Saturday, August 9, 2014

Sudah Sampai Mana Proyek Jet Tempur Made in Bandung? Ini Kata PTDI

http://us.images.detik.com/content/2014/08/09/1036/ifxkfxtwinsyster_130416_bs.jpg

Jakarta (MI) : PT Dirgantara Indonesia (PTDI) sedang mengembangkan dua tipe pesawat asli karya anak bangsa. Pesawat yang dirancang adalah untuk angkutan penumpang dan keperluan tempur. Lantas bagaimana kelanjutan proyek pesawat terbang itu?

Direktur Teknologi dan Pengembangan PTDI Andi Alisjahbana menerangkan pesawat penumpang tipe N219 baru siap diperkenalkan ke publik (roll out) pada awal tahun 2015. Tiga bulan berikutnya atau sekitar bulan Maret, N219 akan menjalani uji coba terbang perdana (first flight).

"Roll out awal 20015. Itu 2-3 bulan habis roll out baru first flight," kata Andi saat acara RITECH Expo 2014 di Kantor BPPT Jalan MH Thamrin Jakarta, Sabtu (9/8/2014).

Setelah uji terbang, N219 baru bisa memperoleh sertifikasi dari Kementerian Perhubungan selaku regulator. Sertifikasi ditargetkan paling lambat keluar pada Februari 2017. Sertifikasi ini penting sebagai syarat untuk produksi massal. Andi membenarkan sampai sekarang, Indonesia belum mempunyai pesawat asli buatan lokal yang lolos uji sertifikasi dari Kemenhub.

"N250 nggak bisa diproduksi karena belum disertifikasi," jelasnya.

N219 merupakan pesawat baling-baling canggih karya putra-putri bangsa. Pesawat ini mampu membawa penumpang dan barang lebih banyak dibandingkan pesawat sejenis seperti Dornier 228-202. Pesawat Dornier ini telah dipakai oleh maskapai Susi Air. Pesawat N219 juga dibandrol jauh lebih murah ketimbang Dornier namun memakai teknologi kokpit terbaru.

"Kita targetnya ingin US$ 4,5 juta. Dornier baru dibeli seharga US$ 8 juta," ujarnya.


 Sedangkan untuk pembuatan pesawat tempur, PTDI bersama Kementerian Pertahanan RI dan Korea Selatan memasuki tahap Engineering Manufacturing Development. Proses EMD dimulai tahun ini dan berlangsung hingga 10 tahun ke depan. Proses akhir EMD ini adalah sertifikasi pesawat Korean Fighter Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment (KFX/IFX).

"Ini kita mulai tahun ini dan baru selesai 2025," katanya.

Andi membenarkan proses EMD sempat tertunda karena adanya beberapa persoalan. Salah satunya adalah perbedaan permintan single engine (permintaan Korsel) dan double engine (permintaan Indonesia).

Akhirnya disepakati bawah KFX/IFX akan memakai double engine. KFX/IFX merupakan pesawat generasi 4.5. Pesawat ini memiliki teknologi di atas F16 dan F18 namun di bawah pesawat F 22 dan F35. Pesawat ini paling tidak memiliki teknologi anti radar meski tidak secanggih pesawat F22 atau F35.

"Generasi 5 dia pakai teknologi tidak bisa dideteksi radar. Banyak teknologi yang dipakai sehingga nggak bisa dideteksi radar. Generasi 4.5 mendekati ke sana, tapi nggak secanggih itu," paparnya.










Sumber : Detik

2 comments:

  1. nanti jika IFX kelar fokusnya ganti riset pengembangan/duplikasi teknologi terbaru.... untuk jangka panjang tdk ada salahnya mencari partner riset mesin pesawat mskipun kayaknya sulit... kayaknya iran, china dan kanada adl partner yg tepat...khusus china mereka sudah diakui ahli mengkloning mesin perang... indonesia berada di tengah jalur pelayaran dunia yg membatasi laju kendaraan militer baik blok barat maupun blok timur yg sdg berseteru jd seharusnya memiliki nilai tawar yang tinggi... jika ada tawaran yg sepadan untuk kepentingan nasional tdk ada salahnya agak sedikit condong... kadang2 bermanuver sedikit nakal gakpapa kan berpolitik untuk kepentingan nasional... menyadap pun gakpapa asal jangan ketahuan macam ausi.hehee

    ReplyDelete
  2. Informasi lebih jelas silahkan anda kirim pertanyaan melalui email ke : 085736927001.ku@gmail.com

    www.pembuatanijazahpalsu.blogspot.com

    www.pembuatanijazah.blogspot.com

    www.solusiijazahanda.blogspot.com

    www.ijazahlegal.blogspot.com

    ReplyDelete