Wednesday, April 3, 2013

'Pengganti Jenderal Pramono harus bebas masalah HAM & korupsi'



Jakarta (MI) : Dalam memilih calon Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) yang baru, presiden sebagai pemilik hak prerogatif harus memperhatikan beberapa aspek. Di antaranya track record, dalam artian jenjang karier dan evaluasi kinerja calon Kasad yang baru. Apakah calon jenderal bintang empat tersebut memiliki masalah terkait HAM dan korupsi.
Direktur Program Imparsial Al Araf mengatakan, dalam hal track record, presiden harus mengevaluasi, apakah di masa lalu, seorang calon Kasad terlibat dalam kasus HAM. Hal ini diperlukan untuk memastikan ke depannya calon Kasad dapat memberikan kepastian perlindungan HAM.
"Memang Komnas HAM dan KPK tidak memiliki wewenang dalam memberikan masukan dalam pemilihan Kasad, tapi mengenai masalah HAM dan korupsi, hal ini dapat disampaikan ke presiden," kata Al Araf saat dihubungi merdeka.com, Senin (1/4) malam.
Selain kedua syarat di atas, Kasad yang baru, lanjut Al Araf, harus terbuka terhadap publik, dan mau berkomunikasi terhadap publik. "Menurut saya seorang pemimpin, Kasad tidak berjarak dan jauh dari kritik publik. Kita tidak membutuhkan Kasad yang melihat kritik publik sebagai ancaman, tapi lebih sebagai masukan, sehingga membuka diri," ujarnya.
Menjelang masa pensiun Kasad Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo, sejumlah nama jendral bintang tiga digadang-gadang akan menggantikan posisi tertinggi di Angkatan Darat tersebut. Beberapa nama tersebut terdiri dari Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Letjen Moeldoko, Panglima Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat (Pangkostrad) Letjen M Munir, Sekjen Wantanas Letjen Waris, Sekjen Kemenhan Letjen Budiman, Letjen Geerhan Lantara, dan Dan Kodiklat TNI Letjen Gatot Nurmantyo.

6 Kandidat Kasad pengganti Jenderal Pramono Edhie



Pucuk pimpinan di tubuh TNI Angkatan Darat akan segera berganti. Sebab, Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo akan pensiun pada Mei nanti.

Jenderal Pramono mengungkapkan telah merekomendasikan tiga orang letnan jenderal (Letjen) sebagai penggantinya. Siapa mereka? Adik ipar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu masih merahasiakannya.

Saat ini ada 6 orang jenderal bintang tiga aktif di tubuh TNI AD. Dua di antaranya berkarya di luar Mabes TNI. Berikut 6 jenderal yang memiliki kans menggantikan Pramono:



1. Letjen Moeldoko

Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Letjen Moeldoko merupakan salah saru prajurit yang memiliki karier moncer dibanding teman seangkatannya. Moeldoko merupakan peraih Adhi Makayasa di Akademi Militer 1981.

Saat menjabat sebagai Panglima Daerah Militer III Siliwangi, Moeldoko sempat ramai dibicarakan karena disebut-sebut menggelar operasi sajadah. Operasi itu bertujuan untuk membersihkan jamaah Ahmadiyah. Namun Moeldoko tegas membantah.

Karier pria kelahiran 6 Juli 1957 juga masih cukup panjang. Dia baru akan pensiun pada 2015 nanti. Jika melihat rekam jejaknya, Moeldoko memiliki kans menambah jumlah bintang di pundaknya.



2. Letjen M Munir

Letjen M Munir saat ini menjabat sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat (Pangkostrad). Hanya dalam hitungan dua tahun, Akmil 1983 itu, sudah meraih tiga bintang di pundaknya.
Begitu moncernya karier Munir, banyak kalangan yang memprediksi mantan Pangdam Siliwangi itu akan menjadi jenderal. Ditambah, Munir merupakan mantan ajudan SBY, hal itu menjadi nilai lebih. Masa pensiunnya pun masih panjang yakni, Oktober 2016.Letjen Moeldoko berpeluang besar gantikan Jenderal Pramono.

