(photo ilustrasi )
JKGR (MI) : 1 Juni 2014, 03.14, suatu tempat di pesisir barat Sumatera…
Suara alarm yang menyalak keras dari konsol utama radar Thales
Master T mengejutkan perwira piket Satrad 1xx yang baru saja menyeruput
kopi tubruk hangat di tengah pagi buta itu. Dengan tangkas sang perwira
langsung memerintahkan operator radar untuk melakukan identifikasi
terhadap objek udara yang tertangkap radar.
Nampak di layar radar resolusi tinggi tersebut 8 blip yang teregister berada pada ketinggian 25000 feet dengan kecepatan 690 knots dengan jarak 320 mil dari garis pantai barat Sumatera.
“ID bogey no joy”, teriak operator radar, menandakan bahwa 8 objek tersebut tidak merespon terhadap permintaan identifikasi Satrad 1xx. Perwira piket dengan sigap segera menginisiasi sekuen intercept request ke Kohanudnas dengan menekan beberapa tombol pada konsol radar. Tidak lama,….8 blip tersebut sudah berada posisi “red box” yang artinya telah terkunci oleh radar.
03.16, di suatu pangkalan udara yang tidak teregister di peta sipil….
7 pesawat tempur Su-30MK2+ dan 3 Su-27SKM yang semuanya telah
mendapat paket upgrade avionik dan propulsi setara Su-35S mulai sekuen
take off secara simultan dan melesat dengan kecepatan tinggi ke vektor
141 yang mengarah langsung ke formasi 8 pesawat tak dikenal tersebut.
“Mike 4 to lead, request permission to commence long range tracking”
“ lead to mike 4, permission granted, commence tracking”
Tak lama, salah satu Su-30 mulai mengaktifkan air-to-air search mode pada radar Irbis E dengan parameter maximum range. 5 detik kemudian…..
“mike 4 to lead, positive ID on 8 tangos..repeat..8 tangos designated Sierra, vector 136 velocity 690 at 208 miles altitude 27…correction…29 and rising”.
“Copy mike 4. This is lead to Mike Flight, prepare to intercept on Sierra. Do not let them passing 50 miles threshold. Initiate afterburner now!”
“Mike 4 to lead, request permission to commence long range tracking”
“ lead to mike 4, permission granted, commence tracking”
Tak lama, salah satu Su-30 mulai mengaktifkan air-to-air search mode pada radar Irbis E dengan parameter maximum range. 5 detik kemudian…..
“mike 4 to lead, positive ID on 8 tangos..repeat..8 tangos designated Sierra, vector 136 velocity 690 at 208 miles altitude 27…correction…29 and rising”.
“Copy mike 4. This is lead to Mike Flight, prepare to intercept on Sierra. Do not let them passing 50 miles threshold. Initiate afterburner now!”
10 Flanker langsung berbelok tajam dan dengan suara gemuruh
Lyulka Saturn AL-31F saat memasuki kecepatan supersonik seakan-akan
hendak memecahkan keheningan langit.
Jarak kedua formasi pesawat tempur yang saling berlawanan itu
kini tinggal 140 mil tatkala Flight Leader Mike berteriak…”Mike flight
intercept sequence begin! Mike 2 and 4 target tango lead and wingmen,
Mike 3 and 5 target tango rear right and left! Begin sequence now!
“Mike 3 arming AA-12 Adder, ready to deploy!”
Tak lama…
“Splash one! Mike 4 confirmed kill on tango wingman!
“Splash two!…..splash 3!
“Mike 3 arming AA-12 Adder, ready to deploy!”
Tak lama…
“Splash one! Mike 4 confirmed kill on tango wingman!
“Splash two!…..splash 3!
Tanpa diduga oleh Flight Mike yang sedang melakukan BVR
engagement terhadap 8 F/A-18C Hornet (diperankan oleh F-16), sekelompok
F/A-18D Hornet (diperankan Hawk 209)yang terbang “on the deck” atau
terbang sangat rendah, kemudian menanjak dengan kecepatan tinggi menuju
posisi Flight Mike!
“Mikes, Bogey inbound!!” teriak Mike 7, namun terlambat…kilatan rudal Python 5 keburu menyambar ekor Mike 7. “Mike 7 down!!”
“Lead to Mikes…break..break..Mike 2,3,4,5 continue engaging Sierra, the rest engaging new bogeys!”
“Mikes, Bogey inbound!!” teriak Mike 7, namun terlambat…kilatan rudal Python 5 keburu menyambar ekor Mike 7. “Mike 7 down!!”
“Lead to Mikes…break..break..Mike 2,3,4,5 continue engaging Sierra, the rest engaging new bogeys!”
