hubungan baik dengan Inggris membuat pasukan ini rutin melakukan latihan dengan Special Air Service (SAS). Begitu juga Delta Force dan Navy Seal dari AS.

Berbeda dengan Kopassus, prajurit komando GGK ini mengenakan 'Baret Hijau' sebagai identitasnya.


2.
1st Commando Battalion (Singapura)


 Membandingkan Kopassus dengan pasukan elite se-Asia

1st Commando Battalion, atau Batalion Komando Pertama ini dibentuk akhir tahun 1969, dimulai atas prakarsa dua perwira SAF Mayor Clarence Tan dan Mayor James Chia. Kedua nama itu ditugaskan untuk mencari kandidat untuk dilatih dan ditugaskan sebagai pasukan elite pertama.

Kapten Tham Chee Onn diangkat sebagai komandan pertama dengan jumlah prajurit sebanyak 20 orang, dan mereka dilatih oleh sembilan perwira lainnya. Perekrutan berikutnya berlangsung pada awal 1970, dan 'baret merah' pertama kali digunakan seluruh prajurit setahun setelahnya.

Dengan slogan 'demi kehormatan dan kedigjayaan', setiap prajurit komando wajib menyelesaikan seluruh misi yang diberikan. Sama halnya dengan Kopassus, baret merah hanya diberikan bagi mereka yang lulus di setiap pendidikan.

Hingga kini, Batalion Komando Pertama telah menjalani tiga misi penting, di antaranya serangan empat teroris terhadap kompleks pengolahan minyak milik Shell. Operasi penyelamatan pengungsi Vietnam dan pembebasan sandera Singapore Airlines penerbangan 117.


3.
Baret hitam (Korsel)
 Membandingkan Kopassus dengan pasukan elite se-Asia


Battalion Khusus Pertama, didirikan sejak 1 April 1958 inilah merupakan pasukan komando dengan pelatihan yang sangat keras. Para anggotanya direkrut dari seluruh matra. Prajurit yang dianggap memiliki prestasi juga dibidik untuk ambil bagian dari pasukan berjuluk 'Baret Hitam' ini.

Bagi mereka yang akan menjadi Pasukan Khusus Republik Korea, setiap calon wajib memiliki kualifikasi terjun payung dan penyelaman. Tak hanya itu, proses latihan yang dijalani pun sangat berat, mereka berlatih di tengah temperatur dingin, dan berenang di sungai beku tanpa perlindungan apapun.

Baret Hitam memiliki sembilan batalion. Beberapa anggotanya kerap dilibatkan dalam unit 'Evergreen' yang bertugas dalam beberapa misi perdamaian di seluruh dunia. Bahkan pernah dilibatkan AS dalam Perang Vietnam dan misi pembebasan Irak.

Dalam penugasannya di Somalia, pasukan ini memiliki jasa besar dalam melakukan perbaikan infrastruktur serta pengawalan bantuan kemanusiaan. Mereka juga pernah terlibat bersama Interfet saat Timor Leste melepaskan diri dari Indonesia.

4.
Niru-ye Qods (Iran)
Membandingkan Kopassus dengan pasukan elite se-Asia


Niru-ye Qods atau Pasukan Quds merupakan pasukan komando terbesar yang dimiliki Iran. Sama halnya dengan Batalion Khusus Pertama di Korea Selatan, mereka menggunakan baret hitam sebagai identitasnya. Jumlah pasukannya diperkirakan mencapai 15 ribu prajurit.

karena menjalani sejumlah misi khusus, pimpinan pasukan hanya memberikan laporannya kepada Pimpinan Tertinggi Iran, Ali Khamenei. Pasukan yang dibentuk sejak 1980 ini merupakan bagian dari Garda Revolusi Islam Iran.

Seorang analisis perang memperkirakan, pasukan ini telah menyebar ke berbagai negara di Timur Tengah. Mereka disinyalir pernah terlibat dalam beberapa kisruh di negara-negara tersebut. Namun, salah satu keterlibatan yang diketahui khalayak ramai adalah upaya negeri ini memberangus ISIS.


5.
Para Commandos (India)

Para Komando bermula dari unit parasut Angkatan Darat India. Unit ini merupakan pasukan payung tertua di dunia, yang dibentuk sejak 27 Oktober 1941 dengan nama Brigade Parasut India ke-50.

Perang India dan Pakistan pada 1965 membuat pimpinan militer menyadari pentingnya keberadaan pasukan komando. Kemudian dibentuklah Pasukan Meghdoot yang beranggotakan sejumlah relawan dari berbagai unit militer. 
 


Dianggap sukses dalam menjalani berbagai misi, unit ini kemudian diubah menjadi unit komando, dan dimasukkan ke dalam Garda Brigade. Meski begitu, kualifikasi terjun payung menjadi element yang tidak dihilangkan dari pasukan ini.

Sejak dibentuk, pasukan ini telah menjalani sembilan operasi, mulai dari pembebasan sandera hingga menangani serangan teroris di Mumbai India.








Sumber : Merdeka

No comments:

Post a Comment