JAKARTA-(MI) :Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) belum memastikan jenis helikopter serang yang bakal dibeli. Pasalnya, mereka harus melakukan kajian terlebih dahulu mengenai jenis yang cocok dengan kebutuhan.
Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo menjelaskan, sekarang ini pihaknya sedang mempelajari jenis helikopter serang apa yang tepat untuk dibeli.“Ada banyak yang menjadi acuan, di antaranya ketersediaan anggaran,” katanya seusai pembukaan pameran alat utama sistem senjata (alutsista) di Monas, Jakarta, kemarin.
Faktor kemampuan anggaran ini memegang kendali besar dalam penentuan pilihan.Bahkan, bisa saja pilihan berubah setelah ditentukan jika ternyata anggaran tidak mencukupi. Dicontohkan Pramono, jika hasil kajian kebutuhan menghendaki TNI AD membeli helikopter serang jenis Apache, belum tentu hal itu lantas dipenuhi. “Kalau terlalu mahal, ya bagaimana.Tentu kami akan turunkan grade-nya agar sesuai dengan anggaran,”sebut dia.
Selain Apache produksi Amerika Serikat, ada cukup banyak jenis helikopter serang seperti Black Hawk dan Super Cobra. Ada pula produk dari Eurocopter. “Kami masih mengkaji semuanya, mana yang sesuai,”tuturnya. Bahkan, TNI AD juga berencana menggunakan helikopter buatan PT Dirgantara Indonesia bekerja sama dengan Eurocopter. Namun, ini untuk helikopter pengganti Bolcow.
Meski begitu, mantan Pangkostrad itu menegaskan bahwa TNI AD tidak akan membeli alutsista murahan. Sekalipun mencari yang harganya tidak mahal, dia menjamin itu adalah produk yang berkualitas. Alutsista yang dibeli juga harus dipastikan cocok dengan kemampuan pengguna, baik menyangkut pengoperasiannya maupun pemeliharaan dan perawatan.
Dia menganalogikan pengadaan sepeda motor untuk Babinsa. “Buat apa beli barang murah tapi setelah setahun dipakai tidak dapat digunakan lagi. Setelah rusak kita tidak bisa memperbaiki karena spare part tidak ada,” imbuhnya.
Sementara itu, Mabes TNI menyerahkan sepenuhnya proses penentuan pilihan jenis helikopter serbu ini kepada TNI AD selaku pemakainya. “Di dalam konteks pembangunan kekuatan pokok minimum (minimum essential force/MEF) memang ada heli serang yang mau dibeli TNI AD. Heli serang itu bermacam-macam (jenisnya), saya serahkan sepenuhnya kepada TNI AD untuk mengkaji dan menentukan pilihannya,” kata Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono.
Dia menambahkan,Indonesia sekarang ini memang membutuhkan keberadaan helikopter jenis ini.Helikopter ini bisa digunakan untuk antigerilya atau counter insurgency.“Jadi, memang kita masih memerlukan helikopter tersebut,” ujarnya. Sebenarnya saat ini TNI AD sudah memiliki helikopter jenis serupa, yakni Mi-35P dari Rusia.Namun jumlahnya masih terbatas.
Meriam 155 mm/Caesar
Di tengah proses kajian pemilihan helikopter serang,TNI AD justru telah membeli dua batalion meriam 155 mm/Caesar dari Prancis. Contoh dari senjata ini sudah dipamerkan dalam ajang pameran di Monas tersebut. Menurut KSAD, sementara ini memang baru contoh meriam yang bisa ditampilkan. “Untuk memproduksi setelah kontrak ditandatangani itu kan butuh waktu lama, tahun 2013 baru datang dan pada 2014 kami harap sudah lengkap semua (dua batalion),”paparnya.
Meriam itu nantinya menjadi kebanggaan dari satuan Artileri Medan (Armed). Sebab, meriam seharga USD170 juta itu memiliki daya hancur, akurasi, dan daya gerak yang mengagumkan. Sementara itu,TNI AD juga telah memesan multilauncher rocket system (MLRS) Astros sehargaUSD405juta.Senjata ini memiliki jarak tembak hingga 85 km dan merupakan senjata yang sangat menakutkan. Dalam Perang Teluk, senjata ini terbukti ampuh digunakan oleh Irak dan Arab Saudi.
