JKGR (MI) : Eurofighter menggelar Masterclass 2015 untuk mensosialisasikan
keunggulan pesawat tempur yang mereka produksi. Acara ini digelar di
Hotel Grand Hyatt, Jl. M. H. Thamrin, Jakarta Pusat, Selasa 14 April
2015 kemarin. Tim JKGR pun diundang dalam acara menarik ini.
Hadir dalam acara tersebut, Direktur Export Eurofighter Joe
Parker, Capability Development Manager, Paul Smith, Head of Industrial
Offset Eurofighter Martin Elbourne, dan Laurie Hilditch, Head of future capabilities Eurofighter.
Dalam kesempatan pertemuan tersebut, Joe Parker mengatakan jika
nantinya pemerintah Indonesia memilih Eurofighter, pihaknya akan
membantu pengembangan teknologi pesawat tempur Indonesia.
“Kita akan membangun desain center termasuk pembangunan manufacture
bersama. Kita akan siapkan Assembly line, peningkatkan kemampuan para
insinyur pesawat Indonesia untuk merancang hingga memproduksi jet tempur
secara mandiri,” cakap Joe.
Sementara itu, Head of Industrial Offset Eurofighter Martin Elbourne,
untuk tahap awal pihaknya akan memboyong insinyur Indonesia dalam hal
ini PT. DI untuk belajar di pabrikan pesawat tempur produksi empat
negara yakni Inggris, Jerman, Italia, dan Spanyol ini.
“Kita akan mengajarkan beberapa tahun disana sebelum mereka kembali
dan mengaplikasikan teknologi mereka di Indonesia. Selain itu dengan
fasilitas yang dibangun bersama PT DI bisa membantu project IFX melalui
benefit ini. Intinya, Indonesia tidak akan rugi memilih Eurofighter,”
tegasnya.
Ia pun menjelaskan, pemberian Transfer of Technology (ToT) yang
diberikan pihaknya tidak main-main. Indonesia akan menjadi basis
produksi pesawat tempur Eurofighter selain empat negara
tersebut. Kesempatan ini menjadikan Indonesia sebagai tempat Assembly
Line diluar Eropa.
“Lihat track record kami kepada Indonesia, NC-212, CN-235 adalah
beberapa contoh gimana PT DI berhasil mengexportnya ke beberapa negara
lain. Jadi ingat, ini bukan pertama kalinya kita memberikan ToT untuk
Indonesia. Yang perlu diketahui, kita serius latih kembangkan pesawat
tempur karena sekarang Indonesia belum punya,” tutup Martin.
Transfer of Technology dari Eurofighter Typhoon, bisa dikatakan
sebuah kemajuan untuk TNI dan Bangsa Indonesia. Kemudahan pemeliharaan
pesawat tempur, hingga penguasaan teknologi di depan mata Termasuk
mempelajari teknologi mesin.
Selama ini kita kenal, beberapa negara NATO enggan berbagi Transfer
of Technology (ToT) mesin jet tempur mereka, kepada negara Non-NATO.
Dengan langkah ini, mesin jet tempur KFX/IFX Indonesia nanti, tidak
harus sama dengan mesin jet tempur KFX/IFX Korea Selatan yang cenderung
menggunakan mesin F-414-400 Amerika Serikat.
Dengan pembelian Eurofighter Typhoon oleh TNI AU, besar kemungkinan IFX Indonesia menggunakan mesin yang diusung typhoon.
Dalam presentasinya di Korea Selatan, PT DI menyatakan, KFX /IFX yang
dibangun harus memiliki daya dorong yang besar. Hal ini untuk mengejar
kemampuan IFX yang mengusung teknologi Gen 4,5 yang terus dikembangkan
menjadi pesawat stealth Gen 5.
Typhoon memiliki kelebihan daya dorong dibanding Dassault Rafale.
Mesin EJ-200 mampu mempertahankan dayanya dalam kecepatan tinggi,
sehingga memberikan Typhoon akselerasi superior pasca 1.5 Mach.
Dibandingkan Rafale, Meskipun mesin M88 Rafale dapat berfungsi baik
dalam aliran udara terbatas pada high altitude, pesawat akan kehilangan
tenaga yang membatasi Rafale pada kecepatan 1,8-1,9 Mach saja, sedangkan
Typhoon tetap bertenaga melewati kecepatan 2 Mach.
Keunggulan mesin EJ200 Typhoon menjadi modal besar bagi Indonesia
untuk mengembangkan pesawat tempur IFX yang canggih. Jika nantinya
Typhoon dipilih, tidak menutup kemungkinan Indonesia akan mandiri dalam
teknologi Pesawat Tempur.
Eurofighter Typhoon produksi tahun 2014 mulai dilengkapi radar AESA
(active electronically scanned array) yang merupakan lompatan teknologi
dalam sensor baru pesawat tempur, karena sumber tenaga (transmitter)
berasal dari banyak modul TR yang terdapat pada antenna. Efeknya pesawat
tempur ini memiliki kemampuan pendeteksian yang tinggi, penargetan,
pelacakan serta kemampuan perlindungan diri sendiri. Dengan demikian
pesawat ini memiliki kemampuan full spectrum of air operations. (JKGR).
Sumber : JKGR
No comments:
Post a Comment