NUNUKAN (MI) : Polisi masih kesulitan
mengusut kasus hilang, rusak dan bergesernya patok perbatasan Republik
Indonesia-Malaysia di RT 13, Desa Sekaduyan Taka, Kecamatan
Siemanggaris, Kabupaten Nunukan.
Kasubag Humas Polres Nunukan
Ipda M Karyadi mengungkapkan, penyidik masih menemui kendala untuk
memeriksa sejumlah pihak-pihak yang terlibat. Sebab kejadian hilang,
rusak dan bergesernya patok perbatasan itu sudah terjadi sejak lama.
"Itu sebenarnya kejadiannya sudah lama," ujarnya.
Sebanyak 16 patok yang hilang, rusak maupun bergeser itu dilaporkan
anggota TNI dari Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan RI-Malaysia Yonif
100/Raider, Juni lalu. Lokasi kejadian disebutkan berada di kawasan
perkebunan kelapa sawit PT Bhumi Siemanggaris Indah (BSI).
Karyadi mengungkapkan, penyidik telah memintai keterangan Kepala
Bagian Personalia PT BSI, sekitar dua pekan yang lalu. Hal ini untuk
mengetahui penanggung jawab lapangan di perkebunan tersebut. Dari
informasi yang diperoleh, manajer kebun saat kejadian itu ternyata sudah
tidak bertugas lagi di sana.
"Seandainya yang bersangkutan masih ada di situ, itu untuk menggali
materi lebih dapat dari penyidik. Ini yang menjadi kendala sampai
sekarang dari penyidik. Jadi yang manajer kebun sekarang ini yang baru.
Yang lama sudah tidak ada," ujarnya.
Meskipun masih menemui kendala, penyidik Polres Nunukan
tetap melakukan berbagai upaya untuk mengungkap kasus itu. Karyadi
mengatakan, penyidik akan memintai keterangan saksi ahli dari Badan
Pertanahan Nasional dan Badan Pengelola Perbatasan Daerah Kabupaten
Nunukan.
"Dia akan memberikan keterangan. Jadi sementara ini mereka masih
merumuskan, mencari titik koordinat terhadap patok-patok yang hilang
itu," ujarnya.
Sebenarnya, sejak pekan lalu saksi ahli ini akan dimintai keterangannya.
"Cuma karena dia masih merumuskan itu, akhirnya rencananya minggu depan," ujarnya.
Sebelumnya para saksi ahli telah turun melihat langsung kondisi
lapangan. "Nanti dia bisa memberikan klarifikasi dari hasil saat
peninjauan lapangan," katanya.
Sejauh ini Polisi telah memiliki foto-foto yang diduga sebagai lokasi
tempat patok yang hilang, rusak dan bergeser itu. Polisi juga masih
menahan satu unit alat berat jenis bomag Nomor BW 211D – 40, yang diduga
digunakan untuk merusak patok perbatasan. Sejak penahanan alat berat
itu, aktivitas di lokasi perkebunan juga terhenti.
Karyadi mengatakan, hingga kini belum ada kepastian status kasus tersebut.
"Apakah dihentikan atau dilanjutkan? Kalau memang sudah sepakat
termasuk dengan pelapor, kemudian mau diperbaiki patoknya, bukan tidak
mungkin kasusnya dihentikan. Tetapi sementara proses di Reskrim masih
berjalan," katanya.
Terungkapnya kasus itu berawal Rabu (4/6/2014) sekitar pukul 12.15,
saat Su selaku pelapor dan rekannya M dari Satuan Tugas Pengamanan
Perbatasan RI-Malaysia Yonif 100/Raider bersama Kepala Desa Sekaduyan
Taka, Putra dan beberapa warganya melakukan pengecekan patok perbatasan
antara wilayah daratan Republik Indonesia dan Malaysia.
Setelah melakukan pengecekan, ditemukan patok batas antara RI dan
Malaysia yang rusak, hilang atau bergeser, yang diduga akibat pekerjaan
pembukaan lahan PT BSI.
Setelah mengonfirmasi kepada masyarakat setempat dan memastikan
karusakan, hilang dan bergesernya patok-patok itu, anggota TNI tersebut
lalu melaporkannya kepada Polisi.
Sumber : TRIBUNNEWS
Itulah strategi Malaysia utk membodohi oknum pejabat2 Indonesia yg tdk konsen thd patok, kalau malaysia tdk mau utk diadakan perjanjian tapal batas dan masyarakat yg mudah disogok termasuk oknum2 nya sangat menguntungkan perluwasan wilayah malaysia tanpa mengorbankan prajurit/perang yg katanya TNI sekarang hebat. Utk menjadikan perhatian semua fihak......................
ReplyDelete