Pameran
Dalam pameran di Monas, hari pertama sudah mampu menyedot ribuan pengunjung. Banyak dari mereka antre untuk bisa berfoto di dekat atau bahkan naik alutsista seperti tank,meriam,dan helikopter. Pameran dalam rangka hari ulang tahun TNI ke-67 itu dibuka secara resmi oleh Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro dan KSAD Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo serta dihadiri para kepala staf angkatan dan sejumlah pangdam.
TNI AD memamerkan alutsista dari yang sudah tua hingga terbaru.Menhan mengatakan, pameran ini menampilkan sebagian alutsista yang dimiliki TNI AD. “Untuk Leopard belum bisa dipamerkan karena baru datang awal November,” katanya.
Sementara itu, KSAD Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo mengungkapkan, tujuan pameran itu adalah agar masyarakat mengetahui apa saja alat tempur yang digunakan oleh TNI AD. “Sekaligus sebagai bentuk pertanggungjawaban KSAD kepada rakyat. Peralatan apa yang dibeli dengan menggunakan uang dari rakyat,” katanya.
Di antara alutsista baru yang dipamerkan itu adalah artileri medan (armed) seperti roket multiple launch rocket system (MLRS)/Astros dari Brasil dan meriam 155 mm/Caesar buatan Prancis. Selain dua senjata baru itu,TNI AD juga memamerkan senjata artileri lainnya seperti meriam 76/Trk buatan Yugoslavia, meriam 155/FH 2000 buatan Singapura, dan meriam 105 AMX. Untuk senjata kavaleri,TNI AD memamerkan tank Scorpion, AMX-13, panser VAB NG buatan Pindad, panser V 150, dan panser Anoa.
Dari jajaran penerbangan AD ada helikopter Bell-412, MI-17, dan Mi-35P. Pameran ini akan berlangsung hingga Senin (8/10).Masyarakat bisa melihat secara gratis.
Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo menjelaskan, sekarang ini pihaknya sedang mempelajari jenis helikopter serang apa yang tepat untuk dibeli.“Ada banyak yang menjadi acuan, di antaranya ketersediaan anggaran,” katanya seusai pembukaan pameran alat utama sistem senjata (alutsista) di Monas, Jakarta, kemarin.
Faktor kemampuan anggaran ini memegang kendali besar dalam penentuan pilihan.Bahkan, bisa saja pilihan berubah setelah ditentukan jika ternyata anggaran tidak mencukupi. Dicontohkan Pramono, jika hasil kajian kebutuhan menghendaki TNI AD membeli helikopter serang jenis Apache, belum tentu hal itu lantas dipenuhi. “Kalau terlalu mahal, ya bagaimana.Tentu kami akan turunkan grade-nya agar sesuai dengan anggaran,”sebut dia.
Selain Apache produksi Amerika Serikat, ada cukup banyak jenis helikopter serang seperti Black Hawk dan Super Cobra. Ada pula produk dari Eurocopter. “Kami masih mengkaji semuanya, mana yang sesuai,”tuturnya. Bahkan, TNI AD juga berencana menggunakan helikopter buatan PT Dirgantara Indonesia bekerja sama dengan Eurocopter. Namun, ini untuk helikopter pengganti Bolcow.
Meski begitu, mantan Pangkostrad itu menegaskan bahwa TNI AD tidak akan membeli alutsista murahan. Sekalipun mencari yang harganya tidak mahal, dia menjamin itu adalah produk yang berkualitas. Alutsista yang dibeli juga harus dipastikan cocok dengan kemampuan pengguna, baik menyangkut pengoperasiannya maupun pemeliharaan dan perawatan.
Dia menganalogikan pengadaan sepeda motor untuk Babinsa. “Buat apa beli barang murah tapi setelah setahun dipakai tidak dapat digunakan lagi. Setelah rusak kita tidak bisa memperbaiki karena spare part tidak ada,” imbuhnya.
Sementara itu, Mabes TNI menyerahkan sepenuhnya proses penentuan pilihan jenis helikopter serbu ini kepada TNI AD selaku pemakainya. “Di dalam konteks pembangunan kekuatan pokok minimum (minimum essential force/MEF) memang ada heli serang yang mau dibeli TNI AD. Heli serang itu bermacam-macam (jenisnya), saya serahkan sepenuhnya kepada TNI AD untuk mengkaji dan menentukan pilihannya,” kata Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono.
