Pangkalan Bun (MI) : Komando Armada
RI Kawasan Timur (Koarmatim) memberangkatkan tim penyelam dari Dinas
Penyelamatan Bawah Air (Dislambair) dengan membawa alat untuk mengangkat
badan pesawat AirAsia QZ8501 dari dasar laut, Kamis, 8 Januari 2015.
Tim penyelam terbagi dua pemberangkatan. Tim pertama, delapan orang dipimpin Kapten Laut (P) Saiful Apriyanto diberangkatkan dari Pangkalan Udara TNI Angkatan Laut (Lanudal) Juanda menggunakan pesawat CN235 milik TNI Angkatan Laut.
Tim pertama membawa peralatan yang mampu mengangkat badan pesawat, lifting bag. Alat itu mampu mengangkat badan pesawat dengan berat lebih dari 110 ton.
Dengan rincian, lifting bag 35 ton dua buah, 10 ton tiga buah, 5 ton dua buah, 2 ton satu buah dan 500 kilogram empat buah, serta beberapa pengikat, segel dan perlengkapan lainnya.
Sementara tim kedua membawa peralatan lainnya juga diberangkatkan dari Dermaga Koarmatim Ujung Surabaya, dengan KRI Ahmad Yani 351, dipimpin Letkol Laut (P) Muhamad Riza.
Tim ini membawa kompressor tekanan tinggi yang berfungsi untuk mengisi tabung selam sebanyak dua unit, dua unit MK-27 untuk penyelaman dalam, kompresor tekanan rendah untuk mengisi lifting bag dalam proses pengapungan sebanyak satu unit, air bank dan perlengkapan selam lainnya.
Tim penyelam yang diberangkatkan dengan KRI Ahmad Yani 351 ini berjumlah tujuh orang dan memerlukan waktu sekitar 19 jam untuk sampai ke Pangkalan Bun.
Kadislambair Koarmatim, Letkol Laut (T) Erwin C Gora, yang juga Komandan Satgas memaparkan sekilas tentang rencana proses pengangkatan badan pesawat AirAsia QZ8501.
"Setelah berada di atas lokasi badan pesawat, maka tim akan menurunkan beberapa penyelam untuk memasang tali-tali pengikat dan segel ke badan pesawat," kata Letkol Laut (T) Erwin C Gora.
Setelah tali-tali dan segel terpasang dengan sempurna baik ke badan pesawat maupun ke lifting bag, proses pengapungan siap dilaksanakan dengan menggunakan kompressor tekanan rendah yang terhubung dengan lifting bag.
Setelah badan pesawat terapung selanjutnya akan dievakuasi dengan alat yang lain, yakni crane dan tongkang. Lalu dievakuasi ke.
Tim penyelam terbagi dua pemberangkatan. Tim pertama, delapan orang dipimpin Kapten Laut (P) Saiful Apriyanto diberangkatkan dari Pangkalan Udara TNI Angkatan Laut (Lanudal) Juanda menggunakan pesawat CN235 milik TNI Angkatan Laut.
Tim pertama membawa peralatan yang mampu mengangkat badan pesawat, lifting bag. Alat itu mampu mengangkat badan pesawat dengan berat lebih dari 110 ton.
Dengan rincian, lifting bag 35 ton dua buah, 10 ton tiga buah, 5 ton dua buah, 2 ton satu buah dan 500 kilogram empat buah, serta beberapa pengikat, segel dan perlengkapan lainnya.
Sementara tim kedua membawa peralatan lainnya juga diberangkatkan dari Dermaga Koarmatim Ujung Surabaya, dengan KRI Ahmad Yani 351, dipimpin Letkol Laut (P) Muhamad Riza.
Tim ini membawa kompressor tekanan tinggi yang berfungsi untuk mengisi tabung selam sebanyak dua unit, dua unit MK-27 untuk penyelaman dalam, kompresor tekanan rendah untuk mengisi lifting bag dalam proses pengapungan sebanyak satu unit, air bank dan perlengkapan selam lainnya.
Tim penyelam yang diberangkatkan dengan KRI Ahmad Yani 351 ini berjumlah tujuh orang dan memerlukan waktu sekitar 19 jam untuk sampai ke Pangkalan Bun.
Kadislambair Koarmatim, Letkol Laut (T) Erwin C Gora, yang juga Komandan Satgas memaparkan sekilas tentang rencana proses pengangkatan badan pesawat AirAsia QZ8501.
"Setelah berada di atas lokasi badan pesawat, maka tim akan menurunkan beberapa penyelam untuk memasang tali-tali pengikat dan segel ke badan pesawat," kata Letkol Laut (T) Erwin C Gora.
