Wednesday, April 15, 2015

Pilih Eurofighter, Indonesia bakal Menjadi “Basis” Pesawat Tempur Setelah Eropa

DSC_0002[1]

JKGR (MI)  : Eurofighter menggelar Masterclass 2015 untuk mensosialisasikan keunggulan pesawat tempur yang mereka produksi. Acara ini digelar di Hotel Grand Hyatt, Jl. M. H. Thamrin, Jakarta Pusat, Selasa 14 April 2015 kemarin. Tim JKGR pun diundang dalam acara menarik ini.

Hadir dalam acara tersebut, Direktur Export Eurofighter Joe Parker, Capability Development Manager, Paul Smith, Head of Industrial Offset Eurofighter Martin Elbourne, dan Laurie Hilditch, Head of future capabilities Eurofighter. Dalam kesempatan pertemuan tersebut, Joe Parker mengatakan jika nantinya pemerintah Indonesia memilih Eurofighter, pihaknya akan membantu pengembangan teknologi pesawat tempur Indonesia.

“Kita akan membangun desain center termasuk pembangunan manufacture bersama. Kita akan siapkan Assembly line, peningkatkan kemampuan para insinyur pesawat Indonesia untuk merancang hingga memproduksi jet tempur secara mandiri,” cakap Joe.


Sementara itu, Head of Industrial Offset Eurofighter Martin Elbourne, untuk tahap awal pihaknya akan memboyong insinyur Indonesia dalam hal ini PT. DI untuk belajar di pabrikan pesawat tempur produksi empat negara yakni Inggris, Jerman, Italia, dan Spanyol ini.

“Kita akan mengajarkan beberapa tahun disana sebelum mereka kembali dan mengaplikasikan teknologi mereka di Indonesia. Selain itu dengan fasilitas yang dibangun bersama PT DI bisa membantu project IFX melalui benefit ini. Intinya, Indonesia tidak akan rugi memilih Eurofighter,” tegasnya.

Ia pun menjelaskan, pemberian Transfer of Technology (ToT) yang diberikan pihaknya tidak main-main. Indonesia akan menjadi basis produksi pesawat tempur Eurofighter selain empat negara tersebut. Kesempatan ini menjadikan Indonesia sebagai tempat Assembly Line diluar Eropa.

“Lihat track record kami kepada Indonesia, NC-212, CN-235 adalah beberapa contoh gimana PT DI berhasil mengexportnya ke beberapa negara lain. Jadi ingat, ini bukan pertama kalinya kita memberikan ToT untuk Indonesia. Yang perlu diketahui, kita serius latih kembangkan pesawat tempur karena sekarang Indonesia belum punya,” tutup Martin.


Transfer of Technology dari Eurofighter Typhoon, bisa dikatakan sebuah kemajuan untuk TNI dan Bangsa Indonesia. Kemudahan pemeliharaan pesawat tempur, hingga penguasaan teknologi di depan mata Termasuk mempelajari teknologi mesin.

Selama ini kita kenal, beberapa negara NATO enggan berbagi Transfer of Technology (ToT) mesin jet tempur mereka, kepada negara Non-NATO. Dengan langkah ini, mesin jet tempur KFX/IFX Indonesia nanti, tidak harus sama dengan mesin jet tempur KFX/IFX Korea Selatan yang cenderung menggunakan mesin F-414-400 Amerika Serikat.

Dengan pembelian Eurofighter Typhoon oleh TNI AU, besar kemungkinan IFX Indonesia menggunakan mesin yang diusung typhoon.
Dalam presentasinya di Korea Selatan, PT DI menyatakan, KFX /IFX yang dibangun harus memiliki daya dorong yang besar. Hal ini untuk mengejar kemampuan IFX yang mengusung teknologi Gen 4,5 yang terus dikembangkan menjadi pesawat stealth Gen 5.

 

Typhoon memiliki kelebihan daya dorong dibanding Dassault Rafale. Mesin EJ-200 mampu mempertahankan dayanya dalam kecepatan tinggi, sehingga memberikan Typhoon akselerasi superior pasca 1.5 Mach. Dibandingkan Rafale, Meskipun mesin M88 Rafale dapat berfungsi baik dalam aliran udara terbatas pada high altitude, pesawat akan kehilangan tenaga yang membatasi Rafale pada kecepatan 1,8-1,9 Mach saja, sedangkan Typhoon tetap bertenaga melewati kecepatan 2 Mach.

Keunggulan mesin EJ200 Typhoon menjadi modal besar bagi Indonesia untuk mengembangkan pesawat tempur IFX yang canggih. Jika nantinya Typhoon dipilih, tidak menutup kemungkinan Indonesia akan mandiri dalam teknologi Pesawat Tempur.


Eurofighter Typhoon produksi tahun 2014 mulai dilengkapi radar AESA (active electronically scanned array) yang merupakan lompatan teknologi dalam sensor baru pesawat tempur, karena sumber tenaga (transmitter) berasal dari banyak modul TR yang terdapat pada antenna. Efeknya pesawat tempur ini memiliki kemampuan pendeteksian yang tinggi, penargetan, pelacakan serta kemampuan perlindungan diri sendiri. Dengan demikian pesawat ini memiliki kemampuan full spectrum of air operations.  (JKGR).
















Sumber : JKGR

No comments:

Post a Comment