Dia menambahkan,Indonesia sekarang ini memang membutuhkan keberadaan helikopter jenis ini.Helikopter ini bisa digunakan untuk antigerilya atau counter insurgency.“Jadi, memang kita masih memerlukan helikopter tersebut,” ujarnya. Sebenarnya saat ini TNI AD sudah memiliki helikopter jenis serupa, yakni Mi-35P dari Rusia.Namun jumlahnya masih terbatas.
Meriam 155 mm/Caesar
Di tengah proses kajian pemilihan helikopter serang,TNI AD justru telah membeli dua batalion meriam 155 mm/Caesar dari Prancis. Contoh dari senjata ini sudah dipamerkan dalam ajang pameran di Monas tersebut. Menurut KSAD, sementara ini memang baru contoh meriam yang bisa ditampilkan. “Untuk memproduksi setelah kontrak ditandatangani itu kan butuh waktu lama, tahun 2013 baru datang dan pada 2014 kami harap sudah lengkap semua (dua batalion),”paparnya.
Meriam itu nantinya menjadi kebanggaan dari satuan Artileri Medan (Armed). Sebab, meriam seharga USD170 juta itu memiliki daya hancur, akurasi, dan daya gerak yang mengagumkan. Sementara itu,TNI AD juga telah memesan multilauncher rocket system (MLRS) Astros sehargaUSD405juta.Senjata ini memiliki jarak tembak hingga 85 km dan merupakan senjata yang sangat menakutkan. Dalam Perang Teluk, senjata ini terbukti ampuh digunakan oleh Irak dan Arab Saudi.
Pameran
Dalam pameran di Monas, hari pertama sudah mampu menyedot ribuan pengunjung. Banyak dari mereka antre untuk bisa berfoto di dekat atau bahkan naik alutsista seperti tank,meriam,dan helikopter. Pameran dalam rangka hari ulang tahun TNI ke-67 itu dibuka secara resmi oleh Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro dan KSAD Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo serta dihadiri para kepala staf angkatan dan sejumlah pangdam.
TNI AD memamerkan alutsista dari yang sudah tua hingga terbaru.Menhan mengatakan, pameran ini menampilkan sebagian alutsista yang dimiliki TNI AD. “Untuk Leopard belum bisa dipamerkan karena baru datang awal November,” katanya.
Sementara itu, KSAD Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo mengungkapkan, tujuan pameran itu adalah agar masyarakat mengetahui apa saja alat tempur yang digunakan oleh TNI AD. “Sekaligus sebagai bentuk pertanggungjawaban KSAD kepada rakyat. Peralatan apa yang dibeli dengan menggunakan uang dari rakyat,” katanya.
Di antara alutsista baru yang dipamerkan itu adalah artileri medan (armed) seperti roket multiple launch rocket system (MLRS)/Astros dari Brasil dan meriam 155 mm/Caesar buatan Prancis. Selain dua senjata baru itu,TNI AD juga memamerkan senjata artileri lainnya seperti meriam 76/Trk buatan Yugoslavia, meriam 155/FH 2000 buatan Singapura, dan meriam 105 AMX. Untuk senjata kavaleri,TNI AD memamerkan tank Scorpion, AMX-13, panser VAB NG buatan Pindad, panser V 150, dan panser Anoa.
Dari jajaran penerbangan AD ada helikopter Bell-412, MI-17, dan Mi-35P. Pameran ini akan berlangsung hingga Senin (8/10).Masyarakat bisa melihat secara gratis.
minimal bsa membeli Super Cobra klo apache tdk jadi di akuisisi oleh TNI-AD. selain sudah terbukti handal / beatle proven,Korp Marinir AS (USMC)dan AL-AS (US Navy) jg mengandalkan heli Super Cobra ini sbg heli serang. TNI-AD jg sebenarnya akan lebih familiar dlm perawatan maupun suku cadangnya, krn komponen Super Cobra sebagian besar sma / compatible dgn heli Bell 205 ( kode US Army : UH-1 Huey) dan NBell 412 yg sudah lama dpkai TNI / TNI-AD
ReplyDelete