Setelah tali-tali dan segel terpasang dengan sempurna baik ke badan pesawat maupun ke lifting bag, proses pengapungan siap dilaksanakan dengan menggunakan kompressor tekanan rendah yang terhubung dengan lifting bag.
Setelah badan pesawat terapung selanjutnya akan dievakuasi dengan alat yang lain, yakni crane dan tongkang. Lalu dievakuasi ke.
Tak Ada "Black Box", Ekor QZ8501 Segera Diangkat
Tim penyelam
gabungan TNI Angkatan Laut telah menyusuri kembali bangkai ekor pesawat
AirAsia QZ8501 di Selat Karimata, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah,
Jumat (9/1/2014). Penyusuran ini untuk mencari black box atau kotak
hitam pesawat. Namun, setelah tim pertama turun ke dasar laut selama 62
menit, black box tak juga ditemukan.
"Sudah kami susuri semua, tidak ditemukan black box," kata Serka Oot Sudarma melaporkan hasil penyelaman kepada Panglima TNI Jendral (TNI) Moeldoko di KRI Banda Aceh, Jumat pagi.
Namun, lanjut Oot, ada bagian belakang ekor pesawat yang tidak dapat disusuri karena menancap ke pasir dan lumpur di dasar laut. Oot pun menyarankan agar ekor pesawat ditarik terlebih dahulu ke permukaan yang lebih tinggi sehingga tak ada lagi bagian yang tertutup lumpur.
Saat ini, tim penyelam sudah berhasil memasang tali dan tiga balon floating bag ke bagian ekor pesawat. Balon itu tinggal dikembangkan di dalam air untuk menarik ekor pesawat ke permukaan.
Kapal Crest Onyx milik SKK Migas yang dapat menarik beban 50 ton juga akan ikut membantu. Setelah ditarik, ekor pesawat akan berada pada ketinggian 5-7 meter sehingga tak ada lumpur yang menghalangi.
"Ekor itu silahkan ditarik, tapi harus ada penyelam yang standby dibawah, untuk melihat sisa-sisa barang yang jatuh, mungkin ada black box disitu," kata Panglima TNI memberi restu penarikan pesawat.
Panglima TNI Khawatir "Black Box" Sudah Pecah di Ekor Pesawat
Panglima TNI Jenderal (TNI) Moeldoko khawatir black box
atau kotak hitam pesawat AirAsia QZ8510 sudah pecah dan menghilang dari
bagian ekor pesawat yang ditemukan tim penyelam TNI Angkatan Laut.
Pasalnya, setelah tim penyelam turun ke bagian ekor pesawat dan
menyusurinya selama 62 menit, black box tidak juga ditemukan.
"Black box sampai saat ini tim kami belum bisa menemukan, ada kekhawatiran pecah, sudah menghilang dan seterusnya," kata Panglima TNI Jendral (TNI) Moeldoko ,yang memantau kerja tim penyelam di KRI Banda Aceh, Jumat (9/1/2015) pagi.
Kekhawatiran Moeldoko ini juga berdasarkan kondisi ekor pesawat yang menancap ke dasar laut.
Sebagian ekor pesawat juga sudah rusak. Bangku-bangku penumpang juga tidak lagi terlihat.
"Saya tidak bisa memastikan (black box sudah tidak ada), tapi dari kondisi pecahan-pecahan ekor, saya khawatir," kata Moeldoko
Untuk memastikan, ekor pesawat akan ditarik dengan menggunakan balon dan penderek ke permukaan air yang lebih tinggi. Diharapkan, proses pencarian black boxakan lebih mudah di ketinggian sekitar 5-7 meter.
"Black box sampai saat ini tim kami belum bisa menemukan, ada kekhawatiran pecah, sudah menghilang dan seterusnya," kata Panglima TNI Jendral (TNI) Moeldoko ,yang memantau kerja tim penyelam di KRI Banda Aceh, Jumat (9/1/2015) pagi.
Kekhawatiran Moeldoko ini juga berdasarkan kondisi ekor pesawat yang menancap ke dasar laut.
Sebagian ekor pesawat juga sudah rusak. Bangku-bangku penumpang juga tidak lagi terlihat.
"Saya tidak bisa memastikan (black box sudah tidak ada), tapi dari kondisi pecahan-pecahan ekor, saya khawatir," kata Moeldoko
Untuk memastikan, ekor pesawat akan ditarik dengan menggunakan balon dan penderek ke permukaan air yang lebih tinggi. Diharapkan, proses pencarian black boxakan lebih mudah di ketinggian sekitar 5-7 meter.
No comments:
Post a Comment