Batam (MI): - Indonesia akan menempatkan kapal tempur pesisir di dekat Selat Malaka. Penempatan itu bagian dari respons terhadap rencana penyebaran armada Amerika serikat di Asia Pasifik.
Kepala Pusat komunikasi Publik kementrian pertahanan Mayor Jenderal Hartind Asrin mengatakan, kapal tempur pesisir mungkin akan ditempatkan di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau. Kota di Pulau Bintan itu menjadi Markas Pangkalan Utama TNI AL IV. "Pemerintah mengikuti dinamika kawasan dan akan mengimbangi," ujarnya, Selasa (9/10), di Batam, Kepulauan Riau.
Indonesia akan menempatkan kapal tempur pesisir di Pangkalan Utama TNI AL (lantamal) IV Tanjung Pinang. Namun tidak tertutup kemungkinan penempatan kapal korvet jika dibutuhkan. "Teknisnya akan ditentukan Koarmabar (Komando Armada RI Kawasan Barat)," ujarnya.
Hartind memaparkan itu saat ditanya tentang rencana Amerika Serikat menempatkan USS Freedom di Singapura. Kapal tempur pesisir itu akan mulai beroperasi di Asia Tenggara selama 10 bulan mulai tahun depan. "Penempatan itu lebih karena dinamika Laut China Selatan," ujarnya.
Selain itu, AS juga memandang perlu berkosentrasi pada Asia Pasifik. Karena itu, AS merombak pos-posnya di luar negeri, antara lain dengan menempatkan armada di Singapura dan pangkalan sementara untuk marinir di Darwin, Australia. "Saya sudah bertemu AL AS dan Australia. Saya tegaskan, Indonesia siap merespons pergerakan dari luar," ujarnya.
Salah Satu respons itu adalah penambahan kapal di Koarmabar. Dalam dua tahun ke depan, TNI AL akan menambah enam kapal patroli pesisir yang empat diantaranya dilengkapi dengan rudal. Dua kapal cepat rudal (KCR) sudah di operasikan TNI AL. Sementara empat kapal lain sedang dibangun di Batam.
Komandan Satuan Tugas Pembangunan Kapal Patroli di Batam Kolonel Nurwahyudi mengatakan, KCR pertama dan kedua sudah dioperasikan TNI AL. Sementara KCR ketiga sudah proses penyelesaian akhir. Adapun KCR nomor empat akan mulai dibangun tahun depan. Pembangunan dilakukan di galangan PT Palindo Marine, Batam.
TNI AL juga tengah memesan dua kapal patroli dari perusahaan itu. Kedua kapal tersebut direncanakan diterima TNI AL pada April 2013. "Perbedaan dengan KCR hanya terletak pada rudalnya. Kapal patroli tidak dilengkapi rudal seperti KCR," ujarnya.
Hartind mengatakan, kapal-kapal sejenis KCR cocok untuk perairan Di Indonesia barat. Dikawasan itu, perairan relatif dangkal dan banyak selat sehingga dibutuhkan kapal-kapal dibawah 60 meter yang lincah untuk tipikal perairan seperti itu. " Untuk Indonesia timur yang lautnya dalam, perlu kapal-kapal lebih besar," ujarnya.
Hartind mengatakan pemerintah memesan enam kapal tempur pesisir ke PT Palindo Marine. Di Surabaya, pemerintah menggandeng PT PAL dalam program Korvet nasional.
Indonesia akan menempatkan kapal tempur pesisir di Pangkalan Utama TNI AL (lantamal) IV Tanjung Pinang. Namun tidak tertutup kemungkinan penempatan kapal korvet jika dibutuhkan. "Teknisnya akan ditentukan Koarmabar (Komando Armada RI Kawasan Barat)," ujarnya.
Hartind memaparkan itu saat ditanya tentang rencana Amerika Serikat menempatkan USS Freedom di Singapura. Kapal tempur pesisir itu akan mulai beroperasi di Asia Tenggara selama 10 bulan mulai tahun depan. "Penempatan itu lebih karena dinamika Laut China Selatan," ujarnya.
Selain itu, AS juga memandang perlu berkosentrasi pada Asia Pasifik. Karena itu, AS merombak pos-posnya di luar negeri, antara lain dengan menempatkan armada di Singapura dan pangkalan sementara untuk marinir di Darwin, Australia. "Saya sudah bertemu AL AS dan Australia. Saya tegaskan, Indonesia siap merespons pergerakan dari luar," ujarnya.
Salah Satu respons itu adalah penambahan kapal di Koarmabar. Dalam dua tahun ke depan, TNI AL akan menambah enam kapal patroli pesisir yang empat diantaranya dilengkapi dengan rudal. Dua kapal cepat rudal (KCR) sudah di operasikan TNI AL. Sementara empat kapal lain sedang dibangun di Batam.
Komandan Satuan Tugas Pembangunan Kapal Patroli di Batam Kolonel Nurwahyudi mengatakan, KCR pertama dan kedua sudah dioperasikan TNI AL. Sementara KCR ketiga sudah proses penyelesaian akhir. Adapun KCR nomor empat akan mulai dibangun tahun depan. Pembangunan dilakukan di galangan PT Palindo Marine, Batam.
TNI AL juga tengah memesan dua kapal patroli dari perusahaan itu. Kedua kapal tersebut direncanakan diterima TNI AL pada April 2013. "Perbedaan dengan KCR hanya terletak pada rudalnya. Kapal patroli tidak dilengkapi rudal seperti KCR," ujarnya.
Hartind mengatakan, kapal-kapal sejenis KCR cocok untuk perairan Di Indonesia barat. Dikawasan itu, perairan relatif dangkal dan banyak selat sehingga dibutuhkan kapal-kapal dibawah 60 meter yang lincah untuk tipikal perairan seperti itu. " Untuk Indonesia timur yang lautnya dalam, perlu kapal-kapal lebih besar," ujarnya.
Hartind mengatakan pemerintah memesan enam kapal tempur pesisir ke PT Palindo Marine. Di Surabaya, pemerintah menggandeng PT PAL dalam program Korvet nasional.
No comments:
Post a Comment