3. Letjen Budiman

Untuk jenderal bintang tiga, Letjen Budiman termasuk yang senior. Budiman merupakan Akademi Militer angkatan 1978. Bahkan, dari segi angkatan, Sekjen Kemenhan itu lebih tua dari Kasad Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo.

Pada tahun 2011 lalu, Budiman masuk dalam bursa calon Kasad. Tetapi takdir berkata lain, mantan Pangdam IV Diponegoro hanya menjabat sebagai Wakasad. Banyak pihak menilai dia harus 'mengalah' buat Pramono untuk mendapat bintang empat.

4. Letjen Waris

Karier Letnan Jenderal Waris terbilang cukup cemerlang. Dengan masa pensiun Desember 2015, terbuka peluang bagi Sekjen Wantanas itu untuk mendapat promosi menjadi Kasad.

Akmil angkatan 1981 itu dikenal sebagai jenderal tegas dengan gaya bicara yang spontan. Pria berkumis itu juga sempat menjadi Komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Danpaspampres) dan Pangdam Jaya.

5. Letjen Geerhan Lantara


Sama dengan Letjen Budiman, Letjen Geerhan Lantara merupakan jenderal senior. Keduanya sama-sama lulusan Akademi Militer 1978. Namun Geerhan akan memasuki masa pensiun lebih awal yakni Mei 2014.

Gerhaan dikenal sebagai tentara pemberani. Saat terjadi insiden Santa Cruz di Timor Timur 1991, Gerhaan yang berpangkat mayor ditusuk hingga terluka parah. Gerhaan juga pernah mengambil posisi dalam penanganan bencana setelah tsunami di Aceh.

6. Letjen Gatot Nurmantyo

Gatot Nurmantyo termasuk prajurit yang cepat meraih bintang di pundaknya. Saat ini Gatot berpangkat Letjen dan menjabat sebagai Dan Kodiklat TNI.

Sebagai Akmil 1982, Gatot termasuk perwira yang menonjol di angkatannya. Ia pernah menjadi Gubernur Akmil dan juga Pangdam V Brawijaya. Dia menjadi salah satu yang memiliki peluang menjadi Kasad.

Letjen Moeldoko berpeluang besar gantikan Jenderal Pramono





Hanya tinggal menunggu hitungan bulan, tepatnya pada bulan Mei, pucuk pimpinan di Angkatan Darat akan segera berganti. Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo akan melepaskan jabatannya, dan digantikan oleh juniornya.
Pengamat militer Wawan Purwanto mengatakan, meskipun sejumlah nama digadang-gadang bakal menempati posisi Kasad, namun mendekati pengumuman, bisa saja nama yang tidak masuk dalam enam besar nama di atas mencuat ke permukaan.
Saat ini disebut-sebut ada sejumlah nama yang memiliki kans seperti Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Letjen Moeldoko, Panglima Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat (Pangkostrad) Letjen M Munir, Sekjen Wantanas Letjen Waris,
"Kans Letjen Moeldoko ke arah situ besar, tapi bisa saja di detik-detik sesuatu terjadi, sesuatu bisa saja berubah," kata Wawan saat dihubungi merdeka.com, Senin (2/4) malam.
"Sebagai contoh, pemilihan Kapolri, tiba-tiba ada nama pak Timur, itu yang bisa terjadi di tubuh Angkatan Darat. Tak diduga, tadinya bukan siapa-siapa, jadi perlu kita timbangkan hal-hal seperti itu," katanya.
Mengenai mulai bermunculannya nama-nama calon Kasad yang baru di media, jelas Wawan, hal tersebut bisa dijadikan pertimbangan presiden dalam menentukan siapa yang cocok menempati posisi Kasad.
"Dengan memunculkan nama-nama, bisa dilihat, apa reaksi yang di mata masyarakat. Tindakan lain, dimunculkan nama baru, persoalannya muncul tanggapan di media ada tim penilai. pantauan ini bisa menjadi pertimbangan presiden," pungkas Wawan.



Sumber : Merdeka

No comments:

Post a Comment