ANDAMAN-(MI) :"Ruangan-ruangan, sebagai informasi kapal berlayar memasuki perairan Indonesia, di lambung kanan akan melintasi pulau terluar yaitu Pulau Weh..." pengeras suara mengumumkan hal itu dari anjungan KRI Dewaruci, setara pukul 16.00 WIB Sabtu (29/9), di perairan Laut Andaman dekat ujung utara Selat Malaka.
KRI Dewaruci telah memasuki tahap akhir dari pelayaran panjang keliling dunia yang kedua kali.
Sembilan bulan lalu, kapal layar tiang tinggi buatan galangan kapal Stulcken & Sohns, Hamburg, Jerman Barat, 1953, itu meninggalkan dermaga Komando Armada Indonesia Kawasan Timur TNI AL.
Berlayar terus ke timur, Jayapura menjadi kota terakhir di wilayah Indonesia sebelum dia mengarungi Samudera Pasifik, Terusan Panama, Teluk Meksiko, Samudera Atlantik, Teluk Biscay, Gibraltar, Laut Mediterania, Terusan Suez, Laut Merah, Laut Arab, Laut Andaman, dan… Selat Malaka di sisi Indonesia!
Lorong sempit berukuran 1,5 meter di dek 2, tempat kompartemen-kompartemen berlokasi, mendadak ramai dengan teriakan sekitar 84 Anak Buah Kapal (ABK). Riuh teriakan ABK terdengar setelah pengumuman freijen dari anjungan.
TNI AL masih memakai istilah-istilah "warisan" Belanda dalam kehidupan bahari mereka hingga kini. Freijen adalah pengeras suara yang diletakkan di titik-titik strategis kapal, di antaranya di lorong-lorong itu.
Tanda-tanda KRI Dewaruci sudah mulai memasuki perairan Indonesia dari sisi barat adalah perubahan waktu. Dimulai dari pengumuman perubahan waktu GMT+5,5 menjadi GMT+7; dari pukul 10.00 WIB menjadi 11.30 WIB, saat freijen itu bersuara keras dari anjungan.
Mendengar perubahan waktu yang berarti telah sama dengan WIB --sudah dekat rumah!-- itulah yang membuat puluhan ABK itu kegirangan luar biasa.
Maklum, sembilan bulan meninggalkan rumah, anak dan istri, orangtua, mertua, tunangan, pacar, teman, dan kerabat lain; demi tugas suci menyatakan kebesaran Indonesia ke seluruh dunia sesuai perintah kepala staf TNI AL.
Bukan waktu sebentar, apalagi itu adalah berlayar. Namun kepemimpinan komandan kapal, Letnan Kolonel Pelaut Haris Bima Bayuseto, dan kerja sama seluruh ABK memungkinkan itu terlaksana baik.
Sejurus freijen itu mengumumkan perubahan waktu, menyusul kemudian lagu Tanah Airku dan Padamu Negeri, terdengar di banyak bagian kapal. Ya, bagimu negeri, KRI Dewaruci berlayar menempuh lebih dari 30.000 mil laut dari timur ke barat berkeliling dunia.
Selama sembilan bulan itu, berbagai invitasi maritim internasional mereka ikuti, di antaranya menyelesaikan kegiatan Operation Sail (Opsail) 2012 dalam rangka 200 Tahun Perang Besar (200th Anniversary of The Great War) di Amerika.
KRI Dewaruci menjadi peserta paling jauh yang hadir di pantai timur Amerika Serikat itu. Kembali dia "bersua" dengan Patung Liberty di Staten Island, New York, setelah hal itu pernah terjadi pada 1964 di bawah kepemimpinan komandan kapal Mayor Pelaut Sumantri dengan perwira pelaksana, Kapten Nasution.
No comments:
Post a Comment