Terjadilah dogfight seru antara 2 unit Su-30 dan 2 unit Su-27
menghadapi 6 Hornet. Dogfight selama 14 menit itu berakhir dengan
hancurnya 6 Hornet musuh dengan kerugian 1 unit Su-30.
Penyergapan terhadap flight Sierra yang terdiri dari 8 Hornet
juga berjalan sukses, dengan 8 Hornet berhasil ditembak jatuh oleh
Flight Mike dengan 11 rudal AA-12 Adder tanpa kerugian apapun di pihak
Flight Mike.
“lead to Mikes, return to base. Well done guys!!” yang disambut tawa dan seruan “hell yeah!!”
Skenario Aerial Warfare 1-1 sub A dinyatakan accomplished oleh
wasit. 100 over 80 (artinya 100 persen musuh dihancurkan dengan kerugian
20%).
Skenario 1-1 sub A tersebut diatas adalah skenario pembuka latgab
2014 yang merupakan latgab terbesar dalam sejarah TNI. Skenario tersebut
diatas juga mencatat sejarah sebagai skenario pertempuran udara pertama
yang secara terpadu mengujicobakan teknik penyergapan ancaman udara
dengan bantuan GCI (ground controlled interception) dan onboard radar
pada Su-30Mk2+ yang telah membuktikan efektifitasnya dalam mendeteksi
dan melacak 8 target sekaligus pada jarak lebih dari 250 km! Skenario
ini juga menjadi ajang kali pertama TNI AU melakukan uji coba
pertempuran udara secara komprehensif antara skenario BVR (beyond visual
range) dan WVR (within visual range) di kegelapan malam!
Dan terbukti, Su-30 dan Su-27 upgraded memang pantas menyandang
sebagai jawara superioritas udara baik dalam skenario BVR dan WVR!
Sebagaimana telah disampaikan oleh beberapa petinggi TNI, bahwa yang
membedakan Latgab 2014 dengan Latgab sebelumnya adalah, bahwa pada
latgab kali ini dijiwai oleh doktrin “pre-emptive strike” atau serangan cegah tangkal.
Dimana, pada latgab ini diskenariokan bahwa TNI mengambil inisiatif
untuk menghancurkan kekuatan utama musuh (negara Musang) pada saat
kekuatan musuh belum memasuki teritori ZEE , serta, menghancurkan unit
strategis musuh pada saat masih berada di teritori musuh.
Hal ini jelas menjadi sebuah terobosan baru, dan sekaligus memberikan sinyalemen bahwa TNI sesungguhnya telah memiliki kapabilitas dalam lingkup tertentu untuk mengeliminasi kekuatan manapun yang coba-coba mengganggu kedaulatan NKRI.
Latgab 2014 juga dipenuhi nuansa skenario baru yang belum pernah dilakukan pada periode sebelumnya, antara lain:
1. Multiple hotspots —- combined OPFOR airborne and ground incursion
2. Fungsi C4I di Kogabwilhan (sebagai ujicoba doktrin tempur penyekatan oleh Kogabwilhan)
3. Network centric battle management dalam lingkup terbatas, dimana Pangkoops dapat mengkonsolidasikan aset tempur matra udara, laut dan darat secara real time.
4. Pergerakan pasukan darat dalam lingkup divisi dengan melibatkan unit infateri mekanis, artileri berat, dan kavaleri berat, serta dipayungi oleh unsur kavaleri udara (helikopter serang dan helikopter serbu).
5. Pertempuran laut intensitas tinggi, melibatkan dukungan serangan udara langsung oleh pesawat patroli maritim strategis, serta dukungan patroli udara tempur.
6. Dll.
2. Fungsi C4I di Kogabwilhan (sebagai ujicoba doktrin tempur penyekatan oleh Kogabwilhan)
3. Network centric battle management dalam lingkup terbatas, dimana Pangkoops dapat mengkonsolidasikan aset tempur matra udara, laut dan darat secara real time.
4. Pergerakan pasukan darat dalam lingkup divisi dengan melibatkan unit infateri mekanis, artileri berat, dan kavaleri berat, serta dipayungi oleh unsur kavaleri udara (helikopter serang dan helikopter serbu).
5. Pertempuran laut intensitas tinggi, melibatkan dukungan serangan udara langsung oleh pesawat patroli maritim strategis, serta dukungan patroli udara tempur.
6. Dll.
(photo ilustrasi)
Artikel “TNI Joint Exercises 2014 – The Untold Scenarios” ini akan mencoba memaparkan secara “halus” 60% skenario latihan yang “luput” dari pemberitaan publik, yaitu skenario udara dan laut.
Sumber : JKGR
No comments:
Post a Comment